Angin dingin menyapu reruntuhan tempat pertarungan berlangsung, membawa aroma tanah basah bercampur darah yang membeku. Rendy berdiri di tengah-tengah medan itu, telapak tangannya yang gemetar menggenggam erat Pedang Naga Dewa. Mata cokelat gelapnya memandang ke arah Azrael, musuh bebuyutannya, yang tampak berdiri kokoh meski aura kegelapan di sekelilingnya mulai memudar. Tiba-tiba, suara dari dalam pedang kembali berbisik, lembut namun penuh wibawa."Jangan takut, anak muda," suara itu menggema langsung ke dalam jiwanya. "Kegelapan yang ia bawa hanyalah salah satu sisi dari energi kosmik. Pedang Naga Dewa memiliki kekuatan untuk menyeimbangkan kedua kutub ini. Yang perlu kau lakukan adalah mengarahkan niatmu pada kesempurnaan—bukan hanya sekadar kekuatan."Rendy tertegun. Suara itu seperti melahirkan keberanian baru dalam dirinya. Dadanya mulai berdenyut dengan ritme yang serasa sejalan dengan detak kehidupan di sekitar. Cahaya lembut mulai muncul dari pedang, mengalirkan energi yang
Setelah menghancurkan kegelapan yang hampir menelan dunia, Rendy Wang kembali ke dunia yang ia kenal. Namun, meski dunia ini tampak utuh, ada ketenangan yang tak bisa ia rasakan sepenuhnya. Ada keheningan yang mengganggu, seolah dunia ini sedang menunggu untuk menerima tugas baru yang lebih besar lagi—tugas yang tidak akan selesai hanya dengan mengalahkan satu musuh.Namun, di tengah kesunyian, suara angin yang berbisik menyambutnya. Pria tua yang telah muncul saat pertarungannya melawan Alan Smith kini berdiri di hadapannya, dengan wajah yang penuh kebijaksanaan dan tangan yang memegang pedang tua yang tampak sudah lusuh, namun penuh dengan aura kekuatan yang sangat besar."Rendy Wang," kata pria tua itu dengan suara yang dalam dan penuh kekuatan, "kau telah melampaui banyak ujian, namun perjalananmu baru dimulai. Dunia ini lebih luas daripada yang kau kira. Dan untuk melindunginya, kau harus menguasai kekuatan yang lebih besar lagi. Kekuatan yang tak hanya bergantung pada satu pedan
Rendy menarik napas panjang, membiarkan udara segar memenuhi paru-parunya sebelum perlahan menghembuskannya. Mata gelapnya terpejam, jemarinya menggenggam erat gagang Pedang Naga Dewa yang terasa hangat di tangannya. Ada aliran energi lembut namun kuat yang mengalir dari pedang itu, seolah berbisik, menunggu untuk direspon. Di bawah langit yang temaram, ia berdiri tegak, tubuhnya seperti menyatu dengan angin yang berhembus lembut di sekelilingnya.“Aku harus memusatkan niat,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar, namun getaran tekadnya memenuhi udara.Perlahan, ia memusatkan energi spiritualnya, menarik kekuatan dari dalam dirinya dan menghubungkannya dengan energi alam yang melingkupi tempat itu. Di kedalaman jiwanya, ia bisa merasakan sesuatu — ruh pedang yang telah lama terpendam, bukan dalam bentuk fisik, tetapi sebagai kehendak dan tekad yang tak tergoyahkan. Kehadiran itu semakin jelas saat Rendy membuka hatinya."Naga Surgawi," bisiknya dalam hati, suaranya penuh harap. "Bimbin
Rendy merasakan keheningan yang mendalam mengelilinginya saat Shu Jin memulai pengajaran lebih lanjut. Pedang-pedang spiritual yang melayang di sekelilingnya kini mulai lebih teratur, namun ia tahu bahwa ini baru awal dari perjalanan panjangnya untuk menguasai Magis Pedang Dewa. Setiap pedang yang ia kendalikan adalah sebuah perpanjangan dari niat dan kekuatannya, namun pengendalian itu bukanlah hal yang mudah.Shu Jin mengangkat tangannya dengan perlahan, dan sebuah gelombang energi spiritual mengalir dari ujung jarinya, merasuk ke dalam pedang-pedang yang mengelilingi Rendy. “Sekarang, mari kita lanjutkan kembali dengan teknik kedua—Pedang Gabungan Bintang.”"Teknik ini adalah puncak pengendalian dalam Magis Pedang Dewa. Kamu akan mengendalikan ratusan pedang sekaligus, menggerakkannya dalam serangan terkoordinasi. Ini bukan sekadar soal jumlah pedang, tetapi soal kejelasan tujuan dan kekuatan niatmu. Gabungan Bintang berarti, setiap pedang adalah bintang yang saling berhubungan dal
