"CKIIIITTTTT!" Suara rem sepeda motor yang diinjak kencang itu terdengar mengerikan dan menggasak aspal jalan perumahan Stefany. 'Awas, Stefy!' teriak Kingcat Edu dalam benaknya yang hanya terlontar menjadi suara meongan nyaring.Namun, untungnya pengendara sepeda motor besar itu bisa menghentikan kendaraannya tepat waktu. Sorot lampu depan yang menyilaukan mengarah ke wajah Stefany. "Hey, Bocah ... lain kali jangan berlarian di jalan kalau masih ingin berumur panjang!" teriak emosional suara pria yang nyaris menabrak Stefany tadi."Mister Jeff Harrison?! Maaf, Anda yang seharusnya tidak mengebut di jalan perumahan, itu membahayakan orang lain!" tegur Stefany dengan berani sambil menghampiri sepeda motor pria gondrong bercambang lebat itu.Namun, Jeff berdecak kesal malas mengakui kesalahannya. Belum cukup di situ saja, ada hal lain yang harus disampaikan oleh Stefany terkait rekaman CCTV rumah Mister Johannes Moore. "Oya, Sir. Kucing Anda; Mojo, Belvin, dan Ufo telah merusakkan ta
"Apa kamu tahu bagaimana menggunakan mantra-mantra di dalam buku ini, Kingcat Edu?" tanya Stefany sambil menemani Raja Edward Forester membaca halaman di buku tebal di hadapan mereka.'Kita coba saja, Stefy. Aku paham caranya!' balas kucing oranye itu dengan bertelepati. Kemudian dia melompat turun dari tempat tidur ke lantai di samping ranjang.'Reimago Humanus!' teriak Raja Edward Forester sambil membayangkan sosok dirinya sebagai manusia normal sebelum dikutuk menjadi kucing.Kilauan cahaya kehijauan berkabut menyelimuti kucing berbulu oranye yang semakin berubah sosoknya menjadi seorang pria. Stefany yang melihat retransfigurasi itu nampak syok karena seorang pria bercambang tipis dengan tubuh tinggi tegap berdiri menjulang di hadapannya."Hello, Stefy. Kita bertemu lagi dalam bentuk manusia, bagaimana menurutmu?" sapa Raja Edward Forester dengan senyum geli di wajahnya yang rupawan.Stefany bangkit dari tempat tidurnya lalu dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh badan pria dew
"Ohh, Bu, taksinya sudah datang. Jaga diri di perjalanan ya. Merry Christmas, aku ingin mengucapkannya langsung karena kita tak akan bertemu ketika hari Natal tiba!" Stefany berpelukan dengan Nyonya Victoria Rowland di ruang makan. Wanita paruh baya itu menitikkan air mata meninggalkan putri tunggalnya tinggal sendirian di Houston untuk pertama kalinya. "Merry Christmas, Darling. Kamu sekarang sudah besar, Stefy. Kuharap segalanya akan baik-baik saja sampai kita berjumpa kembali di awal tahun baru nanti!" pesannya sebelum berpisah."Tenanglah, Bu. Ada Kingcat Edu yang menjaga dan menemaniku ke mana-mana. Dia bisa diandalkan!" jawab Stefany dengan bangga.Namun, Nyonya Victoria mendengkus serasa tak percaya dengan ucapan Stefany. Dia pun berkata kepada kucing oranye itu, "Hey, Kingcat Edu, jaga putriku selama kutinggalkan ke Michigan, okay? Aku akan membuatkan steak Salmon lezat untukmu sepulang dari libur panjang kalau kau melakukan tugasmu dengan baik!""Meeoongg!" sahut kucing oran
"Pohon Natalnya sedikit berdebu, Edu. Kita sebaiknya membersihkannya di gudang saja dulu baru membawanya ke perpustakaan!" ujar Stefany setelah membuka plastik penutup enam pohon Natal imitasi masing-masing setinggi tiga meter di hadapannya. Raja Edward Forester pun menuruti perkataan gadis itu dan membersihkan semuanya dengan mantra sihir lalu tersenyum puas dan berkata, "Dengan sedikit sentuhan ajaib, pohon-pohon Natal ini sempurna, bukan?" "Wow ini keren, Edu. Lantas apa kamu bisa membawanya sendiri dari gudang ke ruang baca perpustakaan? Ini kelihatan berat sekali!" lanjut Stefany bertolak pinggang sedikit putus asa. "Tenanglah, aku bisa. Serahkan saja padaku, Darling. Lebih baik kamu menyiapkan hiasan pohon-pohon Natal ini saja, okay?" sahut Raja Edward santai.Mereka berdua pun mengerjakan tugas masing-masing. Tanpa diduga oleh Stefany, pria bertubuh jangkung itu berhasil memindahkan keenam pohon Natal sesuai dengan tempat yang seharusnya di ruang baca perpustakaan."Tugasku
