Claire melebarkan mulutnya. “Film ini ….” Tetiba terdengar suara yang tidak bisa dideskripsikan. Wajahnya seketika merona!Astaga! Sebenarnya film apa yang dicari Claire!“Aku … aku … aku ganti dulu.” Claire meletakkan piring buah, lalu hendak berdiri. Namun, Javier langsung menarik Claire masuk ke dalam pelukannya.Javier menatap wajah yang memerah itu, lalu bertanya, “Kenapa kamu mengajakku nonton film seperti ini? Apa kamu lagi mengisyaratkan sesuatu?”Claire menggeleng. “Bukan, aku ….”Bibir Javier mendekati pipinya. “Benarkah?” Telapak tangan Javier menempel di bagian pinggangnya. “Apa kamu tidak ingin melakukan yang lain?”Belum sempat Claire menjawab, bibirnya sudah disumpal oleh Javier. Bibir Javier lalu beralih ke bagian leher Claire. Dia tersenyum. “Aku ingin Claire yang semalam.”Claire langsung mengambil inisiatif untuk menciumnya. Bibir Claire mencium bibir Javier, lalu perlahan-lahan berpindah tempat ke bagian pinggang. Tetiba Javier menahan pundak Claire. Keringat sudah
Javier menekan Claire ke dalam pelukannya, lalu mengecup bibirnya. “Pekerjaan tidak sepenting kamu.”Claire memeluk Javier dengan erat. Dia membenamkan kepalanya di dalam pelukan Javier. Saat tersenyum, air mata pun menetes dari ujung matanya. “Kamu selalu bersikap baik sama aku. Aku pasti akan terbiasa.”Javier tersenyum. “Kamu mesti terbiasa.” Jari tangan Javier mengusap air mata Claire. “Seumur hidupmu, kamu hanya boleh terbiasa dengan kebaikan dan cinta yang kuberikan.”Entah sejak kapan film telah berakhir, mereka juga tidak mengetahuinya. Claire merasakan kehangatan yang diberikan Javier. Setelah berkali-kali, mereka pun saling berpelukan dan memejamkan mata.Tetiba Claire teringat dengan bunga mawar biru di dalam halaman. Bunga-bunga itu sangatlah indah, seindah kisah cinta mereka.“Aku sungguh beruntung bisa bertemu kamu pada malam 10 tahun lalu. Seandainya waktu bisa diulang kembali, aku juga nggak akan menyesal.”Javier menunduk menatap orang di dalam pelukannya. Dia pun ters
Claire menunduk. “Bagaimana dengan tuan muda kecil itu ….”Gina menghela napas. “Jasadnya tidak ditemukan. Hengky memang masih muda, masih sanggup untuk mengambil alih kekuasaan. Sekarang … dia masih larut dalam kesedihan kehilangan anak semata wayangnya.”Claire menggigit bibirnya dengan kuat.Sejujurnya, hingga saat ini, Claire sendiri juga tidak menerima kabar kepergian anak itu. Jules masih sangat kecil, tapi dia malah mesti menanggung dendam pribadi para seniornya. Bahkan, Jolin juga gugur saat menjalankan misinya.Tak lama kemudian, Claire mengantar kepergian Gina. Pada saat ini, Widya berjalan ke sisi Claire. “Bu Claire, Grup Zahra antar keranjang bunga buat kamu.”“Grup Zahra?” Claire tertegun sejenak. Seingat Claire, sepertinya Grup Zahra adalah milik keluarga Noni Zahra.Hingga detik ini, Soulna tidak pernah memiliki hubungan bisnis dengan Grup Zahra. Alasannya karena kasus Noni waktu itu.Claire melihat keranjang bunga yang diangkat ke dalam ruangan. Di atasnya memang terter