Shu Jin berdiri diam, matanya tajam mengamati setiap gerakan Rendy. Selama beberapa saat, ia tak berkata apa-apa, hanya membiarkan keheningan menjadi bagian dari pelajaran. Akhirnya, dengan suara yang tenang dan penuh makna, ia berbicara, “Keinginanmu sudah ada, Rendy. Namun, kau terlalu banyak berpikir. Pedang-pedang itu harus bergerak melalui intuisi dan jiwa, bukan sekadar rencana dan strategi. Lepaskan keraguanmu, dan biarkan gerakanmu lahir dari niat sejati.”Kata-kata itu menembus hingga ke dalam hati Rendy. Ia menundukkan kepala, merenungkan kesalahan yang baru saja disadarinya. Ia terlalu terjebak dalam logika, terlalu fokus pada strategi, sehingga melupakan esensi sejati dari seni pedang ini. Perlahan, ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan pikirannya kosong, hanya menyisakan satu tujuan yang jelas ... mengendalikan pedang-pedang itu sebagai satu kesatuan.Dalam keheningan itu, sesuatu berubah. Pedang-pedang spiritual yang melayang di sekelilingnya mulai bergerak kembali, n
Rendy merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—sebuah hubungan tak kasatmata yang mengikatnya dengan seluruh jagat raya. Mantra kuno yang diucapkan oleh Shu Jin mengalir bagaikan sungai cahaya ke dalam tubuhnya, menelusuri setiap jalur energi yang sebelumnya tersembunyi. Setiap suku kata mantra itu bergema dalam nadinya, menciptakan resonansi yang membangunkan kekuatan yang telah lama terkunci di dalam dirinya. Pedang Naga Dewa yang ia genggam mulai bergetar, bukan karena ketakutan, melainkan karena kesadaran. Getaran itu semakin kuat, seiring cahaya keemasan yang merembes keluar dari bilahnya, menggantikan bayangan kelam yang dulu menyelimutinya. Udara di sekitar mereka bergetar, seakan merespons perubahan yang tengah terjadi. Rendy bisa merasakan denyut kehidupan dari pedangnya, bukan lagi sekadar senjata, tetapi sebagai bagian dari dirinya—perpanjangan dari tekad dan kehendaknya. Shu Jin mengamati perubahan ini dengan sorot mata penuh kebijaksanaan. Cahaya keemasan
Langit di atas mereka tampak kelam, seolah merespons energi dahsyat yang bergema di seluruh arena. Angin berhembus kencang, membawa debu dan dedaunan yang beterbangan, seakan menari bersama pedang-pedang yang melayang di udara. Shu Jin berdiri dengan tenang di tengah pusaran energi, matanya tajam, penuh ketenangan seorang ahli yang telah memahami esensi dari setiap ayunan pedang. Dengan satu gerakan anggun, Shu Jin mengangkat tangannya. Puluhan pedang spiritual yang mengitari tubuhnya bergerak dalam harmoni sempurna, mengikuti irama yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah menyatu dengan alam. Cahaya dari pedang-pedang itu berpendar, berkilauan seperti bintang-bintang yang turun dari langit malam. "Perhatikan baik-baik, Rendy," suara Shu Jin bergema di antara desiran angin. "Setiap pedang ini bukan hanya sekadar senjata. Mereka adalah perpanjangan dari jiwa, dari niat, dari keinginan yang tidak terucapkan. Jika kau bisa menyelaraskan hatimu dengan mereka, maka seranganmu aka
