Manajer mempersilakan aku untuk menjawabnya. "Hmm, yah begitulah!" jawabku sedikit terbata, "Ada sedikit masalah dengan perusahaan lamaku, jadi aku bergabung kemari!" "Masalah apa itu?!" tanya yang lain. "Lebih enak mana," susul wartawan lain lagi, "Di sini atau di perusahaan lamamu?" "Hmm, aku baru di sini," jawabku, "Jadi aku belum banyak tahu! Tapi kurasa akan nyaman dan menyenangkan bekerja di sini!" "Apakah karena manajemen perusahaan lamamu yang kacau?!" tanya yang lain, "Para superhero dari perusahaan itu kini menurun performanya. Bahkan banyak yang menutup layanannya." "Oh ya?" balasku, "Aku kurang tahu itu!" "Yah, seperti Anginia, Cahayani, Gajah Man! Juga banyak superhero lain yang tak muncul di aplikasi! Apa yang terjadi?!" "Hmm, aku kurang tahu!" "Apakah karena penyerangan misterius itu?!" timpal wartawan lain, kupikir kadang mereka lebih mengerikan daripada penjahat, "Apakah perusahaan lamamu begitu lemah? Kenapa mereka diserang? Siapa yang menyerangnya?!" "Ah,
Pesanan akhirnya datang. Seorang ibu memesan pertolongan di aplikasi. Aku mengambil pesanan itu dan segera pergi dengan sepeda motorku yang baru, Motokris! Semua orang di jalan memandangku dengan terpana. Sebagian nampak terkagum-kagum. Seperti jagoan di film yang baru saja muncul. "Yeah, Keris Man!" seru seseorang yang mengenaliku. Beberapa orang terlihat merekamku dengan kamera ponsel. Mungkin sebentar lagi muncul di Herogram atau Herostube. Aku sampai pada alamat yang dituju. Seorang ibu rumahnya kemasukan ular phyton. Kukeluarkan ular yang cukup jinak itu dan memanggil petugas keselamatan satwa. Ah, tugas semacam ini harusnya tak memerlukan superhero! Namun mau bagaimana lagi, hanya superhero yang baru memiliki aplikasi online. Petugas pemadam kebakaran, polisi dan petugas penyelemat satwa belum memilikinya. Ambulans pun belum memiliki aplikasi online! Mungkin suatu saat bisa kubikin perusahaan aplikasi penyedia ambulans. Sangat berguna untuk keadaan darurat! Banyak bukan k
Hari sudah sore, kuajak Selly pulang dari kantor. Ia masih menunggui Dara di klinik."Bagaimana harimu, Kris?" tanya Dara melihatku datang, "Banyak pesanan?""Yah, lumayan," jawabku, "Lumayan capek!""Jangan terlalu memaksakan diri!" balasnya."Yah," jawabku, "Bagaimana keadaanmu?""Baik, Kris. Sebentar lagi pulih kok. Jangan khawatir. Ajaklah Selly pulang."Aku mengajak Selly pulang dan berpamitan padanya."Kemana si Kuda dan Harimau?" tanyaku saat hendak pergi."Entahlah," jawab Dara tersenyum, "Cari kesibukan barangkali!""Jaga diri, baik-baik ya!" pamit Selly berciuman pipi dengan Dara."Jangan pikirkan aku, Sel! Temani Kris!"Kami berdua pun pulang mengendari Motokris. Kupakai mode biasa yang tak menunjukkan identitas sebagai superhero ataupun perusahaan aplikasi."Motor yang keren!" puji Selly membonceng padaku."Yah, kau suka?!" balasku."Suka!" jawabnya memelukku.Rasanya memang nyaman sepulang kerja dipeluk oleh kekasih di sepanjang perjalanan. Membuat rasa lelah berkurang.K
