Meli dan Ronald sangat paham bagaimana watak Ilham. Tidak suka bekerjasama, emosian, ego tinggi. Tidak ingin terlihat lemah. Makanya Ilham akrab dengan perusahaan Franve, karena itu satu-satunya perusahaan yang tidak terlibat bisnis dengan keluarga Penang. "Arini," suara bariton seseorang menyapa. Meli dan Ronal saling pandang. Rian mencebik licik. Berlalu sebelum Arini berbuat lebih mengerikan. "Awas kalau sampai terjadi sesuatu pada lelaki tadi, lehermu taruhannya," ancam Arini pelan tapi tajam tepat ke telinga Rian sebelum Ilham datang mendekat. Rian mematikan power ponselnya setelah celotehan Karin panjang lebar. Mengapa juga keponakannya itu jadi terkesan menyukai Burhan?Bukan cuma Rian yang kesal, tapi Arini tak kalah sinis menatap kesal pada Karina.Rian.tidak jadi menelpon anak buahnya. Ia berdecak gusar. Ancaman Arini ternyata berefek. Manusia yang tadinya hendak menonton gratis drama adu jetos.terutama anak-anak Arya, Bagas dan lainnya. Mundur teratur. Kibasan tangan Rian
"Kamu terlambat mengatakan maaf. Sakit itu sungguh sadis mengoyak dan mengobrak abrik jantung ini." Retina perempuan itu mengambang. Nanar menahan air mata. Ingatannya melayang setiap slide kejadian demi kejadian sebelum akhirnya talak tiga sah secara agama antara ia dan Ilham. Slideshow perjalanan sebuah guncangan arasy berawal, dari sebuah kesalahan yang tak diniatkan. Semua peristiwa demi peristiwa bermain-main di kepala Arini. Jangan coba-coba menyalah dengan hukum Allah, karena Allah SWT sebaik-baik pembuat makar. Mata Arini memejam lagi. Gambaran masa-masa jatuhnya talak menyerbu ingatannya. "Kau ingat, Arini. Aku Ilham Arya Penang, walau mama dan papiku tidak cocok dengan keluarga Jansen, tapi, aku adalah cucu laki-laki satu-satunya." "Terus, tujuanmu apa mengatakan itu padaku?" "Baiklah, bukankah kau meminta talak dariku?" "Ya, mana? Katakan sekarang juga, talak aku! ayo talak!" "Dasar keras kepala! apa sama sekali tujuh tahun tidak berbekas dari ingatanmu tentang kita
Ilham dipecat, padahal ia salah satu pewaris perusahaan. Tentu saja hal yang tidak masuk akal. Faktanya lelaki itu memang dipecat. Semua permainan dari Rian si ambisius.Paman kandung Ilham itu dibantu Mira untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. *Kehadiran Mira yang direncanakan Rian, telah berhasil mengacaukan rumahtangga Arini dan Ilham.Wanita tak tahu diri itu acap kali mengganggu kenyamanan Arini di rumahnya sendiri, sejak Ilham mengiyakan tentang kesepakatan kerjasama di Franve.Mira sengaja melontarkan kalimat-kalimat bagai penggosok perkakas keluar dari bibirnya untuk Arini setiap mengantar tugas dari Pram untuk Ilham."Tanya saja sama suamimu. Kami berdua sering ketahuan bersama, Pak Rian cemburu padanya, kau tau, Arini? Putra bungsu keluarga Penang itu sangat mencintaiku. Ia lebih memilih aku daripada keponakannya. Makanya Ilham dipecat dari Perusahaan Plastik Penang. Aku kasian padanya, tak tega hidupnya yang biasa bergelimang harta harus dicemooh para kolega sendiri. K
Cerai adalah bom yang mengguncang Arasy.Kata yang paling Allah laknat adalah cerai. Jika ada solusi lain, mengapa harus bercerai? Emosi, bujukan setan, rayuan hormon egoisme telah menang melawan gumpalan kecil bernama hati. Petaka pertama di rumahtangga Arini-Ilham. (Ada yang cerai. Apa aku harus potong tumpeng?)Status baru memenuhi beranda Mira. Arini melotot tak percaya. Belum lima menit dari ia keluar rumah, Mira sudah mengetahui. Bertabungan talak seharusnya membuat Ilham berhati-hati. Sebab setan, iblis ada di mana-mana. Akhirnya kabar talak itu pun sampai ke telinga Mira. Wanita itu bahagia bukan main, selama ini sangat penasaran karena tidak pernah berhasil menggoda Ilham. Kesempatan baginya telah datang, dengan berani, ia datang ke rumah Ilham. Kebahagiaan menyelimuti hati Mira, demi mendengar tabungan talak rasanya ia sanggup memindahkan Monas ke Kalimantan saja. Setelah sebelumnya Mira tahu betul rumahtangga incarannya itu sedang tidak baik-baik saja sejak kedatangan
