Share

Siapa Ibu Dari Anak Ini?

Rosell company.

"Kamu telah membuat kesalahan untuk yang ke sekian kalinya!" Sofia kembali menegur Sherly. Dia berkacak pinggang di depan wanita itu. "Kamu baru beberapa hari kerja sudah melakukan kecerobohan, kali ini, jangan harap Santos bisa membantumu," tambah Sofia menakut-nakuti.

"Aku akan segera memperbaikinya, Bu Sofia." Sembari menunduk, Sherly membela diri. "Dan aku rasa ini hanya kesalahan kecil, hanya butuh beberapa jam saja, aku pasti bisa melakukannya."

Sherly bukan wanita yang bodoh. Kesalahannya juga tidak fatal. Saat ini, dia hanya sedang banyak pikiran. Ayahnya menyuruhnya kembali, padahal niat untuk bertemu dengan sang anak belum terlaksana.

"Tidak perlu," Sofia berkata bengis. "Aku akan melaporkan ini langsung pada atasan, biar beliau yang akan menentukan hukuman untukmu. Syukur-syukur kalau kamu hanya dipecat tanpa harus memberikan ganti rugi atau dipenjarakan."

Di bawah ancaman Sofia yang telah meninggalkannya, Sherly menghela napas lega seraya memandangi punggung wanita itu. Dia tahu perusahaan ini memiliki disiplin tinggi dan peraturan ketat. Tidak peduli kesalahan sekecil apapun, karyawan yang melakukan kesalahan pasti mendapat konsekuensinya.

Sherly duduk dengan lunglai. Napasnya serasa terhenti membayangkan kejadian selanjutnya.

"Harusnya aku lebih berhati-hati lagi dalam bekerja, pikiranku harus tenang saat berada di kantor. Kalau sudah berhadapan dengan bos, aku bisa apa?"

Hanya hitungan menit, Sofia telah kembali ke ruangan Sherly. Kedua bola matanya bersinar tajam menatap gadis yang mengunakan kemeja putih itu.

Sherly tidak berani membalas tatapan mematikan itu. Dia berdiri, tapi hanya menundukkan kepala. Pasrah adalah jalan terakhirnya. Siapa sangka dalam dua minggu bekerja, dia harus berhadapan langsung dengan salah satu bos di perusahaan besar itu?

Gaji yang dimimpikan saja belum cair, namun Sherly terancam dipecat secara sepihak.

"Noh, hadapi si bos, biar tahu rasa kamu!" mulut Sofia maju ketika memberitahu.

Mansion Rosell.

Seluruh anggota keluarga Rosell kembali berkumpul di rumah utama.

Tidak hanya sanak saudara, para petinggi perusahaan ikut menghadiri acara tersebut. Semua adalah ide Jonny yang begitu bersemangat ingin mempermalukan Hansel.

Hansel dan Lolita terlihat tegang, namun demi Hannah, keduanya berusaha menekan perasaan itu. Mereka tidak bisa mengelak lagi. Bahkan sepasang suami istri itu tak diberi kesempatan untuk membela diri atau memberi penjelasan tentang kehadiran Aarav dalam keluarga Rosell.

"Apapun yang terjadi, kamu adalah anak daddy dan mommy, tidak ada yang bisa mengubah itu," Lolita berbisik pada Aarav. "Kamu paham, kan?"

Aarav terlebih dulu memandangi Hansel sebelum menjawab ibunya. Ketika Hansel mengangguk dan tersenyum, dia segera paham jika kedua orang tuanya itu sangat menyayanginya lebih dari apapun di dunia ini.

"Aku paham, Mommy, aku sayang Mommy dan daddy," balas Aarav dengan haru.

Aarav adalah anak yang cerdas dan mudah memahami sesuatu yang baru. Jadi ketika semua sedang meributkan masalah test DNA, dia paham jika objek utamanya adalah dirinya sendiri.

Kelima dokter yang diutus segera berdiri di hadapan semua orang sembari memegang dokumen yang masih bersegel.

Rosell company adalah perusahaan terbesar di kota itu dan memiliki penghasilan fantastis. Segala bentuk pengumuman berita yang keluar dari perusahaan tersebut akan cepat menyebar dengan sendirinya. Kali ini, Hansel tertunduk pasrah dan meyakini jika karirnya akan hancur oleh kerakusan sang adik.

