Langit
Dulu kau berlutut dikakiku, untuk mengharap cintaku
hingga terbuka pintu hatiku tuk menerima cintamu
tapi setelah aku jatuh cinta padamu
engkau begitu mudah melupakan diriku
Surga yang engkau janjikan
neraka yang kau berikan
manis yang aku harapkan
pahit yang aku rasakan
"Asikkk ... Geboyyyy ...!"
Lagu sialan! Pasti Stephen yang memutar lagu dangdut.
"Stephen!" Aku berteriak memanggil salah seorang anak buahku dari ruang kerjaku di dalam gudang markas kami tapi tidak ada sahutan dari dia.
Lagu dangdut itu terus mengalun.
"Stephen!" Aku kembali berteriak manggilnya.
Tiba-tiba Stephen si bocah biang rusuh di timku muncul di depan pintu. "Iya Boss?" dia menyengir lebar.
"Matikan speaker itu! Sekarang juga!" perintahku marah,
"Kenapa Bos? Itu kan
Rizka"Mbak Rizka, perkenalkan ini Suci Faranda, dia yang akan mendampingi, Mbak Rizka, selama mempelajari semua administrasi perusahaan ini dan Suci juga akan menjadi asisten Mbak Rizka ke depannya." Salah satu manager departemen di perusahaan kami dimana aku akan di tempatkan, memperkenalkanku pada seorang gadis cantik yang tersenyum ramah padaku."Terima kasih, Ibu Angel," jawabku sambil tersenyum sopan. Lalu manager itu permisi dan meninggalkan kami berdua di ruanganku yang baru."Hai, namaku Rizka, tolong bimbingannya ya, aku baru bergabung di perusahaan ini." Aku menyapa asisten baruku tersebut.Tadi pagi Opa meneleponku dan memberitahu kalau aku akan memiliki asisten pribadi, walau pun sebenarnya aku merasa tidak perlu karena aku masih dalam tahap belajar. Dan aku sebenarnya belum mendapatkan posisi yang jelas di perusahaan Opa, karena aku masih mempelajari semua bagian-bagian yang ada di perusahaan."Baik, Ibu Rizka. Saya S
"Selamat pagi Mbak? Kopi atau teh?" Ternyata Stephen sudah di dapur saat aku siap-siap akan berangkat ke kantor."Kopi, please, no sugar.""Siap, Mbak."Aku memandang Stephen yang sedang menyiapkan kopi untuk kami, rambutnya masih lembab karena sehabis keramas, memakai T-shirt dan celana jeans, tiba-tiba aku ingat beberapa hari yang lalu Langit disini menyiapkan kopi untuk kami."Mbak Bos! Mbak!"Stephen menyadarkanku dari lamunanku."Eh, iya?""Ini kopinya, jangan melamun, Mbak, masih pagi ini."Aku menunduk memandang kopi hitamku, aromanya benar-benar harum."Kenapa lagi Mbak? Masih kepikiran, si bos, ya?" Stephen memandangku sambil meminum kopinya."Stephen, apa Langit punya pacar?""Setauku sih nggak ada, Mbak , tapi si bos kan jarang di sini, jadi aku nggak tau kalau di luar dia punya pacar."Aku memutar jariku di permukaan gelas kopiku. "Hmm ... bagaimana ya
LangitAku melihat di layar ponselku nama sahabatku Rafael, saat ponselku berdering."Halo, Raf ....""Lang ... Fabrizio De Palma dibunuh tadi malam.""Apa?! Bagaimana bisa?""Dia di bunuh di kamar hotel tempatnya menginap yang berlokasi di kawasan Mekong River, dan aku baru sampai di Phnom Pehn dari Sihanouk.""Astaga ... Apa kalian sempat bertemu?""Ya, dua hari yang lalu aku akhirnya menemukan dia di Sihanouk ville, dan sore harinya dia kembali ke Phnom Pehn. Sebenarnya aku sudah melarang dia hari itu pergi, tapi dia bersikeras untuk pergi.""Dan kenapa menurutmu?""Menurutku itu adalah pengalihan, Lang, dia sengaja menghindariku. Fabrizio memberiku sebuah chip dan dia mau chip ini selamat.""Chip?""Iya, chip ini lah yang membuat Fabrizio menjadi target, itu yang menyebabkan dia di bunuh. Dan di kamar hotelnya aku menemukan Purple Paper.""P
Dorr ...!! Dorr ...!! Dorr ...!! Tembakan itu tidak berhenti. "Stephen!" Aku berteriak melihat tubuh Stephen yang terus di terjang peluru. Di mana senjataku?! Aku harus menyelamatkan Stephen. "Bos ...." Stephen memanggilku lirih dan menatapku sendu, darah keluar dari mulutnya. Tembakan itu masih tidak berhenti. "Langit ...." Aku terkejut mendengar suara lirih yang memanggilku. Aku berbalik ke arah suara dan kulihat Rizka berdiri di lantai ruangan yang gelap dan pengap menatapku sedih. Tidak!Aku berusaha lari menghampirinya tapi kakiku tidak bisa bergerak. "Langit, aku−" Sekarang tembakan bertubi-tubi menerjang tubuhnya. Rizka ...!!Tolong ... siapa pun tolong. Ya Tuhan, aku tidak bisa bergerak!Tubuhnya sekarang jatuh ke lantai, seluruh tubuhnya berlumuran darah, dia menatap
Pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil menatap keluar, malam ini langit di penuhi bintang. Seorang wanita tiba-tiba memeluknya dari belakang, dan mencium punggungnya yang telanjang. "Kau sedang apa?" Dia bertanya lembut, lalu Pria itu membalikkan tubuhnya dan memeluk wanita tadi, yang adalah istrinya. "Apa Maxim sudah tidur?" Suaminya bertanya sambil menciumi pipi istrinya. "Sudah, dia persis seperti Papanya, terlalu banyak energi," jawab istrinya sambil tertawa."Kau pasti lelah Sayang , seharian menjaga jagoanku," kata pria itu sambil memijat bahu istrinya dan mencium bahu itu mesra. "Kau harus melihatku." Pinta Istrinya manja. "Tentu saja Sayang, segalanya hanya untuk tuan putri." Suaminya mengangkatnya dan membawanya ke tempat tidur. &
LangitHanya seks katanya?!Sudah jelas aku mengatakan kalau aku menginginkannya, bukan hanya sekedar seks! Aku memang bodoh langsung bertindak impulsif mendatanginya seperti seorang viking yang siap bertempur. Dengan bodohnya aku termakan kata-kata Stephen yang jelas selalu melebih-lebihkan, dan aku langsung marah dan cemburu.Kenapa aku harus cemburu?! Sedangkan si gadis nakal itu mungkin tidak pernah peduli atau pun memikirkanku. Saat ini dia pasti menertawakan kebodohanku yang memintanya untuk mengakui kalau dia juga menginginkanku. Astaga, yang benar saja! Aku sudah belajar dan melatih diriku sendiri, bahwa tindakan impulsif selalu merugikan dan berakhir berantakan, dan hari ini aku membuktikan bahwa aku belum lulus mengendalikan diriku sendiri. Stephen benar-benar sialan! "Lang, tadi malam anak buah kita ada yang di bunuh, satu orang." Jack yang tiba-tiba masuk dan terlihat sangat marah.
Langit"Bos ..." "Tidak usah banyak bergerak dulu, Stephen.""Gimana mau gerak bos, ini aja aku udah ngantuk berat."Stephen menjawabku dengan mata hampir tertutup karena baru saja diberi obat tidur karena dia tidak bisa diam sejak tadi. "Istirahatlah." "Bagaimana keadaan mbak Rizka dan Uchiha?" tanya Stephen setengah sadar. "Uchiha?" "Sekretarisnya, mbak Rizka?" "Mereka baik-baik saja, walaupun masih terguncang. " "Si Uchiha itu ninja yang hebat bos, tolong sampaikan padanya." Stephen pun tertidur. Aku memandangnya yang sedang tidur pulas. Bagaimana kalau mereka tadi tidak selamat? Aku menyentuh kepala Stephen, walau pun dia sering menyebalkan karena mulutnya, tapi aku sangat menyayanginya seperti adikku sendiri. "Bagaimana keadaan Stephen?" tanya Jack saat aku keluar dari ruang pengobatan. &nbs
Topan Sinyo, membawa seorang pria yang didampingi seorang wanita, tinggi, ramping dan sangat cantik masuk ke dalam salah satu rumah paling mewah di negara ini dan langsung menuju ruang kerja sang pemilik rumah. Mereka memasuki ruang kerja yang luas dengan design klasik dan mewah. Foto orang-orang hebat di negara ini, sejak dari presiden pertama negara ini berjejer rapi di dinding dan di atas beberapa meja. Lemari kaca penuh medali penghargaan dari dalam dan luar negeri tersusun rapi. Si pria yang dibawa Topan, berpakaian rapi dengan jas potongan eropa yang elegan dan rambut panjangnya di ikat sanggul, bentuk wajahnya yang tegas dan selalu kelihatan murung membuat siapa pun enggan berbicara padanya, aura intimidasi darinya terlalu kuat. "Selamat datang, Cameron Syalendra di rumahku yang tidak seberapa ini, silahkan duduk." Cameron hanya menatap pria yang menyambutnya itu dengan ekspresi dingin, lalu duduk dengan tenang bersama wanita yang ikut bersamanya.