Slideshow perjalanan talak tiga Arini. Perempuan itu terus bercerita. Entah mengapa lidahnya mendadak mengeluarkan kata-kata tanpa jeda. "Ceritakan semua padaku, Nyonya. Jangan malu! aku berjanji akan membelamu, luahkan semua yang ada di hatimu. Aku siap mendengar apapun itu. Burhan mendengarkan cerita kisah pilu itu sambil menatap istrinya. Sesekali ia fokus melihat jalanan.Arini memejam mata. Membayangkan kejadian setelah pertengkaran antara ia dan Ilham. Ilham pergi dari rumah. Di tengah jalan Mira datang dengan skenarionya."Kau tidak bosan jika aku bercerita tentang bosmu Ilham itu bagian dari laki-laki jahannam?" tanya Arini sinis. "Bukankah kau dibayarnya untuk meniduriku lalu kembali menceraikan?""Bagaimana jika aku tidak mau bercerai dengan Nyonya? apa Nyonya mau hidup bersamaku?" tanya Burhan menatap dua manik mata Arini, intens. Wanita itu berdecih. Membuang pandangannya ke samping jendela mobil."Kau mau hidup denganku selamanya? hanya lelaki bodoh yang ingin hidup de
"Kalian tinggal di sini saja, Nak. Paman sudah beli rumah di pinggiran, walaupun sederhana tapi Alhamdulillah sangat nyaman. Jangan menumpang di rumah Meli, walaupun Paman tau, dia sangat menyayangimu." Ketika talak dua jatuh untuk Arini. Lian sang paman yang menyembunyikan catatan dosa tentang kakek Ilham alias Jansen akhirnya harus menceritakan liciknya keluarga Penang pada Arini di sore itu. "Jadi-jadi, se- sebenarnya pabrik tekstil itu milik Kakek Rusdi, Paman?" tanya Arini kaget, ia seakan tak percaya ternyata keluarga Penang sungguh licik. Sekian tahun bersama sama sekali ia tak menyangka Lian menyembunyikan kisah masa lalu keluarga suaminya."Iya, Nak. Jansen sangat lihai. Kakek Ilham itu berdarah dingin demi harta. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hajatnya tanpa peduli kemanusiaan bahkan nyawa sekalipun," ungkap Lian menunduk. Kaca-kaca bening menaungi pelupuk matanya. "Kalau paman tau mereka begitu, mengapa papa dan paman sendiri menerima pinangan Ilham, tidak mung
Bertahun-tahun pacaran, bukanlah tolak ukur seseorang untuk bisa mempertahankan rumah tangga. Bahkan setelah tujuh tahun mengarungi bahtera bersama, ikatan sakral bisa saja teberai. Selama tujuh tahun, rumah tangga Arini dalam kondisi stabil. Tidak ada riak kecil, apalagi besar. Hidupnya tenang. Walaupun Ilham memiliki karakter tak bisa membendung emosi. Arini selalu mampu meluluhkan suaminya. Tenang, tapi, hambar begitu kondisi kehidupan yang mereka jalani. Bagi Ilham memberi fasilitas untuk Arini sudah merupakan kebahagiaan. Arini kerap termenung sendirian, tak ada suara tangisan bayi untuk menyemarakkan hidupnya. Saudara satu-satunya tinggal jauh terpisah. Sebatang kara itu menyakitkan. Terkadang manusia tidak mengerti ada kebutuhan bercerita pada diri tiap wanita. Ilham tidak mengerti, sang istri butuh sesuatu selain daripada uang dan ranjang. Kekurangan yang sukar disatukan. Kehambaran di tujuh tahun rumahtangganya, membawa petaka lebih mudah menyusup ke tengah area. Hadirnya
"Apa kamu lupa dengan Arini, Ilham?" Meli menelpon Ilham setelah mendengar kabar dari Kayla bahwa Ilham berhasil mengerjakan sempurna pekerjaannya dan pergi bersenang-senang dengan Mira. Kayla termakan omongan Pram. Bahwa yang selingkuh dengan Mira itu ya--Ilham. Bukan dirinya--Pram. Kayla yang mengenal Meli dengan baik langsung menelpon, memberi kabar bahwa Ilham pergi bersama Mira. Panas dingin hati Meli mendengarnya. Menit itu juga, sigap menekan tombol angka di layar--menelpon putra tercinta. "Arini juga sudah lupa dengan Ilham, Ma," jawabnya malas berdebat. "Ini sudah dua bulan Ilham, hentikan keegoisanmu, lepas sebulan lagi Arini sudah tiga kali suci kau tidak lagi bisa mengucapkan kata rujuk padanya. Arini tidak akan pernah kembali, selamat atas ketololan kamu sebagai imam di rumahtangga." "Huh, mama, berhentilah mengurusi rumah tangga Ilham." "Apa kamu bilang?" Ah, Ilham mengatup mulutnya, menyesal melemparkan kalimat itu pada mamanya. "Ya, maaf. Ilham hanya ingin ... eh,