"Maafin Abang, Puspa, Abang kaget!" Rengek Bang Ramon sambil memeluk tubuhku yang menegang kaku. Aku masih terisak, tidak bisa menjawab ucapan maafnya. Semua terlalu mengejutkan bagiku. Suamiku yang terkenal manis, walau tidak terlalu romantis, selalu memperlakukanku dengan baik, belum pernah sama sekali bersikap seperti orang lain yang tidak aku kenali.
"Kenapa harus kaget? Bukankah di rumah ini hanya ada aku dan Abang. Memangnya Abang kira, siapa yang memeluk Abang?" cecarku dengan diiringi is akan pedih.
"Apa yang sedang apa pikirkan? Bukannya baru saja dapat bonus? Tetapi Abang seperti tertekan, sehingga memperlakukanku seperti orang lain," tanyaku lagi. Bang Ramon mendesah berat, ia mengurai pelukannya, lalu berbalik badan untuk meneruskan memakai pakaiannya.
"Aku hanya kaget saja, kamu tidak perlu terlalu berlebihan. Kurangi membaca novel online tentang perselingkuhan, karena hal-hal seperti itu yang a
Mobil Pak Wahyu melaju cukup kencang menuju klinik terdekat. Di dalamnya ada Bang Ramon yang membawa Ayu yang tengah pingsan, serta ada satu ibu-ibu tetangga lainnya yang menemani. Semua panik, termasuk pun aku.Tas yang sudah kubawa tadi, ku lemparkan begitu saja masuk ke dalam rumah melalui jendela depan yang memang belum dipasang teralis besi. Kunci motor ada di saku celanaku, tentu saja hal ini membuatku memutuskan untuk mengejar suamiku sampai di klinik. Semoga aku tidak kehilangan jejaknya.Mobil Toyota milik Pak Wahyu berada di parkiran klinik dua puluh empat jam yang cukup luas. Aku pun ikut memarkirkan motorku di area parkir khusus motor. Dengan berlari aku masuk ke dalam klinik untuk bertanya keberadaan suamiku."Maaf, Sus, pasien wanita yang dibawa dengan mobil di depan itu, ada di mana ya?" tanyaku pada petugas yang berjaga di meja pendaftaran."Oh, sedang diperiksa di dalam,
"Katakan Ayu, kenapa malah diam? Ada hubungan apa kamu dengan suamiku? Apa kalian berselingkuh di belakangku? Sudah berapa lama? Apa kalian punya anak dari perselingkuhan ini? Katakan!" Aku tak sanggup berdiri tegak, tubuhku limbung begitu saja karena terlalu emosi pada suami dan juga gadis bernama Ayu. Bu Rika menahan tubuhku, lalu membisikkan kalimat sabar."Sayang, kamu salah paham! Bukan seperti itu." Bang Ramon masih mencoba membela diri. Namun aku tidak percaya begitu saja, aku tidak mau diselingkuhi. Pantang bagiku berbagi ranjang dengan wanita lain."Di mana letak salah pahamnya? Kalian ini saling kenal dan aku mendengar apa yang kamu katakan pada Ayu. Kamu mengkhawatirkan gadis ini, Bang, kamu menyukainya, kalian berselingkuh! Aku membencimu! Aku membenci kalian berdua!" Teriakku dengan sekuat tenaga hingga membuat Ayu semakin menangis sampai sesegukan. Aku tidak peduli, jika bisa kucakar, maka akan kucakar wajah drama
"Sayang, ya ampun, syukurlah kamu sudah sadar," samar kudengar suara Bang Ramon ada di dekatku, tepat mataku terbuka dengan pelan. Lelaki itu menggenggam tanganku dengan erat, seolah-olah tak rela jika aku menghempaskan kembali tangannya, seperti waktu itu. Bagaimana aku bisa melakukannya, untuk bangun saja tubuhku benar-benar tidak bertenaga."Ini di mana?" tanyaku dengan suara parau."Kamu ada di klinik, Sayang." Aku terdiam sesaat, lalu tertawa pedih kemudian. Licik sekali suamiku yang membawaku ke klinik terdekat dari rumah kami, semua ini pasti karena ia ingin berdekatan dengan Ayu. Pasti itu, tidak salah lagi."Klinik yang sama dengan Ayu? Iya? Kalau begitu, aku ingin pulang saja. Aku tidak mau berdekatan dengan pelakor, ah... salah, jika kamu menikah dengan gadis itu terlebih dahulu, maka aku yang disebut pelakor ya, ha ha ha.... ""Sayang, sudahlah, Abang membawamu ke sini, karen
