Kinan saat ini berada di toko ice cream, bersama Noah yang sudah ia paksa hingga berkali-kali sampai mau menemaninya. Kinan memakan pelan es krim vanillanya, rasa yang sama yang dimakan oleh Noah.
"Aku sungguh bangga dengan diriku," kata Kinan pongah. "Aku pasti berhasil menyatukan dua orang itu."
Noah hanya menatap malas, ia ingin cepat-cepat menghabiskan es krim berukuran besar di hadapannya saat ini. Kalau saja ia tahu, Kinan akan memesan dengan ukuran sebesar ini sudah pasti ia lebih memilih pulang.
"Apa aku sudah cocok mendaftar jadi anggota biro jodoh?" tanya Kinan, menangkup pipi dengan kedua tangannya dan tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Noah.
Noah masih memandang dengan wajah datar, ia memasukkan sesendok es krim ke mulutnya dan berkata, "tidak. Kau tidak lulus semua kriteria yang ada."
"Hah?" Kinan tidka percaya, pasti Noah sedang ingin menipunya.
"Kami tidak mencari seorang wanita yang memiliki sifat kasar
Kinan sudah bersiap, long dress bewarna merah sudah melengkapi penampilannya pagi ini. Tapi, ia tidak berniat untuk menjumpai salah satu pria itu karena pagi ini ia hanya ingin berkeliling dengan menyewa sebuah sepeda. Tentu saja ia tidak akan sendiri, ia tetap memaksa Noah untuk ikut dengannya."Sekarang kau ingin apa?" tanyanya pada Kinan yang sudah menyiapkan dua sepeda yang memiliki keranjang di depannya itu dan mengisyaratkan Noah untuk naik. "Kau menyuruhku naik sepeda?"Kinan mengangguk. "Kau harus menemaniku, kalau saja kau tidak salah memilih orang. Luka memar di pipiku tidak akan aku dapatkan dan aku tidak harus—""Hentikan ocehanmu," potong Noah seraya naik ke sepeda yang sangat tidak cocok untuk tubuh kekarnya.Kinan tampak sangat antusias, ia mendayung sepedanya—mengejar Noah yang sudah berlalu cepat di depannya. "Tunggu aku!"Keduanya berkeliling pada sebuah taman yang membentang luas di dekat gedung apartemen yang N
"Sejujurnya aku tidak terlalu suka baca buku," kata Kinan seraya memperhatikan satu persatu buku yang terpajang di toko buku tersebut. Ia berdiri di samping Noah, sesekali melihat buku yang pria itu pilih."Aku juga tidak," ujar Noah seraya membaca bagian belakang sebuah buku yang baru saja ia ambil dari rak. "Aku hanya membaca jika aku membutuhkan hal yang penting."Kinan hanya bergumam pelan, tangannya tergerak untuk mengambil salah satu buku yang letaknya cukup jauh di atas. Kinan berjinjit, berusaha menggapai tersebut.Namun, karena tubuhnya yang pendek Kinan menjadi sedikit kesulitan. Beruntung Noah menyadari hal itu, pria itu menjadi pahlawan yang mengambil buku yang wanita itu ingkan dan memberikannya. "Kau harus sering-sering olahraga, untuk menambah tinggi badanmu," kata Noah.Kinan memutar matanya malas. "Aku juga bisa mengambil buku itu tanpa bantuanmu.""Untuk mencari pasangan saja kau membutuhkan aku." Noah membicarakan keb
Renaldi pria yang hangat, Kinan bisa melihat jika Renaldi hanyalah seorang pria sederhana yang bekerja seperti orang normal pada umumnya. Ia terlihat penyayang, terbukti dari anjing jenis Siberian Husky jantan yang ia pelihara itu. Kinan sesekali tertawa saat anjing bernama Ace itu berlari dan bersikap manja kepadanya."Sepertinya Ace menyukaimu," kaya pria berkemeja biru tua itu. Dari penampilannya juga terlihat jelas bahwa Renaldi adalah orang yang rapi."Benarkah?" Kinan mengelus anjing berwarna putih dengan sedikit corak hitam di bulunya itu. "Apa kau menyukaiku?""Ngomong-ngomong Kinan, apa pendapatmu tentang pernikahan?"Kinan berhenti, pertanyaan itu lagi. Tapi, kali ini ia akan berusaha menjawab. "Aku tidak terlalu tertarik dengan pernikahan."Kinan bisa melihat ada guratan rasa penasaran langsung tercipta di wajah pria itu."Kenapa?" tanyanya. "Banyak wanita yang menginginkan pernikahan."Kinan yang semula berjong
