TIARAKatanya lagi ia sering mendapati kasus seperti ini. Suami menikah lagi dan istri pertama didepak tanpa belas kasih. Hanya diberi harta ala kadarnya. Itupun jauh dari kata layak sebab mereka harus menghidupi anaknya. Sementara suami dan istri mudanya bergelimang harta dan bersenang-senang di atas derita mantan. Kupikir Zay masih punya nurani. Ia mengatakan ingin memenangkan perkaraku sebelum Ragil mengucap kata cerai. Pria itu bilang jeratan racun Susi sangat ampuh sebab dirinya kenal juga dengan wanita yang pernah kerja di diskotik itu. Aku takkan bisa bertahan lama menyandang gelar nyonya Suryono sebab Susi lawannya. Untuk itulah harus sudah mempersiapkan diri jadi janda kaya raya. Aku sampai di halaman gerbang pusat kebugaran. Di gerbang bangunan tiga tingkat ini ada sambutan dari pak satpam. Aku tahu ia kaget melihat yang datang adalah wanita bertubuh bulat banget. Tapi,.demi kesopanan, kekagetannya ditutupi."Selamat pagi, Ibu! Ada yang bisa saya bantu?""Saya ada janji s
TIARA Programnya dimulai hari ini. Yang harus dilakukan pertama adalah mengurangi karbohidrat, baik pada makanan pokok, gula atau kue-kue. Bukan berarti tak boleh makan karbo, hanya dikurangi porsinya.Tiap pagi ke sini untuk ikut kebugaran ringan dulu. Hanya enam puluh menit. Itu di bulan pertama. Bulan berikutnya kita liat perkembangannya!"Aku manggut-manggut mendengar keterangan wanita ini. Satu per satu kata-katanya kusimak sebaik mungkin. Tak boleh ada yang terlewat sebab aku tak mau gagal."Diet makanan tanpa olahraga bisa saja, tapi kurang sehat dan tak akan membentuk tubuh ideal. Jadi, tak perlu sedot lemak pun kalau ikut program ini, dijamin body goal idaman wanita akan tercapai."Aku membayangkan punya body aduhai lagi. Kurasa takkan kalah dari Susi sebab secara usia pun hanya beda sepuluh tahun.Huh, aku sudah tak sabar untuk berubah langsing.*"Tiara, Mas mohon jangan begini. Kita damai dan menjalankan hidup dengan rukun kembali. Jangan membuat kerusuhan yang hanya akan
TIARA Ternyata, pria itu tidak lagi duduk di sofa bed. Karena penasaran, aku mencarinya. Oh, lagi nelpon di teras rumah. "Iya, Sayang aku juga rindu kamu. Sabar, ya aku masih harus di sini biar gak ada huru-hara lagi. Pasti, dong aku juga rindu malam-malam kita."Darahku berdesir mendengar rayuan mas Ragil di telpon pada Susi. Kurang ajar beraninya mesra-mesraan di sini. Benar-benar tak punya perasaan."Mas sangat-sangat cinta kamu, Sayang. Kalau gak terpaksa juga gak mau ada di sini, pengennya sama kamu terus. Tenang saja, mas gak akan nyentuh dia kok. Mas gak napsu jugalah, jijik malah. Mas bertahan hanya karena anak-anak dan orang tua. Jadi, mas Ragil milik Susi seorang selamanya!"Aku membantingkan pintu saking emosi mendengar ucapan mas Ragil. Setelah itu berlari menuju kamar. Aku tak peduli dengan teriakannya saat sadar istrinya pasti marah besar.Jadi, sudah jelas seperti apa aku di sisinya saat ini. Aku yang menemani empat belas tahun lamanya, tak ada artinya sama sekali Kam
TIARABeda hal kalau sudah body sharming. Aku akan lawan sampai ke pengadilan. Jelaslah tak mau dihina-hina, toh aku pun tak usil sama yang kurus kayak papan penggilesan.Di depan ruang Zay, aku masih harus berhadapan dengan sekertarisnya. Dan, menunggu izin lagi untuk beberapa menit. Repot emang kalau bertemu dengan orang penting. "Mari, mari silakan duduk, Bu!" sambut Zay ketika aku sudah masuk ke ruang kerjanya.Seperti biasa, dandanannya pasti perlente. Kemeja formal dengan hiasan dasi sangat pas di badan atletisnya. Jas hitamnya tidak dipakai, sedang tersampir di kursi kerja.Sikap bersahabat dipadu humoris yang dimiliki Zay adalah kelebihannya. Klien akan merasa nyaman dan tentu saja senang memakai jasanya. Ditambah wajah enak dipandang yang bisa jadi daya tarik bagi tante-tante kesepian. "Bagaimana Bu sudah ke tempat bu Irna?""Sudah, makasih, loh mas atas rekomendasinya. Pokoknya tempat itu keren. Saya jadi gak berasa lagi diet, enjoy malah!""Syukurlah, semoga lancar bu pro