Javier memeluk Claire dari belakang. Detak jantungnya berdetak kencang. “Tiga tahun lalu, kamu di seberang, sedangkan aku di sini.”Setelah berbicara, Javier membenamkan kepala ke dalam leher Claire. “Tiga tahun lalu, kamu datang untuk melelang perhiasan. Tapi malam ini, aku ingin beri kamu perhiasan yang paling bagus.”Acara lelang akhirnya dimulai. Di atas panggung sedang dipajang barang lelang pertama, yaitu berlian merah muda dari Negara Anggara. Para hadirin mulai membuka harga.Claire melihat Javier yang tidak bergerak sama sekali. Sepertinya tujuan kedatangan Javier bukan demi berlian ini. Dia juga mulai penasaran perhiasan apa yang hendak Javier hadiahkan kepadanya.Setelah beberapa produk dilelang, Javier masih saja tidak membuka harga. Claire yang penasaran itu segera mendekatinya. “Aku mulai penasaran.”Javier mendekati telinganya. “Penasaran, ya?”Claire tersenyum. “Apa mungkin aku nggak penasaran? Aku lihat pelelangan di bawah sana nggak begitu sengit. Sepertinya ada baran
Javier memeluk Claire. “Bagaimana cara kamu berterima kasih?”Claire menjinjit ujung kakinya, lalu mencium bibir Javier. “Ini adalah hadiah yang paling aku sukai dari semua jenis hadiah. Aku akan menyimpannya untuk selamanya.”Javier mengecup kening Claire. “Yang penting Claire gembira.”Keesokan harinya, di akademi musik.Bunga-bunga tampak telah bermekaran menghiasi seisi taman. Orang-orang tampak lalu lalang di koridor. Saat ini, para guru sedang mengobrol. “Dengar-dengar Angie akan kembali mengajar lagi? Seingatku, dia jurusan nari balet, ‘kan?” “Memangnya kenapa kalau dia belajar nari balet? Dia pernah dapat banyak penghargaan atas bakat pianonya. Wajar kalau dia kembali jadi mentor di sini.”“Dengar-dengar dia itu satu angkatan dengan Louis. Dia itu bunga kampus angkatan musik modern. Seandainya mereka jadian di masa kuliah dulu, sepertinya mereka akan menjadi pasangan yang paling serasi. Sayangnya, waktu itu Louis nggak punya pemikiran seperti ini.”Guru wanita di samping berd
Candice tertegun.Johan berjalan ke hadapan Candice, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Candice, kita tidak bisa mengharapkan orang lain. Saat orang lain merasa musik tradisional itu membosankan, kamu pun harus membuktikannya kepada orang lain.”Setelah mendengar masukan dari Johan, Candice yang tadinya bingung pun mulai berpikiran jernih.Candice tersenyum. “Aku mengerti. Terima kasih, Pak Johan.”Candice memberi hormat kepada Johan, lalu meninggalkan ruangan. Johan menatap kepergian Candice dengan tersenyum puas.Beberapa hari kemudian, Candice mengumpulkan beberapa murid jurusan musik tradisional. Mereka semua kelihatan sangat bingung. “Bu Candice, kenapa kamu panggil kami ke sini?”Candice melihat lirik lagu di tangannya sembari tersenyum. “Kita bikin grup musik saja!”Seorang wanita merasa bingung. “Grup musik?”Wanita yang satunya lagi menghela napas. “Kita hanyalah murid jurusan musik tradisional, memangnya bisa bikin grup seperti apa? Sepertinya murid jurusan musik modern bakal ter
“Tapi semua itu adalah instrumen musik luar negeri. Kalian semua belajar instrumen mereka untuk mengembangkan reputasi negara orang lain. Kemudian, kalian bakal bangga ketika mengatakan bahwa negara kita nggak ada alat musik yang bisa dibanggakan, gitu?”Candice tersenyum sinis. “Alat musik seperti kecapi sudah memiliki sejarah selama 2.500 tahun. Selain itu, seruling awalnya muncul di negara kita sekitar abad ke-3 Masehi. Seruling juga memiliki sejarah panjang. Suaranya jernih dan gagah, memiliki daya tarik yang kuat. Apa ada instrumen musik modern yang bisa dibandingkan dengan warna dan karakteristik seruling? Apakah saksofon bisa dibandingkan dengan seruling?”Seorang murid yang belajar saksofon pun terkejut. Dia menggeleng dengan bingungnya.Kali ini, Candice kembali tersenyum lagi. “Padahal sejarah alat musik tradisional jauh lebih lama daripada alat musik modern, atas dasar apa musik tradisional diremehkan orang-orang.”Seusai berbicara, Candice melompat ke bawah panggung, lalu b
