Raka membukakan pintu mobil untuk Kyra, lalu membantunya masuk, kemudian menutupkan pintunya. Ia berjalan memutari mobil dari bagian depan, lalu masuk ke belakang kemudi. Sambil menyalakan mesin mobil, Raka berkata, "Kamu nggak diapa-apain sama orang tadi, 'kan?" Matanya membulat besar saat ia menyadari penyebab keheningan Kyra yang aneh. "Kyra!" "Ugh..." rintihnya. Ternyata, ia tengah meringkuk hingga dadanya menempel pada paha. "Argh... Uhuk! Uhuk!" Batuk kering itu terdengar menyakitkan."Ky-Kyra, apa yang sakit? Kasih tahu, Kyr. A-Atau, kita ke rumah sakit aja, ya?"Kepala Kyra menggeleng. Ia menggerakkan tangan kanannya yang gemetaran itu. Raka seakan tahu bahwa Kyra membutuhkan pegangan, jadi ia langsung menangkap tangan Kyra yang kurus itu untuk menggenggamnya. Tangannya terasa basah, dingin, dan gemetaran. Jujur, Raka takut, sangat takut."Kyr, please... Aku harus apa?"Lagi, Kyra menggeleng. Memang tak ada lagi rintihan yang keluar dari sana, tapi
Setelah Merlin memastikan kondisi Kyra stabil, ia berpamitan pulang dengan menitipkan sejumlah obat-obatan. Raka mengantar Merlin sampai pintu unit apartemen Kyra. Dan, setelah menutup kembali pintu unit apartemen, Raka membeku di tempat. Merlin sudah menjelaskan kehidupan Kyra, dan Raka benar-benar tak habis pikir. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa pada Kyra setelah ini. Ia bingung. Tapi, yang jelas, ia sudah membulatkan tekad untuk menyelamatkan Kyra melalui perjodohan mereka ini.Entah sejak kapan Raka menjadi begitu mempedulikan Kyra. Melihat Kyra hanya berbaring di kasur dengan mata terpejam, Raka merasa seakan jantungnya bisa meledak kapan saja. Ia takut, takut akan kehilangan. Kini, ia tahu bagaimana hancurnya perasaan Vino ketika ditinggal kembarannya sampai butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih dari trauma. Mungkin, kalau ia kehilangan Kyra, ia tak akan sanggup menjalin hubungan lagi.Baju yang Kyra pakai basah oleh keringat, sehingga Merlin menggantika
"Warna?" Kyra diam sejenak dan berpikir dengan melirikkan mata ke arah lain. Ia mencoba membayangkan. "Kyra nggak punya kesukaan khusus, sih, sebenernya. Tapi, kalau disuruh milih, Kyra mungkin warna gelap, kayak coklat, navy, dark grey, atau hitam, gitu," jawab Kyra. "Kyra nurut sama maunya Mama aja, deh.""Lah, kok, jawabannya sama kayak Raka, sih," keluh Tika.Saat ini, Kyra sedang pergi bersama Tika untuk membeli bahan baju seragam Kyra dan Raka untuk pertunangan dua minggu lagi. Tadinya, mereka juga ingin mengajak Nirmala, tapi kebetulan dia harus ikut Pratama pada meeting mendadak di Sukabumi. Mau tak mau, Kyra hanya berdua dengan Tika. Awalnya Kyra merasa canggung, tapi ternyata ia bisa lebih relaks. Ia malah tak akan nyaman jika ada Nirmala."Kulit kamu, sih, nggak terang, nggak gelap. Tapi, ada kesan pucet, ya. Mama maunya yang pastel, tapi nanti malah bikin kamu kelihatan kusam. Mau nggak mau warna gelap, deh," gumam Tika. "Biru gelap aja, ya? Raka juga su
Saat mendengar dari Angga, Raka sudah tidak bisa tidur dengan tenang. Bukan masalah ia dijodohkan, itu sudah lewat dan Raka tak masalah. Yang membuatnya tak bisa tidur tenang seminggu belakangan adalah ini. Keramaian ini! Wartawan! Ya, WARTAWAN!!Raka Si Kikuk yang tak suka terekspos bahkan ia tak punya media sosial ini jelas tak akan bisa tidur dengan tenang. Ia kira, acara pertunangannya dengan Kyra akan dilakukan secara sederhana, sesuai kata-kata Tika. Tapi, ternyata kata 'sederhana' yang ada di dalam kamusnya dan Tika itu berbeda. Ini tidak sederhana. Ini terlalu berlebihan untuk sekedar tunangan!"Nggak apa-apa, Ka. Santuy, lah," hibur Vino.Lebih dari dua puluh orang telah berkerumun di depan gerbang rumah Kyra. Setengah lebih membawa kamera beragam model, sisanya membawa mikrofon atau menggunakan mikrofon yang menempel di kerah baju mereka. Saat mobil Angga dan Tika berhenti, mereka sudah berkerumun. Satu sisi, Raka bersyukur mobil yang dia naiki berdua
Kyra datang ke kampus Raka bukan untuk bertemu Raka. Ia harus bertemu dengan dosennya yang diminta untuk menjadi dosen tamu di kampus Raka. Secara lokasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika memang berada di dalam ITB, tapi manajemennya terpisah dan otoriter. Sehingga, perdosenan pun tidak berada di bawah rektorat ITB. Kadang, dosen dari fakultas lain atau luar ITB diundang menjadi dosen tamu di sana. Dan, ketika urusan Kyra selesai, ia malah melihat pemandangan menyebalkan ini.Pada pertunangan kemarin, dua pihak keluarga sudah sepakat bahwa tanggal pernikahan akan dilaksanakan tepat pada tanggal ulang tahun Kyra di bulan September, yaitu kurang dari dua bulan dari tanggal pertunangan. Meski dihitung manual hari itu masih cukup lama, tapi bagi Kyra, hari itu akan datang sebentsr lagi. Bohong jika ia tak gugup. Ia sangat gugup. Bahkan, di hari pertunangan kemarin, ia merasa jantungnya akan meledak. Kalau Raka tidak ada di dekatnya, ia sudah mati karena serangan jantung.