Kinan memutar matanya jengah, saat Wisnu baru saja memutuskan panggilan telponnya. Pria itu memang sedikit aneh, sepanjang menit ia hanya berbicara sepatah dua kata yang Kinan sendiri tidak mengerti dan sekarang ponsel berwarna merah muda kembali bergetar.Sebuah pesan dari Renaldi terpampang di layar ponselnya. Kinan menghela napasnya berat. Ia membukanya dan membaca pesan dari pria itu.Dia masih normal, Kinan tau itu. Tapi, ini membosankan. Kinan tidak suka jika saat memulai sebuah obrolan dengan pertanyaan klise seperti itu. Sedang apa? Sudah makan? Apakah Kinan tidak cukup dewasa untuk tau kapan saatnya ia harus makan?Si sialan Noah itu berani sekali dia menantang Kinan. Tapi, bagaimana jika ia tak juga mendapatkan pasangannya. Kinan tidak mau kalah dari pria songong itu. Meski kalau dipikir-pikir ia cukup baik dan lebih normal ketimbang kelima cowok aneh itu.Kinan merebahkan tubuhnya di ranjang, tawa Noah tiba-tiba saja terlintas
Kinan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya setelah mendengar penuturan Gery. Keduanya duduk di salah satu meja bundar yang tersedia di gedung super mewah itu. "Lalu jika kau sudah dijodohkan, mengapa kau mendaftar sebagai seseorang yang mencari pasangan?""Bukankah sudah jelas, bahwa aku tidak menyukai wanita itu," kata Gery menaikkan alisnya, memberi tanda untuk Kinan agar melihat wanita berambut panjang lurus yang terlihat tengah berbincang dengan beberapa tamu."Bukankah dia wanita yang cantik?" Kinan menolehkan kembali pandangannya. "Sebenarnya apa yang pria cari?"Gery menyungging senyum, mengambil gelas berisi minuman beralkohol di hadapannya. Ia menegaknya sedikit lalu berkata, "tidak ada yang mau dipaksa untuk bisa hidup dengan seseorang yang tidak kau cintai."Kinan terdiam, perkataan pria itu kembali menenggelamkan dirinya ke dalam kubangan itu. "Ya, kau benar. Seharusnya kita bisa menikah tanpa dipaksa."Gery menatap Kin
Alunan musik mulai terdengar menggema, seiring gerakan dansa para pasangan yang terlihat sangat antusias. Kinan masih berusaha untuk rileks dan menstabilkan detak jantungnya, ia gugup setengah mati. Apalagi sedari tadi Noah terus memandanginya, Kinan jadi salah tingkah dibuatnya. "Berhenti memandangiku seperti itu," bisiknya pelan, sambil terus mengikuti langkah kaki Noah yang menuntunnya."Bukankah kau ingin menang?" tanyanya. "Bersikaplah seolah-olah kita ini pasanganBenar juga. Baiklah. Kinan mencoba menikmati alunan musik tersebut sambil menatap wajah Noah, sorot tajam mata pria itu mampu dengan cepat menenggelamkannya.Ada sesuatu yang aneh pikir Noah, ia sama sekali tidak bisa memindahkan pandangannya dari wanita ini. Setiap jengkal wajah Kinan bisa ia lihat dengan jarak sedekat ini, mata coklatnya berhasil terbius.Kinan melakukan gerakan memutar tubuhnya dengan merentangkan sebelah tangannya di ge
Kinan tidak bisa berpikir, ia tidak mungkin mencium Noah. Tapi, mengatakan jika mereka bukan pasangan lebih tidak mungkin. Kinan tidak ingin dipermalukan karena telah menipu ratusan orang yang hadir di sini. Ia juga tidak rela jika kalung yang sudah melingkar cantik di lehernya diambil kembali."Kami tidak pernah menunjukkan kemesraan kami di depan publik, jadi kami merasa sangat malu jika melakukannya di sini." Noah masih mencoba bersikap tenang meski ia sudah merasa ingin kabur dari sini.Kinan membuang napasnya gusar, masa bodoh dengan reaksi pria itu nanti. Tapi, Kinan harus segera menyelesaikannya jika keduanya tidak ingin terjebak di sini--di depan orang-orang yang tengah menatap mereka penuh tanda tanya juga curiga.Lantas Kinan menarik Noah, mendaratkan bibir ranumnya pada bibir pria itu. Persetan dengan apa yang terjadi setelah ini, sekarang Kinan lakukan saja sebelum kalung berlian berharga selangit itu diambil kembali. Kinan mengalungka
Noah membuang napasnya lelah, ia telah berhasil membawa wanita itu ke apartemennya. Awalnya ia ingin membawa Kinan pulang ke rumahnya saja, tetapi Noah tidak lagi sanggup menyetir karena pengaruh alkohol yang ia minum tadi sedikit membuat kepalanya berat."Aku tidak tau kenapa ibu terlalu memaksaku untuk menikah, padahal aku sudah bahagia."Noah menatap Kinan yang tertidur di lantai dapur, sejak 10 menit yang lalu wanita itu tidak mau diajak untuk bangkit dari sana. Ia terus meracau dan sesekali berteriak. "Aku takut, aku takut menikah!"Kinan tiba-tiba bangkit menghadap ke arah Noah yang terduduk di kursi makan. Rambut wanita itu tampak acak-acakan, dengan riasan yang telah sepenuhnya luntur dari wajahnya. "Aku ingin bebas tanpa ada yang mengekang diriku," katanya sebelum kemudian merentangkan tangan dan berputar-putar seolah sedang menari di udara.Noah sejujurnya belum paham, ketakutan apa yang sebenarnya m