Seusai berbicara, Candice menepis tangan Louis, lalu berkata dengan serius, “Aku nggak suka lihat sikap arogan mereka. Heh!”Louis mencubit pipi Candice yang menggembung. “Kalau aku tidak datang, sepertinya kalian bakal berantem?”Candice menatapnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini, dia pun tidak berbicara lagi.Pada saat ini, seorang wanita cantik dengan berpakaian terusan panjang berdiri di dekat mereka. Tampak senyuman manis di wajahnya. “Kak Louis.”Candice melihat Louis sekilas. Sepertinya banyak sekali teman lawan jenis Louis. Wanita yang berjalan kemari masih kalah cantik jika dibandingkan dengan Chelsea. Namun, dia cukup berwibawa.Tanpa perlu menebak, Candice juga tahu siapa wanita ini. Sepertinya dia adalah guru wanita yang sering diperbincangkan dalam beberapa hari ini, Angie.Chelsea adalah model terkenal di ranah internasional. Dia cantik dan berwibawa. Sementara, Angie mendalami balet. Dia kelihatan sangat lembut.Louis melihat wanita itu beberapa kali, lalu b
Yura tertegun. Jangan-jangan Bastian?Yura berjalan ke belakang pintu. Saat dia hendak membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara Bastian. “Siapa kamu?”Disusul, terdengar suara di dalam koridor. Yura segera membuka pintu kamar, lalu berjalan keluar kamar. Dia menyadari sepertinya Bastian hendak menangkap seseorang, tetapi orang itu sudah melarikan diri dengan cepat.“Bastian!” jerit Yura.Bastian berjalan kembali dari ujung koridor, lalu menjerit dengan amarah tinggi, “Apa kamu tidak lihat ponselmu!”Yura yang dijerit pun tertegun di tempat. Ekspresinya kelihatan muram. “Kenapa?”Bastian menarik napas dalam-dalam. “Kalau ponselmu tidak dipakai lagi, kamu bisa membuangnya. Tadi aku kirim pesan kepadamu, kalau ada yang mengetuk pintu kamarmu, jangan buka pintu. Sepertinya kamu memang tidak peduli dengan keselamatan dirimu sendiri?”Seandainya Bastian tidak datang tepat pada waktunya, entah bagaimana nasib Yura saat ini.Yura terdiam sejenak sembari menatapnya. “Terima kasih. Aku sudah men
Yura yang sedang merapikan pakaiannya merasa syok. Dia mengangkat kepalanya untuk menatap si pria, kemudian dia pun tersenyum. “Kamu nggak usah ganti rugi. Terima kasih.”Usai berbicara, Yura pun meninggalkan tempat.Hanson melihat bayangan punggung Yura yang semakin menjauh. Yura pergi ke toilet, lalu melepaskan jasnya. Noda kopi itu tidak bisa dibersihkan. Sepertinya dia hanya bisa mencucinya sewaktu pulang nanti.Hanya saja, sepertinya pria yang bernama Hanson tadi terlampau ramah? Apa semua pria di Negara Shawana seramah ini?Sore harinya, Yura menggantung jasnya di lengan sembari berjalan keluar gedung. Sebuah mobil berhenti di hadapannya. Jendela mobil diturunkan, ternyata … si Hanson lagi.“Aku benar-benar merasa bersalah sudah mengotori pakaianmu. Aku benar-benar tidak bermaksud jahat. Aku hanya ingin minta maaf dan menebus kesalahanmu saja.”Yura merasa ragu. Bagaimanapun, mereka berdua adalah rekan kerja. Seandainya Hanson memang berbaik hati, tetapi Yura malah tidak memberi