Pekerjaan dimulai. Pesanan datang satu per satu. Para superhero pun mengambil pesanan yang datang. Aku mendapatkan beberapa pesanan. Yang pertama melawan para penjambret. Seorang wanita dijambret saat menunggu angkot. Ponsel yang ditaruh di dalam tas turut terampas. Seseorang yang sama-sama menunggu angkot yang memanggil superhero lewat aplikasi. Dan untungnya lagi, orang itu bersama yang lain di tempat kejadian sempat memotret sepeda motor sang penjambret. Berbekal nomor telepon dan alamat email wanita yang terjambret, aku meminta kantor untuk melacak keberadaan ponselnya. Juga dari foto yang kurang begitu jelas, kuminta kantor melacak nomor kendaraan para penjambret yang berjumlah dua orang berboncengan itu. Dina bersama tim pelacak kantor segera bekerja dan terus mengabariku. Mereka bisa dengan mudah menemukan lokasi ponsel yang terjambret. Namun butuh waktu agak lama untuk melacak nomor kendaraan sang penjambret. Lokasi ponsel sudah cukup. Kulacak dari monitor Motokris yan
"Dapat kau ambil sampel cairan ludah yang tersisa, Dok?" tanya Dina yang juga berada di sana."Yah, sepertinya kami mendapatkan sedikit!" jawab si dokter, "Akan segera kami teliti!""Bagus, Dok!" puji Dina."Yah, maaf, kostum jadi rusak!" ucapku pada Dina."Tak masalah, ada kostum lagi yang lebih bagus!" jawabnya, "Masih dari template. Kostum aslimu belum jadi juga, Kris!""Yah, tak apa!" balasku."Setelah kami teliti sampel air ludah itu," lanjut Dina, "Mungkin kami bisa menambahkan fitur anti cairan itu pada kostummu. Juga kostum superhero yang lain!""Tapi siapa mereka?""Jika sudah baikan, bisa ke ruanganku untuk kutunjukkan sesuatu," pinta Dina."Kau harus hati-hati, Kris!" pesan Selly.Aku pun menuju kantor Dina seusai menjalani perawatan. Lukaku diberi obat luar dan diperban."Ayo, ikuti aku!" ajak Dina saat menjumpaiku.Kami menuju ruang kontrol superhero. Banyak terdapat pekerja yang terhubung dengan komputer dan memakai headphone. Pastinya komputer mereka terkoneksi dengan i
Yah, kondisi Dara sudah membaik dan boleh pulang. Kantorku membiayai seluruh pengobatannya. Kantor yang cukup baik hati! Bahkan kami tak perlu membayar iuran semacam asuransi atau BPJS. Selly ingin merawat superhero cantik itu. Tapi Dara tak ingin menyusahkannya. "Sungguh, Dara, aku ingin sekali merawatmu," desak Selly, "Kau masih belum pulih benar!" "Tak apa, Sel! Kamu sudah lama menjagaku, aku sangat berterimakasih!" "Lalu kemana kau akan pergi? Kemana si Harimau dan si Kuda? Mereka menghilang begitu saja!" "Yah, mereka mendapatkan tempat baru! Jangan pikirkan kami. Kami akan baik-baik saja." "Dimana tempat baru kalian? Aku akan ikut!" "Tak perlu, Sel!" "Katamu kami harus berhenti mencolok, kan?" alih Dara padaku, "Jangan khawatir! Kami akan tetap low profile!" "Yah, jangan sampai intelejen memantau kalian karena jadi superhero jalanan," jawabku. Dara hanya tersenyum. "Kau bisa ikut ke rumah baru Kris," bujuk Selly lagi, "Di sana aman, aku bisa merawatmu! Betul kan, Kris?