"Ouch ... pinggangku serasa mau patah, Edu!" seru Stefany sambil merenggangkan otot-ototnya setelah menyelesaikan dekorasi tiga pohon Natal bersama Raja Edward Forester hingga pukul 18.00 waktu Houston."Duduklah di sini, aku akan memijatmu, Dear Stefy!" Pria bertubuh tegap itu mempersilakan Stefany duduk di bangku panjang tanpa sandaran yang ada di depan pohon Natal dekat jendela ruang baca.Gadis itu melangkah gontai seakan tubuhnya seperti melayang-layang karena terlalu kelelahan bekerja. Dia duduk di samping Raja Edward lalu menoleh bersitatap dengan pria dengan wajah bercambang tipis yang nampak seperti berusia awal tiga puluhan itu. "Kita pulang sebentar lagi ya, Edu," ajak Stefany sambil bersandar di dada pacarnya. Bahu dan lehernya dipijat pelan oleh Raja Edward. "Biarkan aku menggendongmu sampai ke rumah, Stefy. Ayo ambil tas ranselmu di loker!" ajak Raja Edward sembari menarik tangan Stefany agar berdiri.Gadis itu menganggukkan kepalanya lalu menyeret dirinya menuju loker
"Wow, keren sekali pohon Natalnya!" seru seorang bocah perempuan berusia enam tahun di depan salah satu pohon Natal yang dihias oleh Raja Edward dan Stefany selama tiga hari."Claudia, ayo ke marilah untuk berfoto bersama Piet Hitam dan Rudolph si rusa berhidung merah!" Seorang wanita berbaju merah dengan rambut cokelat bersanggul sederhana melambaikan tangan memanggil putrinya di ruang baca Houston Public Library.Gadis manis berkepang dua itu berlari menghampiri ibunya seraya menjawab penuh keceriaan, "Yes, Mommy, coming!"Tanggal 24 Desember, perpustakaan terpopuler di kota Houston, Texas itu mengadakan acara meriah untuk merayakan hari Natal. Lagu-lagu bertema Natal seperti Jinggle Bells, White Christmas, Joy to The World, Silent Night, dan lain sebagainya diputar tiada henti di ruang baca yang biasanya dilarang orang berisik."Stefany, apa penampilanku sudah mirip Santa Claus?" tanya Raja Edward Forester dalam baju merah dengan bulu-bulu putih di bagian kerah dan manset lengan ba
"Hey, Stefy. Aku ingin membeli kue yang itu!" tunjuk Raja Edward Forester ketika mereka melewati etalase sebuah bakery. Stefany menghentikan langkahnya lalu menoleh ke etalase di samping kanannya. "Itu Red Velvet Cake, kamu suka, Edu? Ayo kita tanyakan ke penjualnya apa bisa dibeli atau hanya sekedar kue imitasi!" sahut gadis itu lalu menggandeng lengan pacarnya memasuki toko kue Clairmont."Selamat malam, Ma'am. Apa Red Velvet Cake yang ada di etalase depan bisa kami beli?" Stefany menunjuk ke arah kue berdiameter 20 sentimeter di rak pajang yang bersebelahan dengan Opera Cake berukuran sama."Selamat malam, Nona. Tentu saja bisa, kebetulan sekali kue yang kamu inginkan baru saja matang dua jam yang lalu dari dapur kami. Akan kuambilkan dan kubungkus terlebih dahulu, sebentar ya!" jawab Mrs. Ludwina Rotellio, seorang wanita berdarah Italia yang tinggal menetap bertahun-tahun di kota Houston dan membuka bakery di dekat perpustakaan tempat Stefany bekerja.Sambil membungkus kue yang d
Ada asap membubung tinggi di Desa Tiger Feet yang nampak dari kejauhan. Dari hutan Timberwood para pengungsi bersama ksatria pelindung kerajaan Centurion Land juga melihat situasi yang tak biasa tersebut.Perdana Mentri Andres Wilbur menghampiri Marlene Rossward dan Brigitte Walder yang sedang merakit kayu untuk proyek tempat persembunyian pengungsi dari ibu kota di Gua Landermark. Dia berkata, "Kalian coba periksa ada apa di desa seberang bukit. Tidak seharusnya ada asap tebal membubung tinggi seperti itu. Aku kuatir ada perusuh yang menyerang penduduk Desa Tiger Feet."Harley Swambezi segera menaruh palu bertukangnya lalu menghampiri kedua ksatria wanita dan Perdana Mentri Andres Wilbur, "Tuan Perdana Mentri, izinkan aku mengawal mereka!""Baiklah, itu ide bagus. Kalian pergilah sekarang!" sahut Perdana Mentri Andres Wilbur.Maka ketiga ksatria sakti itu pun naik hewan tunggangan masing-masing. Dua pegasus putih dan seekor naga merah terbang melesat ke angkasa. Mereka langsung menuj