Silvia meletakkan anak sulung kembali ke kereta bayi. “Aku juga nggak ngerti soal nama, biarkan ayahmu saja yang memberi nama kepada mereka.”Jules mengangguk. “Selama beberapa waktu itu, aku ingin minta bantuan Ayah untuk menjaga mereka.”Hengky merasa syok. “Aku?”“Kalau tidak, aku dan Jessie tidak bisa memiliki dunia milik berdua lagi.”Sepertinya terkandung amarah di dalam ucapan itu. Dia sudah menahan nafsu selama setengah tahun. Sekarang setelah memiliki tiga anak, dia semakin tidak memiliki waktu untuk melahap Jessie.Jessie sungguh merasa canggung. Kenapa Jules mengatakan ucapan memalukan di hadapan orang tuanya?Tidak lama kemudian, Hengky mengambil tanggung jawab untuk menjaga anak. Selama beberapa hari anak tidak berada di sisi mereka, Jules selalu menempel di sisi Jessie, seolah-olah tidak kenal lelah saja.Setelah “berperang” hingga larut malam, Jessie pun mengeluh dengan lemas, “Makanan anak-anak sudah dihabisi sama kamu. Anak-anak makan apa, dong?”Jules memeluk Jessie d
Pengasuh melanjutkan omongannya, “Bagaimanapun, kebanyakan pria beranggapan menjaga anak itu adalah tugas wanita. Kalau ada pria yang terkadang bantu menjaga anak, para wanita sudah cukup bersyukur. Ada juga pria yang tidak bersedia untuk menjaga anaknya sama sekali. Tuan juga tahu betapa menderitanya kamu saat melahirkan. Jadi, aku percaya dia akan menjadi ayah yang baik.”Jessie merasa kaget. Setelah mendengar ucapan itu, ternyata dia memang begitu beruntung. Setidaknya orang yang lebih banyak menjaga anak-anak adalah Jules.Terkadang saat anak-anak menangis di tengah malam, Jules juga yang menyeduhkan susu dan menghibur mereka.Jessie menatap ketiga anak-anaknya dengan tersenyum. “Dia memang adalah seorang ayah yang baik.”Sore harinya, setelah Jules pulang, dia pun ke lantai atas untuk melihat istrinya. Istrinya tidak sedang berada di kamar. Dia pun bergegas ke kamar anak. Kali ini, dia baru menyadari Jessie sedang tidur terlelap bersama ketiga anak-anaknya.Jules meletakkan jas di
Ingga berkata dengan tersenyum, “Cukup orangnya saja yang kemari. Mengenai hadiah pertemuan, semua itu tidak usah.”Moris dan Ingga mengajak Levin ke ruang tamu. Bagaimanapun, Levin sengaja meluangkan waktu syutingnya untuk ke rumah. Jadi, mereka segera menyuruh pelayan untuk mempersiapkan makan siang.Makan siang hari ini harus sangat mewah.Ingga bertanya film apa yang sedang disyuting Levin. Levin pun menjawab satu per satu. Ingga menyadari Levin sangat gampang untuk diajak bicara, anaknya juga merendah, dia pun semakin menyukainya. “Apa syuting itu melelahkan?”Jari tangan Levin saling bertautan. Dia pun tersenyum. “Jadwalnya cukup padat, tapi apa ada pekerjaan yang tidak melelahkan?”“Tidak apa-apa. Kami mengerti profesi kalian yang berasal dari dunia hiburan. Tapi, kamu tetap jangan lupa untuk jaga kesehatan.” Sikap Ingga sangat lembut.Entah kenapa ketika dihadapkan dengan sikap baik kedua orang tua Yunita, Levin pun merasa bersalah. Sebab, sebenarnya dia dan Yunita bukanlah pas
Masa kontrak selama tiga tahun itu sudah lebih dari cukup. Setidaknya dia tidak perlu berkencan buta dengan pria lainnya lagi.Seandainya pada masa kontrak mereka, mereka menemukan kandidat yang lebih cocok atau menemukan pujaan hati mereka, kontrak itu pun akan dibatalkan. Intinya, mereka berdua bersama demi saling memanfaatkan menjadi tameng.“Ayah, Ibu, kalian sudah berpikir kebanyakan. Kami bersedia mencoba untuk berpacaran. Kami juga masih butuh waktu untuk mengenal satu sama lagi. Seandainya kalian suruh kami untuk menikah sekarang, gimana kalau ternyata kami nggak cocok? Aku mesti cerai, dong?”Ucapan Yunita memang masuk akal. Moris dan Ingga pun tidak curiga lagi.Yunita berdiri. “Sudahlah, kalian nggak usah khawatir dengan masalah kami.”Kemudian, Yunita berjalan ke lantai atas.Ingga dan suaminya saling bertukar pandang. Mereka pun kelihatan tidak berdaya.…Di dalam lokasi syuting, Levin mencari Proto di ruang istirahatnya. “Emm, Pak Proto ….”Ketika melihat Levin yang terba
