Share

BAB 10: Mengirim Umpan

Olivia pergi ke kota di malam itu, diam-diam dia pergi tempat Willis untuk mengambil merpati yang dia bawa bersama dengan senjatanya dari Skotlandia.

Merpati itu adalah hewan peliharaan Olivia yang sudah dia rawat lebih dari empat tahun lamanya, dan merpati itu juga sudah sering membantu tugasnya.

Olivia membawa merpati itu, dan pergi beberapa rumah orang penting yang berada di kota London. Dimulai dari Tery, seorang anggota parlement. Harry, seorang peminpin kepolisian, dan Dena, seorang anggota dewan dari Prancis yang saat ini sedang memiliki kunjungan khusus ke Inggris.

Olivia mengirimkan suratnya melalu merpati yang dibawanya, secara terlatih, merpati itu bergerak terbang setelah di beri beberapa buah makanan. Dengan cekatan dia terbang ke lantai di mana Olivia menyorotkan senter laser  merahnya sebagai petunjuk.

Begitu laser merah menghilang, burung merpati itu mengetuk-ngetuk jendela sampai si pemilik rumah membuka pintu dan mengambil surat yang diberikan.

Merpati itu terbang dalam kegelapan yang sulit dilihat, bulunya yang hitam  pekat dan kecepatan terbangnya yang cepat membuat banyak orang kesulitan untuk mengetahui siapa yang mengirim surat kepada mereka.

Setelah menyelesaikan misinya, Olivia pergi membawa merpatinya, wanita itu pulang kembali menuju ke desa dan harus berjalan dalam jarak jauh agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Ketika Olivia baru sampai rumah, pajar sudah hampir muncul, Leary sudah berpindah tempat tidur dengan bersembunyi ke bawah meja, memeluk erat bonekanya, tangan mungilnya menggenggam sebuah biscuit.

Leary memiliki kebiasaan, dia akan tidur di kolong meja setiap kali Olivia tidak ada di rumah.

Leary menyadari jika keadaannya tidak  begitu baik-baik saja, dia memahami apa yang harus dia lakukan setelah melewati banyak situasi.

Olivia membungkuk, menarik Leary keluar dari bawah meja dan membawanya pergi kembali ke kamarnya.

***

Tery, seorang pria paruh baya, salah seorang menerima surat dari Olivia terlihat merenung, beberapa kali dia terus membaca isi surat itu dan menelaahnya.

Aku mengetahui keberadaan seluruh arsip document harta Carl Depp dan daftar nama-nama semua anggota pengikutnya selama ini. Aku ingin menjadi sekutumu, dan aku akan membuktikan jika aku berguna untukmu.

Datanglah ke hutan besok pagi sejauh 3 mill di sana ada ladang, di sana aku akan membawa barang berharga yang kau inginkan. Aku juga punya bukti jika kau orang yang selama ini membocorkan rahasia negara pada negara lain demi uang.

Aku tidak menerima negosiasi apapun, jika kau tidak datang, aku akan menyerahkan semua bukti kejahatanmu pada negara.

Seperti itulah isi surat itu, Tery tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya pada orang yang sudah berani memberi surat itu. Sudah hampir tujuh tahun lamanya dia mencari arsip document Carl Depp, seorang mantan peminpin sebuah sekte yang sangat kaya raya sampai berhasil membangun gedung yang begitu tinggi ditengah krisis.

Carla Depp meninggal ditembak pasukan khusus bersama kedua anaknya, namun yang menarik adalah sampai saat ini belum ada yang mengetahui di mana sebenarnya kekayaan besar yang Carl Depp sembunyikan. Pembangunan gedung pun dihentikan tanpa kejelasan sejak kematian Carl Depp.

Tery ingin melanjutkan rencana pembangunan gedung, karena itu dia mencari-cari kekayaan yang ditinggalkan oleh Carl Depp.

Tery, dia adalah salah satu anggota sekte, dia juga cukup dibuat khawatir jika daftar nama dalam catatan itu tersebar, ini akan menghancurkan banyak orang apalagi kini arsip itu tengah diperebutkan.

Habislah sudah Tery jika data itu menyebar, dia bisa penjarakan bersama semua pengikutnya.

Tery mengambil gagang telepon dan menghubungi temannya yang ternyata secara kebetulan mendapatkan surat juga.