Aku sudah berada di rumah. Menurut penjelasan dokter kandungan tadi siang, kondisiku baik, begitu juga dengan janin yang kukandung, sehingga Bang Ramon memutuskan untuk membawaku langsung pulang ke rumah. Aku pun juga tidak ingin berlama-lama di klinik yang ada Ayu juga di dalamnya.Suamiku tengah di dapur, saat pulang tadi aku tiba-tiba menginginkan jus jambu merah, sehingga ia memutuskan untuk membuatkan jus untukku. Katanya biar lebih sehat.CklekPintu kamar terbuka."Halo bumil, ini jusnya," kata Bang Ramon dengan senyuman manisnya; masuk ke dalam kamar sambil membawa satu gelas jus jambu biji."Apa Abang pernah tersenyum semanis ini pada Ayu?" tanyaku penasaran. Aku tidak mau begitu saja mempercayai semua ucapan Bang Ramon, bisa saja kisah yang ia ceritakan hanya bualan belakang agar aku tidak mengamuk dan minta berpisah. Bagaimana mau berpisah? Saat ini aku te
POV Ayu"Aku sudah bilang sama kamu, sampai kamu tertutup tanah pun, suami tua kamu itu tidak akan pernah melihatmu. Sadar Ayu, kamu masih muda, baru ulang tahun ke-20 dan kamu mengharap suami kamu mau melirik ke arahmu? Tidak akan!" Aku hanya bisa menghela napas mendengar ocehan Wisnu. Hati ini milikku, Bang Ramon juga suamiku walau aku tidak dianggap ada. Bodo amat!"Ya biarin aja aku gak dilihat, yang penting aku bisa lihat. Biarin aku gak dianggap, yang penting aku masih menganggap Mas Ramon suami aku." Wajahku yang masih sangat pucat menjadi sedikit kemerahan karena kesal. Wisnu selalu saja membenci Mas Ramon, padahal aku dan mama tidak seperti itu."Terus sekarang, setelah Mbak Puspa tahu kamu istri pertama Mas Ramon, apa kamu yakin wanita itu tidak akan membenci kamu?" tanya Wisnu lagi padaku. Aku mengangkat bahu tidak yakin. Bisa iya benci, bisa iya tidak."Yang pasti Mbak Puspa gak suka aku tinggal di dekat rumahnya, tapi bodo a
Pov Ramon["Halo, assalamu'alaikum, ya, Sayang, ada apa telepon Abang siang-siang?"]["Abang ada di mana?"]["Abang di mal, ada pameran. Kenapa? Mau pesan donat J*o yang ada di mal?"]["Gak usah manis-manis, Bang, apa maksud Abang bayarin biaya perawatan Ayu? Segitu perhatiannya Abang sama bocah itu? Apa sebenarnya Abang mencintai gadis itu diam-diam? Hah!"]Terpaksa kujauhkan ponsel begitu mendengar suara amat nyaring milik Puspa. Aku berjalan sedikit menjauh dari meja pameran, mencari tempat sedikit sepi untuk menjelaskan pada Puspa.["Halo, Bang, kenapa diam?"]["Sayang, Abang gak ada niat apapun, Abang hanya kasihan saja. Masa enam ratus ribu saja Abang tidak keluar uang untuk Ayu? Abang janji hanya sekali ini saja membayar biaya perawatan Ayu. Kamu tolong mengerti ya, Puspa."]["Gak bisa! Pokoknya ua
"Jika Abang memilih keluar membantu Ayu, maka saya pun akan keluar dari rumah ini sekarang juga!" Teriakku di depan wajah Bang Ramon. Suamiku terdiam beberapa saat, lalu kembali mendekatkan wajahnya di depan wajahku."Istriku menjadi sangat cantik jika marah seperti ini. Biarkan pawang ular yang menangkapnya. Abang mana berani menangkap ular, geli! Lebih baik Abang peluk istri saja, malah dapat pahala." Aku tersenyum menang dalam hati. Syukurlah Bang Ramon menurut. Suamiku kembali melanjutkan aktivitas panas yang sempat berhenti beberapa saat.Diantara gelombang cinta sahdu yang diberikan Bang Ramon, sayup-sayup kumasih mendengar teriakan Ayu yang meminta tolong dan juga ada beberapa suara warga yang datang ingin membantu. Berarti malam ini aku bisa tidur nyenyak bersama suamiku tanpa memedulikan Ayu. Lihat saja nanti, aku akan mempertahankan pernikahanku dengan Bang Ramon dan Ayu tidak akan pernah masuk dalam kehidupan kami.
Tok! Tok!"Ayu, buka!" Teriakku di depan rumah Ayu. Suara langkah kaki mendekat. Lalu gadis bernama Ayu muncul dengan kemeja kotak-kotak berwarna ungu dan juga celana jeans hitam. Tampilannya begitu trendi, pasti tidak akan ada yang menyangka dia sudah bersuami dan tengah mengganggu rumah tangga orang lain."Ya, Mbak," jawabnya sambil tersenyum tipis. Aku masuk begitu saja ke dalam rumah Ayu dengan wajah merah menahan emosi."Apa maksud kamu kirim pesan ke suami saya?" gadis itu menghela napa berat, lalu melipat kedua tangannya di dada."Apa Mbak lupa, saya juga istrinya? Saya hanya mengirimkan pesan, bukan mengajak Mas Ramon tidur bersama saya. Ayolah, Mbak, dua tahu tidak akan lama'kan? Masa hanya berkirim pesan juga gak boleh? Lagian bukan pesan mesum, hanya pesan ucapan semangat saja," ujar Ayu membela diri.Wajah polosnya yang cantik, kini sudah tak sedap dipand