Mereka bertiga lalu pergi. Entah dimana sekarang mereka tinggal.Beberapa hari berikutnya, mereka muncul lagi untuk menyelamatkan orang. Beberapa murid SMA diculik oleh orang-orang misterius. Diduga hendak diperkosa dan dijerumuskan dalam prostitusi.Secara tak sengaja bertemu dengan mereka setelah menyelamatkan klien. Terdapat kerumunan orang dan kudekati mereka."Ah, Kerisman!" sambut si Kuda, "Untung kau datang! Kami menangkap para penculik gadis!""Kalian muncul lagi?" tanyaku pada mereka."Lalu siapa yang akan menolong mereka?" jawab si Harimau geram sambil menunjuk tiga murid SMA yang dipeluk Dara."Serahkanlah mereka pada polisi!" pinta Dara menunjuk lima orang penculik di samping mobil minibus mereka, "Aku akan antar pulang anak-anak ini.""Apa yang terjadi?" tanyaku.Setelah mereka menjelaskan kejadiannya, kuhubungi polisi agar datang dan menangkap para penculik itu. Makin aneh-aneh saja kejahatan sekarang ini."Polisi segera datang!" ujarku."Kalau begitu, kami pergi!" jawa
Kami pun saling berciuman melepas rindu di halaman rumahnya. Hanya sawah yang terhampar luas di depannya. Beberapa rumah tetangga terletak agak jauh."Kubuatkan masakan desa," katanya mempersiapkan makan siang, "Nasi pecel.""Hmm, sambal kacang bisa meningkatkan gairah!" jawabku memeluk, mencium pipi dan meremas dadanya."Haha, sabar! Udah nggak tahan ya ditinggal lama?! Makan dulu!"Kami pun makan siang bersama. Seperti biasa, masakan Selly sangat enak.Setelah itu, aku tertidur karena lelahnya perjalanan. Cuaca pedesaan pun kini semakin panas meski tak separah di kota. Menghantarkan kantuk dan lelah ke peraduan.Sore hari, aku ingin berjalan-jalan menikmati desa Selly. Ia pun dengan senang hati mengantarkanku berkeliling.Kami berjalan-jalan menyusuri persawahan dan desa. Aku cukup rindu dengan kampungku sendiri. Kampung-kampung di Jawa memang tak jauh berbeda suasananya.Akupun jadi ingat dengan masa laluku. Ketika keluargaku diasingkan oleh keluarga besarku sendiri.Juga saat aku
"Yah, sepertinya aku juga pernah lihat," imbuhku memperhatikan layar. "Astaga, mereka kembali?!" sambungku. "Teman-temanmu kan, mereka Kris?!" tanya Anginia. "Yah," jawabku menghela nafas, "kenapa mereka muncul kembali?!" "Karena superhero tak ada yang online!" timpal Cahayani. Terlihat di layar, teman-teman lamaku, Harimau jalanan, juga si Kuda jalanan sedang menghadapi para penjahat. Kukira mereka sudah menyingkir dan tidak akan muncul lagi! Dimana satu, lagi? Dara! Superhero burung merpati itu?! Di bagian kota lain, tertangkap dalam layar. Wanita menawan itu sedang melawan beberapa orang. Yah, dialah Dara! Benar-benar muncul tiga temanku itu. Mantan superhero jalanan yang telah berjanji akan menyingkir dan tidak muncul lagi. "Dan mereka pun juga jadi target Kelompok Kerbau Merah," gumamku. "Bisa jadi," balas Anginia dan Cahayani. Kami ikuti sepak terjang mereka. Setelah mengalahkan beberapa penjahat, mereka terus melesat pergi. Seperti dulu, mereka menghi