"Mulai saja!" Hilman memberi instruksi, lantas menatap Aarav dan Hansel secara bergantian. Sejauh ini, keyakinannya masih utuh untuk sang cucu.

"Iya, mulai saja!" Alexander menambahkan. "Tidak usah banyak basa-basi lagi. Biar semua jelas tanpa ada yang ditutup-tutupi."

Sekali lagi, Hansel mengepalkan tangan sambil menundukkan kepala, bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi.

Sedangkan Jonny, Tiffany dan juga Joanna tampak mengangkat kepala dengan angkuh.

Dokter pertama telah maju. Setelah mengucapkan sumpah, dia mengangkat berkas di tangannya, lalu membukanya. Setelah itu membaca hasilnya dengan lantang.

Hampir semua orang yang ada di dalam ruangan itu tersenyum puas dengan hasil yang dibacakan. Test yang dilakukan menyatakan jika hasilnya membuktikan Aarav adalah anak kandung Hansel.

99,9 persen DNA Hansel cocok dengan Aarav. Tidak diragukan lagi. Itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka adalah ayah dan anak kandung.

Hanya Joanna dan kedua anaknya yang tidak terima. Ibu dan dua anak itu meradang. Ketiganya tidak puas. Wajah mereka berapi-api.

Maka dari itu, Jonny dengan sigap menyambar berkas dari dokter kedua, ketiga , hingga kelima.

"Aku akan membukanya dan memeriksanya secara langsung." Dengan muka memerah, Jonny merobek paksa berkas bersegel itu.

Joanna dan Tiffany mengikuti Jonny. Dengan terburu-buru, mereka sama-sama menyaksikan hasilnya.

Hasil test dari keempat dokter lainnya menunjukkan sama dengan dokter yang pertama, jika DNA Hansel cocok dengan Aarav.

Ibu dan anak itu seketika lemas.

"Bagaimana bisa?" Tubuh Joanna nyaris ambruk jika tidak ditahan oleh Jonny. Dia segera membawa ibunya ke atas sofa.

"Apa kubilang?" Hannah maju ke depan. "Anakku tidak mungkin berbohong. Takkan aku tidak mengenali anak dan cucuku sendiri," ucapnya dengan bangga.

Hansel dan Lolita yang paling shock. Namun, karena semua sedang fokus pada hasil test DNA, tidak ada yang menyadari keterkejutan mereka.

Lolita bertanya-tanya. Apa ini? Kenapa bisa? Apakah Hansel yang terkenal dingin memiliki wanita simpanan selama ini? Apakah suaminya itu terbiasa menabur benihnya pada wanita di luar sana, dan Aarav hanya salah satu dari hasil perselingkuhannya?

Berbagai spekulasi itu terus bermunculan dalam benak Lolita hingga dia tidak kuat menahannya dan akhirnya jatuh pingsan.

"Loli ...!" seru Hansel dan segera membawa istrinya ke dalam kamar. Meski tidak bisa mencintai Lolita, namun dia tetap memperlakukan istrinya itu dengan baik.

Di dalam kamar, Hansel tertunduk lesu. Kemenangan itu justru membuat pikirannya kacau balau.

'Bagaimana bisa Aarav adalah anak kandungku?' Hansel berpikir keras. Dia tidak pernah sembarangan tidur dengan wanita asing. 'Siapa ibunya? Aku harus mengetahuinya segera.'

Di saat sedang frustrasi, ponsel Hansel bergetar dalam kantong celananya. Dia segera meraih benda pipih itu.

"Ada apa, Reynand?" Hansel bertanya lesu.

[Hansel, kamu ingat gadis yang pernah tidur denganmu beberapa tahun yang lalu?] Nada bicara Reynand sangat cepat, karena dia baru saja berhadapan dengan wanita yang mereka cari-cari.

"Hmmm, aku ingat," Hansel menjawab dengan acuh. Namun, sepersekian detik, dia langsung teringat sesuatu. 'Gadis itu, ya, gadis itu, aku tidur dengannya malam itu,' pikir Hansel.

[Dia ada di sini, Hansel, dia bekerja di perusahaan ini.]

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Marsel Achel
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Hariati Cili
ceritanya bagus .... lanjutannya mana
goodnovel comment avatar
zura1970.zn
semakin menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status