Jika dibilang cemburu, Kyra akui ia merasakannya, tapi hanya sedikit. Ia kesal melihat Raka tidak bisa menolak sikap kegatalan lima teman kampusnya yang mendekati Raka secara tiba-tiba itu. Tapi, perasaan yang ia rasakan lebih besar adalah perasaan cemas karena Raka tidak berani menyakiti perempuan-perempuan itu. Padahal, Raka hanya perlu bersikap tegas. Tapi, itulah Raka. Dia tidak berani menyakiti perasaan perempuan sedikit pun. Ah, mungkin ini yang disebut geregetan.Ketika Vino bertanya apakah ia sudah menyukai Raka atau belum, tentu Kyra tak berbohong ketika ia menjawab bahwa ia menyukai Raka. Namun, jika rasa suka itu mengarah ke rasa suka lawan jenis, Kyra belum yakin. Rasa suka Kyra pada Raka lebih kepada rasa aman dan nyaman. Kyra tak pernah merasakan perasaan hal seperti ini sebelumnya. Tapi, ia yakin, jika perasaan ini berlanjut, ia akan jatuh cinta pada Raka. Namun, hal itu akan menyulitkannya, tentu saja. Jika ia terlarut dalam rasa cintanya, ia takut tak
Sebelum menemui Merlin, Raka menemani Kyra untuk melakukan pengambilan sampel darah di laboratroium rumah sakit, kemudian pergi ke ruang EKG untuk merekam kerja jantungnya, barulah mereka menunggu waktu praktik Merlin sambil menunggu hasil darah dan hasil EKG keluar. Selagi menunggu, mereka pergi ke kafe di dekat rumah sakit. Mereka punya cukup banyak waktu."Jadi, kamu selalu berangkat pagi untuk ambil darah dan EKG, terus kamu nunggu dua jam sendirian, baru bisa nemui Dokter Merlin?" tanya Raka.Kyra mengangguk sambil berjalan menuju meja kosong di sudut ruangan, sementara Raka mengikuti dibelakang sambil membawakan minuman pesanan mereka. Setelah duduk, barulah Kyra menjelaskan. "Nggak mungkin bolak-balik, 'kan? Walaupun rumah deket, tapi bakal lebih capek kalau bolak-balik. Jadi, biasanya aku nunggu di sini, atau duduk-duduk WiFi-an di kantin rumah sakit, atau gosipin dokter-dokter sama perawat-perawat." Ia terkekeh-kekeh setelah menyebutkan yang terakhir."Mere
Hari Minggu ini cerah sekali, cocok untuk jalan-jalan sehat sambil mencari sarapan. Semalam, ia sudah merencanakannya dengan Kyra, dan ia jadi bersemangat sekali sampai sulit tidur semalaman. Ia benar-benar seperti orang kasmaran. Ia jadi tak bisa berhenti memikirkan Kyra. Rasanya, Raka bisa gila karena Kyra. Entah sejak kapan ia jadi seperti ini. Ia sampai tak sabar untuk segera menikahi Kyra dan menghabiskan banyak waktu dengan Kyra."Nunggu lama, Kak?" tanya Kyranyang baru saja keluar dari unitnya.Raka menggeleng. "Yuk." Ia meraih tangan kanan Kyra dan menggandengnya, lalu mengajaknya berjalan menuju elevator. Ia tak boleh menatap wajah Kyra terlalu lama, atau ia tak akan mampu mengontrol ekspresinya. "Katanya, Vino dan Jess agak telat. Jadi, kita langsung ketemuan di CFD. Kamu jalan kaki nggak apa-apa, 'kan?Kyra mengangguk. "Nggak apa-apa. Aku biasa jalan kaki jauh, kok. Mungkin kondisiku akhir-akhir ini nggak begitu stabil, tapi hari ini aku merasa sangat seh