Akupun bersikeras untuk menjaga Anginia dan Cahayani.. "Biar kujaga kalian di sini," kataku. "Terserah kau saja Kris," jawab mantan bos pasrah dan lelah. Akupun tinggal di kantor lama untuk menjaga kedua target baru itu. Kuhubungi Tirtasari untuk mengatakan bahwa untuk sementara aku masih berada di sini. "Lihat, kekacauan di luar sana," ungkap Anginia memperhatikan berita di televisi dan media sosial. Kami lihat, di beberapa tempat terjadi aksi kejahatan. Kami pun tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa orang dan wartawan mulai panik dan berkomentar di media. "Superhero tak ada yang bisa dipanggil!" narasi seorang wartawan meliput beberapa aksi kejahatan, "Semua offline! Ada apa dengan para superhero?!" "Yah, kami coba menghubungi polisi," ungkap seorang warga yang diliput, "Tapi itu tak cukup, kami butuh superhero!" "Yah, benar!" imbuh warga yang lain, ,"Polisi tak bisa sepenuhnya menangani semua ini. Dimanakah para superhero?!" Sekertaris kantor mendatangi mantan bos da
"Pagi!" jawabku. "Kau nampak segar Kris!" komentar Dina tersenyum manis. "Yah," jawabku, "Bagaimana perkembangan?" "Masih nihil!" jawab sekertaris cantik itu. "Gajah Man dan Jago Man belum juga ditemukan?" "Sepertinya belum!" "Dimana mereka?!" "Entahlah, tapi aku tahu siapa yang datang tadi malam." "Siapa?" balasku menyelidik padanya. Ia hanya tersenyum manis. Lalu berbisik, "Kurasa kawan-kawan lamamu! Mereka menginap di kamarmu bukan?!" "Dari mana kau tahu?" "Tentu tahu, kau memang hebat Kris!" Aku hanya tersenyum. "Lima wanita dalam satu malam! Hi hi!" "Kau ini! Tolong jangan bilang siapa-siapa!" "Ohh, kalau itu ada syaratnya! Ha ha!" "Apa?!" "Masuk ke kantorku!" pintanya melenggang seksi meninggalkan ruangan kontrol. Aku menggeleng dan menghela nafas. Untung saja istri-istriku tak mendengar percakapan ini. Segera kususul Dina ke ruangannya. Sekertaris itu sudah hilang dari pandangan. "Mau kemana Kris?" tanya Tirtasari memapasiku. "Ada urusa
Kucium mesra pipi Cahayani. Begitu lembut dan hangat. Aroma tubuhnya pun segar. Sahabatku itu terdiam memejamkan mata. Seolah menikmati ciumanku. Aku lalu beralih pada Anginia. Kucium lembut bibirnya. Kueratkan dekapan untuk menikmati kehangatannya. Dua superhero cantik ini. Tak kalah cantik dengan ketiga istriku. Kuciumi bergantian pipi halus mereka. Tak ada protes ataupun keberatan. Anginia kemudian memandangi bibirku. Aku sudah hafal gairah wanita macam begini. Segera saja kukecup bibirnya. Ia pun membalasnya dengan hangat. Bibir yang begitu manis dan lembut. Sepadan dengan pesona dan keanggunannya. Kukencangkan ciuman, dan ia pun makin ganas melumat-lumat bibirku. Kenikmatan sabahat yang luar biasa! "Kau pencium yang hebat!" puji Anginia selepas ciuman sambil memandangiku dalam, "Tak heran punya tiga istri!" Aku tersenyum dan mengecupi bibirnya. Lalu beralih pada Cahayani di sisi lain. Superhero cantik itu terdiam dengan nafas memberat. Kupandangi wajahnya y
Sistem informasi kantor lama ini belum secanggih kantor baruku. Untuk melacak keberadaan Gajah Man dan Jago Man pun kesulitan. "Mereka tak bisa ditemukan!" ungkap beberapa staf pegawai. "Alat pelacak kita?" tanya mantan bos "Tak terdeteksi Pak!" jawab staf yang lain. "Bagaimana bisa?!" "Entahlah Bos," "Alat komunikasi radio bagaimana?" tanya mantan bos kian resah. "Tak bisa juga!" "Coba pantau lewat media sosial dan live!" "Baik!" jawab beberapa staf pegawai yang segera memperhatikan berbagai media sosial dan siaran televisi. Kami tunggu beberapa saat. Berharap menemukan petunjuk dimana Gajah Man dan Jago Man berada. "Tak ada tanda-tanda atau liputan tentang mereka!" ungkap beberapa staf. Bos nampak kian kebingungan. "Sebaiknya kalian sementara berlindung ke kantor kami," pintaku pada Anginia dan Cahayani. "Mereka superhero-ku, Kris!" sahut mantan bos, "Biar mereka tetap dalam perlindungan kami!" "Tapi kalian tak punya sistem keamanan memadai!" balasku.