***

Leary duduk di sebuah bak mandi, anak itu tengah membasuh tangan kecilnya yang berbusa, wajah mungilnya terlihat sedikit pucat karena kedinginan.

Leary tidak begitu suka mandi terlalu pagi, tetapi sejak tiga hari terakhir ini Olivia memaksanya bangun di pagi hari dan mandi lebih awal, Olivia yang mengawasinya dengan teliti akan memeriksanya dan mengoreksinya jika Leary salah dengan pekerjaannya.

Mata Leary terlihat merah dan membengkak, perintah Olivia membuatnya sempat menangis dengan keras dan protes tidak mau mengerjakan apa yang diminta oleh Olivia, butuh banyak bujukan nasihat untuk bisa membuat Leary mengerjakan apa yang diminta oleh Olivia.

Sebagai anak kecil yang hanya tahu tentang bermain, Leary kecewa, dia ingin dimanja-manja Olivia dan mendapatkan kasih sayangnya seperti anak-anak lainnya.

Sayangnya, Olivia tidak melakukan apa Leary inginkan. Olivia justru lebih banyak mengajarkan bagaimana caranya bertahan hidup sampai-sampai membuat Leary bertanya-tanya, seberapa banyak orang jahat di sekitarnya sampai harus membuat mereka terus waspada dan tidak bahagia seperti orang lain.

Beberapa hari ini Olivia mendidiknya lebih keras, dia tidak mendengarkan rengekan Leary, dia juga tidak menjelaskan mengapa melakukan hal ini kepada Leary,

Leary menengok ke sisi, memperhatikan cermin yang berembun. Leary mengusapnya untuk bisa melihat wajahnya lebih jelas, bibir mungilnya terangkat memperlihatkan giginya yang sudah bersih.

“Ibu, sepertinya gigiku yang depan akan jatuh lagi,” ucap Leary memberitahu.

“Coba goyangkan lebih sering, nanti gigimu yang lain akan mendorong untuk tumbuh.”

“Apa kita tidak akan pergi ke dokter gigi?”

“Ibu akan membawamu nanti siang.”

Leary menggoyangkan giginya beberapa kali sebelum memutuskan beranjak dan mengambil handuknya, segera keluar dari kamar mandi. Leary berlari ke kamar dan melihat pakaiannya sudah di siapkan di atas ranjang.

Tanpa bertanya, Leary segera memakai satu persatu pakaiannya, Leary sudah terbiasa berpakaian sendiri karena setiap kali Olivia menitipkannya di tempat penitipan anak, Leary di ajarkan mengenakan pakaian.

Di balik cermin besar yang sedikit retak, Leary memperhatikan dirinya sendiri sambil menyisir dengan asal-asalan karena rambutnya terlalu kusut.

Setelah menghabiskan waktu begitu lama, dia keluar dan menghampiri Olivia yang masih belum kunjung memasak karena sibuk menulis.

Kepala Leary menengadah, melihat Olivia di sisi meja yang terlalu tinggi untuknya. “Ibu, aku mau makan.”

Buku di tangan Olivia segera di tutup, wanita itu memundurkan kursi roda yang dudukinya dan pergi ke arah dapur. “Ikut ibu, mulai sekarang kau harus memperhatikan bagaimana ibu memasak.”

Leary menegang kaget, bibirnya merenggut tidak suka. “Kenapa?”

Olivia memutar kursi rodanya lagi dan menatap lekat puterinya yang mempertanyakan alasannya. “Karena sebentar lagi kau akan dewasa.”

“Aku belum sekolah, aku juga belum tumbuh tinggi, itu artinya aku belum dewasa,” jawab Leary dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa Ibu terus menyuruhku melakukan banyak hal? Tadi Ibu juga memintaku mencuci pakaianku yang kotor, sekarang Ibu menyuruhku belajar memasak. Aku tidak mau!” protes Leary tidak terima.

“Kau bisa belajar secara perlahan Leary,” bisik Olivia melembut.

“Aku tidak Mau! Kenapa aku harus mengerjakan ini semua? Aku juga mau seperti Moore dan yang lainnya, bermain dan dimanja orang tua mereka, kenapa hanya aku yang berbeda?” tanya Leary mulai menangis.

“Ibu ingin kau mandiri.”

“Ibu menyuruhku melakukan ini semua karena ingin meninggalkan aku lebih lama lagi kan?” Protes Leary dengan wajah bercucuran air mata sampai membuat bedak di wajahnya luntur.

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status