Share

Part17

Akhirnya selesai juga. Asap sayur masih mengepul saat kuhidangkan. Kalau siang, kami hanya makan berdua saja. Karena Mas Raka tidak pernah makan siang di rumah. Katanya kantornya agak jauh. Akan buang-buang waktu kalau pulang saat jam makan siang.

Lagi pula, ada aku yang menjaga Mbak Silvi, saat sedang hamil begini. Jadi kelihatannya dia bisa sedikit lebih tenang.

"Enak nggak, Mbak?" Kulihat Mbak Silvi makan dengan lahap.

"Iya, Delima. Masakan kamu enak," pujinya. Entah itu tulus atau tidak, aku tak lagi peduli.

Tak lama kulihat matanya mulai memerah. Seperti ada yang menggenang di sana. Apa yang terjadi? Dia seperti hendak menangis. Apa aku telah melakukan kesalahan?

"Mbak Silvi kenapa?" Kuberanikan diri untuk bertanya.

Dia tak menjawab. Lalu mengusap air yang menetes di sudut matanya.

"Sayurnya nggak enak ya, Mbak?" Aku merasa bersalah. Dia menggeleng.

"Atau perut Mbak sakit lagi? Delima telpon Mas Raka ya, biar nganterin Mbak ke rumah sakit. Delima nggak bisa bawa mobil. Atau kita
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status