TIARA"Saya kenal Susi sebelum Ragil, tapi tak akrab. Jadi, saya bisa mempengaruhi dia untuk minta surat poligami pada Ragil. Jadi, nanti desakannya dari dua arah. Saya rasa ini akan membantu upaya kita menekan Ragil!"Aku agak bengong mendengar pengakuan Zay. Lantas, muncullah tebakan bahwa dia itu mantan Susi. Makanya mau bantu aku karena sakit hati juga. Eh, tapi kan tak akrab. Mana mungkin mantan tak pernah akrab."Istri saya lebih cantik dari Susi, Bu. Almarhumah sudah pulang ke Penciptanya setahun lalu.""Oh, eh saya turut berduka cita. Semoga almarhumah bahagia di sana!"Duh, kok dia kayak bisa baca pikiran. Jadi gak enak gini apalagi bawa-bawa almarhum istrinya.Pria itu mengaminkan, lalu seklias wajahnya berubah murung. Mungkin lagi ingat kenangan dengan istri tercinta. Aku juga ikut larut pada apa yang dirasakan olehnya.Sungguh indah cinta yang dibawa sampai ajal tiba. Lantas dikenang oleh sang pecinta meski telah tiada. Jauh sekali dengan kisahku, saat masih hidup saja sud
RAGIL"Puyeng, puyeng, puyeeng!" Aku menjambak rambut sambil menggoyangkan kepala. Pusing banget menghadapi tingkah dua istri ini. Lama-lama aku bisa gila juga.Belum beres masalah Tiara, Susi merajuk ingin surat nikah resmi dari KUA. Bukan tak mau mengabulkan, tapi perkaranya tak mudah sebab butuh surat izin poligami dari Tiara.Tiara tak mungkin memberi surat izin itu. Yang ada dia akan makin murka jika dipinta. Maka tujuanku meredam gejolak bakal sia-sia.Lihatlah, Susi sekarang pindah kamar. Dia tak mau melayaniku seperti hari-hari indah sebelumnya. Baru salah sedikit saja, amarahnya sudah separah ini. Apalagi kesalahan lebih dari iniBeda banget dengan Tiara. Sebelum suaminya ini menikahi Susi, wanita itu lebih sabar dan lembut. Tak pernah dia merajuk atau marah-marah tak jelas.Maka kusimpulkan perubahan Tiara sekarang drastis sekali. Mungkin sangat tak terima aku menikah lagi. Tapi, mau bagaimana lagi, aku tak bisa menahan hasrat pada Susi si seksi.Apalagi melihat bentukan Ti
RAGIL"Anggur merah yang selalu memabukkan diriku belum seberapa jika dibandingkan dengan senyumanmu. Takotek, kotek dangdut, takotek, kotek, dangdut. Yihaaa!"Aku joget bablas di depan jendela kamar Susi. Sengaja di sini biar dilihat dari dalam. Aku tahu dia pasti lagi tertawa. Soalnya tadi kedengaran meski samar. Haah, gengsi aja digedein. Aslinya dia juga kangen sama belaian Ragil yang lebih lembut dari sutra. Wanita emang doyan pura-pura. Padahal udah ngebet tingkat dewa."Oh, Susi Sayang mas Ragil cinta mati sama kamu. Bukalah pintu hatimu untukku kekasihku!"Aku tak peduli apa teriakan dan tabuhan sendok pada panci ini terdengar tetangga atau tidak. Yang penting Susi luluh.Aku meliukkan badan ke kiri dan kanan. Lalu mengibaskan rambut hingga bergerak ke belakang."Yihaa, takdut, takdut, takduuut!"Taraa! Jendela terbuka!"Mas Ragil jahat!"Susi memajukan bibir dan menampakkan wajah sedihnya. Aku tahu itu hanya sandiwara sebab aslinya ia pasti habis tertawa."Tayongku, Mas mint
TIARAEnak saja ngajak tidur setelah apa yang dilakukannya. Dikira aku batu yang gak punya perasaan. Untung sedang datang bulan, jadi alasan nolaknya gampang banget."Dinda, aku rindu padamu!"Aku pengen muntah mendengar rayuan murahannya. Jangan harap bisa luluh dengan gombalan memuakkan.Hmm, tapi aku gak boleh kasar menanggapi rayuan ini. Kudu pura-pura luluh, tapi pelan-pelan biar gak aneh dilihatnya.Kamu main drama, aku juga, Bambang!Mas Ragil menggandeng tanganku saat menuju kamar. Sepanjang jalan ke sana, dia terus melontarkan kata-kata rayuan.Sebenarnya aku sudah ingin muntah mendengarnya, tapi ditahan agar sandiwaranya gak gagal.Di kamar pria itu makin agresif, tapi aku membiarkan dulu sampai waktu yang tepat."Kamu pasti rindu belaian, Mas. Maaf, ya Sayang Mas lama tak menyentuh. Sekarang Mas akan memberikanmu surga terindah!"Setelah kami berbaring barulah kubilang baru datang bulan. Dan reaksinya mas Ragil seperti orang bego. Mulut mangap dan mata melotot. Tubuh yang s