Di tepi dermaga yang sepi, Alan Smith berdiri mematung, menatap laut yang tampak seperti cermin yang merefleksikan kekalahannya. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini terlihat layu. Angin dingin dari arah samudra menerpa rambut pirangnya yang acak-acakan. Kekalahan telak dari Rendy telah menghancurkan ego dan ambisinya. Dengan nada bergetar, ia berbisik pada dirinya sendiri, “Sudah cukup. Aku harus pergi.” Langkah beratnya membawa dirinya kembali ke United Kingdom, dengan satu janji terpatri di hatinya kalau ia takkan pernah lagi mengganggu Rendy.Sementara itu, di sebuah ruangan sunyi yang diterangi cahaya lilin, Rendy duduk termenung. Di hadapannya tergeletak Pedang Naga Dewa, sebuah senjata yang memancarkan aura gelap dan mengerikan. Tatapannya tajam, tetapi penuh keraguan. Ia merasakan sisi kegelapan dari pedang itu semakin sulit dikendalikan. “Aku tak bisa terus seperti ini,” gumamnya. “Kekuatannya terlalu besar untukku.” Dengan tekad yang bulat, Rendy memutuskan untuk m
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind
Tanpa ragu, Rendy Wang melangkah maju, tubuhnya masih berlumuran debu pertempuran. Portal dimensi di hadapannya berputar liar, cahaya biru kehijauan berpendar seperti ombak liar. Setelah mengalahkan Zhang Wei dan menyelamatkan Negeri Langit dari kehancuran, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan pulang. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah masuk.Saat portal menutup di belakangnya, kegelapan langsung menyergap. Kesadarannya menghilang.Ketika membuka mata, aroma kayu tua dan udara dingin menyeruak ke hidungnya. Dia mengenali tempat ini—kamar sempit di rumah Keluarga Huang, Paradise Hill, Kota Buitenzorg. Dinding-dinding kayu masih sama, catnya mengelupas di beberapa tempat, dan kasur tipis di bawahnya berderit saat ia bangkit."Sepertinya kamar ini memang gerbang antar dimensi," gumamnya. "Setiap kali kembali ke Khatulistiwa, selalu melalui tempat ini."Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk telinganya."Untuk apa lagi pengangguran itu pulang ke rumah?" suara cemp
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai sutra jendela kamar, mengusap wajah Rendy Wang yang perlahan terbangun. Ia membuka matanya, mendapati ruangan yang begitu akrab—suasana mewah Resort Red Lotus Resort and Club yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Meski begitu, ada keanehan yang menyelinap ke dalam ingatannya, seolah waktu telah mengubah segalanya. Aroma lavender dan kayu manis yang lembut menyatu dengan semilir angin dari balkon, mengiringi kebingungan yang menggelayuti pikirannya.Saat tangannya meraba permukaan lembut sprei sutra, ia mendapati sosok di sampingnya. Punggung putih mulus Renata, istrinya kah? Benar-benar mengundang kehangatan sekaligus teka-teki. Dalam keheningan pagi itu, Renata terbangun dan menatap Rendy dengan tatapan penuh tanya."Kak Rendy, sudah bangun?" suaranya serak namun penuh keakraban, mengisi ruangan dengan nuansa kenangan.Rendy mengerutkan dahi, matanya menyusuri sosok Renata yang kini tampak lebih dewasa, lebih matang. "Renata... kenapa kita di sin