Setelah memasuki mobil, Yura memasang sabuk pengaman. Bastian juga memasuki mobil, lalu mengendarainya meninggalkan bandara.Sepanjang perjalanan, Yura tidak berbicara sama sekali, hanya memandang pemandangan di luar jendela.Bastian menatapnya sekilas. “Kamu gampang percaya sama orang lain? Apa kamu tidak takut akan kujual?”Yura memalingkan kepala untuk menatap Bastian. “Kamu nggak akan melakukannya.”“Kenapa kamu tahu aku tidak akan melakukannya? Jangan terlalu gampang percaya sama cowok.”“Termasuk kamu?” tanya Yura.Bastian berdeham. “Termasuk aku juga tidak masalah.”Tiba-tiba Yura tertawa. “Kamu bisa berteman dengan Jody, berarti kamu itu punya etika yang baik. Lagi pula, malam itu kamu juga nggak mencari kesempatan dalam kesempitan, makanya aku berani percaya sama kamu.”Bastian tertegun sejenak. Dia berkata dengan ketus, “Kamu masih berani ungkit masalah malam itu.”Seumur hidupnya, penghinaan terbesar yang pernah Bastian terima, sepertinya adalah kejadian di malam hari itu!S
Grace menimpali, “Tadi saja ayahku kupas kulit udang buat Ibu. Kalian orang dewasa memangnya nggak tahu malu?”Cherry terdiam.Candice dan Claire langsung tertawa.Rembulan menggantung di atas langit. Lampu jalan terang benderang. Semua orang larut dalam suasana gembira.…Setelah pernikahan berakhir, Dacia membawa putrinya dan Jerremy ke lokasi syuting di Area Homa. Mereka berdua juga sekalian berlibur.Jodhiva dan Ariel belajar merawat anak di Kompleks Amara. Jadi setelah anak mereka lahir, mereka pun tidak akan kewalahan.Sekarang Jules sedang magang menjadi ayah yang teladan, sedangkan Jodhiva sudah menjadi ayah yang profesional. Mereka berdua bahkan sempat berlomba satu sama lain. Jessie dan Ariel yang berada di samping sampai kehabisan kata-kata.Ariel bertanya padanya, “Apa kalian masih belum memikirkan nama anak kalian?”Jessie menggeleng, lalu berkata, “Aku ingin panggil Satu Dolar, Dua Dolar, dan Tiga Dolar.”Ujung bibir Ariel langsung berkedut. “Asal-asalan sekali?”Jessie m
“Oke.” Grace mengambil remote. “Clara, aku belajar dulu. Nanti aku baru ajari kamu.”Clara mengangguk. “Oke.”Ariel dan Jodhiva berjalan keluar. “Dengar-dengar malam ini ada pesta BBQ. Kenapa aku hamil pada saat seperti ini? Aku jadi nggak bisa makan apa-apa.”Ariel sungguh menginginkannya.Jessie berkata dengan tersenyum, “Kamu bisa makan daging panggang yang nggak terlalu gosong, biar Kak Jody panggang buat kamu, dijamin bersih dan sehat. Tapi, kamu jangan makan kebanyakan, nanti kamu malah panas dalam.”Begitu mendengar, Ariel langsung merasa gembira. “Serius?” Kemudian, dia melihat ke sisi Jodhiva. “Malam ini kamu masak buat aku!”Jodhiva sungguh kehabisan kata-kata. Ketika melihat Ariel begitu menginginkannya, dia pun mengangguk. “Oke, malam ini aku akan masak buat kamu.”Langit semakin gelap. Lampu di balkon sudah terang benderang. Ada panggangan, makanan lezat, minuman beralkohol di sana. Terlihat juga anak-anak sedang bermain dengan gembira.Jodhiva berubah profesi menjadi koki