Mereka terus maju dan berusaha menyerang kami. Segera saja kami balas untuk mengalahkan mereka. Aku dan High Quality Man menghadapi empat orang. Sementara Anginia dan Cahayani menghadapi dua yang lain. Lagi-lagi musuh yang cukup kuat. Kami harus bersiaga dan waspada. Pukulan-pukulan mereka cukup kuat dan cepat. Kami tangkis dan hindari sebagian. Berusaha kami balas serangan mereka dengan pukulan-pukulan kami. Namun nampaknya tak membuat luka berarti. Pukulan-pukulan mereka memiliki kekuatan bagai kerbau. Kadang kuat seperti gajah. Sebisa mungkin kami halau atau hindari. Satu pukulan kutangkis, dan kekuatannya cukup membuatku terhempas mundur. Lawan High Quality Man pun demikian. Kekuatannya cukup besar untuk dilawan. Untung saja sahabatku itu memiliki postur yang cukup besar untuk menanganinya. Mereka juga menggunakan serudukan dan serangan-serangan lutut yang cukup merepotkan. Benar-benar mirip kerbau atau gajah. Kami sedikit kewalahan menghadapi mereka. Kukerahka
Kucumbui dan kugumuli tiga wanita menawan itu. Meredakan ketegangan dan kelelahan. Kuelus dan kuraba ketiganya penuh kasih dan hasrat. Ciuman pun mendarat di manapun gairah ini menggelora. Leher perempuan muda yang begitu menggoda untuk diciumi dan dicumbui. Lalu berlanjut ke pundak, bahu dan dada mereka. Tak tahan lagi, segera kami raih kehangatan asmara dengan ganas. Tiga istri yang menjadi sumber kebahagiaanku hingga puas. Sesuai menikmati asmara, kami pun menjalani malam untuk beristirahat. Semoga para penjahat juga beristirahat. Pagi harinya, kami jalani hari masih dalam keresahan. Masih berusaha keras menemukan teman-teman kami yang diculik. Bos memutuskan untuk melapor pada polisi. Tak lama kemudian para petugas pun datang. Dipimpin oleh seorang reserse yang terlihat cukup berpangkat. Kami paparkan segala kejadian. Termasuk memperlihatkan alat bukti rekaman kamera pengawas. "Cukup parah," gumam pemimpin aparat yang datang itu, "Baiklah, akan kami catat. Akan ka
Aku pun kembali ke kantor. Teman-teman menanyaiku. "Bagaimana Kris?' "Aku sudah bicara dengan mereka," jawabku, "Sebagian mau offline, sebagian tidak. Tapi tetap waspada." "Yah, kucek, Anginia dan Cahayani offline," balas Dina, "Sedangkan Gajah Man dan Jago Man tetap online." "Yah, begitulah," jawabku. "Jadi kita sekarang baby sitter perusahaan sebelah?" seloroh Dina. "Yah, barangkali." "Sebaiknya kalian beristirahat!" perintah Dina pada kami, "Biar kantor dibersihkan dan diamankan ulang!" "Yah," jawabku, "Kau juga, beristirahatlah Din!" "Yah," Aku masuk ke kamar bersama tiga istriku. Begitu juga High Quality Man yang kembali ke kamarnya. Aku mandi di kamar dan segera beristirahat. Tirtasari dan si kembar melayaniku. Menghilangkan makanan dan kami santap bersama. Kami menikmati hidangan nikmat itu di meja makan kamar. "Kemana mereka menculik teman-teman?!" kesah Tirtasari. "Tenang saja, kita pasti akan menemukan mereka!" jawabku. "Yah, semoga." Seusai makan,
Kuikuti Anginia mengembalikan tas yang dicopet kepada pemiliknya. Ia melesat terbang rendah. Kupacu ringan Motokris di belakangnya. Ibu itu berterima kasih banyak pada Anginia. "Terimakasih, aku habis mengambil uang di bank," ucapnya, "Ini sebagai ucapan terimakasih!" lanjutnya menyerahkan beberapa lembar uang dari tasnya kepada Anginia. "Sama-sama Bu," jawab Anginia, "Ibu yang memesan lewat aplikasi?" "Bukan! Ponselku ada di dalam tas." "Saya yang memesan lewat aplikasi," papar seorang wanita muda tak jauh dari situ. "Jangan khawatir, Bu," ungkapnya pada sang korban, "Sudah kubayar lewat aplikasi." "Ah, terimakasih!" balas sang ibu menyerahkan uang pada wanita itu, "Ini untuk gantinya!" "Ah, tidak usah Bu!" balas sang wanita, "Murah saja kok pesannya! Tidak perlu diganti!" "Kau tak mau dibayar!" balas Sang Ibu, "Superhero ini juga tak mau dibayar! Lalu aku harus bagaimana?!" "Jangan pikirkan, Bu," jawab Anginia tersenyum, "Saya sudah dapat gaji dari perusahaan! Tak