Langit masih bergetar hebat setelah kehancuran Zhang Wen. Namun, sebelum Rendy Wang sempat bernapas lega, Negeri Langit bergetar kembali. Dari reruntuhan medan perang, aura kegelapan yang lebih kelam muncul. Udara di sekeliling membeku, dan langit yang sebelumnya mulai cerah kembali diselimuti awan hitam pekat."Tidak... Ini tidak mungkin..." gumam Rendy, merasakan tekanan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan yang ditimbulkan oleh Zhang Wen.Dari balik kabut hitam, muncul sosok berbalut jubah gelap dengan mata merah menyala. Energinya begitu besar hingga membuat tanah di sekelilingnya merekah. Sosok itu tertawa kecil, suaranya menggema seperti berasal dari dunia lain."Rendy Wang... kau mungkin telah mengalahkan Zhang Wen, tapi kegelapan sejati tak akan pernah bisa dihancurkan oleh cahaya sekecil milikmu. Aku adalah Kegelapan Abadi, pemilik sejati kegelapan di alam semesta ini!"Rendy menggertakkan giginya. Ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran melawan Zhang Wen,
Dalam ledakan energi yang membelah langit, Rendy Wang melayang di udara, tubuhnya bersinar dengan cahaya Qi murni yang membentuk bayangan naga raksasa di belakangnya. Zhang Wen, dengan tawa menggema, menyambutnya dengan tangan terangkat tinggi, menyerap energi dari Kuburan Pedang Iblis yang mulai bergetar ganas."Hahaha! Lihatlah! Inilah kekuatan kegelapan sejati!" Zhang Wen berteriak. Dari tanah di sekitarnya, ribuan pedang terkutuk melesat ke langit, membentuk pusaran kematian yang berputar mengelilinginya.Rendy Wang menghunuskan tangan kanannya ke depan, mengumpulkan energi Qi yang menyatu dengan semangat naga di dalam tubuhnya. "Naga Surgawi Penghancur Langit!" Dengan raungan naga yang mengguncang alam, sebuah serangan berbentuk naga merah meluncur, menghantam pusaran pedang Zhang Wen dengan kekuatan dahsyat.Ledakan terjadi! Cahaya merah dan hitam bertabrakan, membentuk gelombang kejut yang menghancurkan pegunungan di sekeliling. Para pasukan iblis dan kultivator pemberontak ter
Di bawah langit malam yang semakin gelap, suara dentuman pertempuran memecah keheningan. Angin menderu kencang, membawa aroma tanah basah dan darah, sementara kilatan petir menerangi cakrawala, seolah langit sendiri murka atas pertumpahan darah yang terjadi.Di puncak Gunung Tian Zen, Zhang Wei menutup matanya sejenak, merasakan denyut Hati Bumi yang bergetar di telapak tangannya. Energi hangat mengalir dari artefak itu, menyatu dengan detak jantungnya. Namun, waktu untuk merenung tak banyak. Dari balik kabut tebal yang menyelimuti puncak gunung, sosok Zhang Wen muncul, matanya menyala dengan kebencian yang mendalam. Di belakangnya, pasukan iblis dengan taring dan cakar tajam siap menerkam."Serahkan Hati Bumi itu padaku, Zhang Wei!" teriak Zhang Wen, suaranya menggema di antara tebing-tebing. "Dengan artefak itu, kekuatanku akan sempurna, dan aku akan menjadi penguasa sejati Negeri Langit!"Zhang Wei menggenggam Hati Bumi lebih erat, merasakan denyutnya yang seirama dengan detak jant
Di bawah langit yang kelam, nasib Negeri Langit kini tersulam dalam anyaman takdir yang rumit dan mendebarkan. Di puncak Gunung Tian Zen, Zhang Wei yang tengah bersembunyi di dalam reruntuhan kuil kuno menemukan sebuah gulungan berisi ramalan tentang “Hati Bumi” – artefak sakti yang mampu menetralisir kekuatan Qi Iblis. Dengan tekad yang menggelora, ia sadar bahwa hanya dengan mendapatkan Hati Bumi keseimbangan antara cahaya dan kegelapan dapat dipulihkan, sekaligus membuka jalan untuk menumpas ambisi Zhang Wen dan menghentikan kekacauan yang disebabkan oleh sosok yang dikenal sebagai Naga Perang.“Zhang Wen, kekuasaanmu sebentar lagi akan berakhir!” serunya dengan tekad yang membaja. “Bagaimana dengan ramalan akan datangnya Naga Perang yang berasal dari Dunia Lain?”Namun, Naga Perang bukanlah seekor makhluk mitos yang buas ... julukan itu melekat pada Rendy Wang, seorang kultivator luar biasa dari Dunia Lain yang kini tengah mengacaukan tatanan Negeri Langit.Sementara itu, di dalam