Carla terbelalak kaget mendengar perkataan Jourdy kemudian menjawab, “Besok? Kenapa secepat itu, Jourdy? A-aku tak bis—.”
“Apakah kau akan melanggar kesepakatan kita? Ingat Carla! Kau yang datang ke sini dan menyetujui penawaran itu, jadi jangan beralasan apapun!” tegas Jourdy sambil mengangkat jari telunjuknya tepat di depan wajah Carla.
“Jourdy, aku membutuhkan waktu! Aku masih harus memastikan keadaan Mas Kevin baik-baik saja setelah operasi, aku masih ingin berada di sampingnya sampai dia benar-benar sembuh.”
Melihat Carla yang kembali memohon padanya dengan memegang erat lengan Jourdy, membuat lelaki itu muak. Apalagi Carla terus merendahkan dirinya untuk Kevin, orang yang sangat Jourdy benci sejak lama.
Tapi bagaimanapun juga, Jourdy tetaplah manusia biasa yang masih memiliki hati nurani sehingga mau tak mau ia harus memberikan sedikit keringanan untuk Carla, “Hari ini juga kau harus mengurus surat perceraianmu dengan lelaki itu, dan besok baru kita menikah.”
“Aku masih memberikan keringanan untukmu, setelah menikah nanti kau masih bisa menemui Kevin kapanpun kau mau tapi setelah keadaannya membaik kau harus beranjak dari kehidupan Kevin untuk selamanya sebelum dia bangun dari koma!” lanjut Jourdy lagi dengan penuh penekanan.
Dengan berat hati, Carla mengangguk pelan setuju pada perkataan Jourdy. Ia benar-benar tak punya pilihan lain lagi, karena ada banyak orang yang harus ia selamatkan dari masalahnya saat ini.
“Baik, Jourdy.”
“Bukan itu jawaban yang ingin aku dengar,” sahut Jourdy dengan tatapan yang sangat tajam.
“Maksudmu?” tanya Carla tak mengerti dengan maksud perkataan lelaki itu.
“Apa kau tak tahu apapun? Setelah mendapatkan bantuan dari orang lain, seharusnya kau tahu apa yang harus kau lakukan!”
“Maafkan aku, aku hanya merasa masih kebingungan. Terima kasih banyak untuk semua bantuanmu,” tukas Carla yang sejujurnya tak sudi berterima kasih pada lelaki kejam seperti Jourdy.
Cuppp
Tanpa meminta izin terlebih dulu, Jourdy mengecup lembut kening Carla dengan begitu manis. Sontak Carla terkejut tak percaya dengan tindakan lelaki itu, apalagi seharusnya Jourdy belum memiliki hak untuk menyentuhnya.
“Bagus! Mulai sekarang kau adalah milikku, jadi jangan melakukan apapun yang bisa membuatku marah!”
Melihat Carla yang hanya diam membeku membuat Jourdy semakin gemas, ia mulai merangkul pinggang kecil Carla dan mendekatkan wajahnya pada wanita itu. Perlahan Jourdy ingin mengecup bibir ranum milik Carla, tetapi Carla langsung menghindarinya dengan sangat cepat.
Plakkk
Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat mulus di pipi kiri Jourdy hingga lelaki itu terdiam tak percaya, “Beraninya kau!”
“Jourdy, kau belum memiliki hak untuk menyentuhku!” bentak Carla dengan kedua mata yang sudah berbinar menahan tangisannya.
“Aku ini calon suamimu! Jadi aku berhak untuk melakukan apapun yang aku mau!” sahutnya dengan sangat tegas dan penuh penekanan.
Carla menggelengkan kepalanya pelan membantah perkataan Jourdy yang menurutnya tak benar, “Tidak, Jourdy. Bagaimanapun juga hari ini aku masih sah menjadi istri Kevin, jadi kau belum bisa menyentuhku.”
“Aku pamit pergi,” ujarnya lagi lalu beranjak pergi dari hadapan Jourdy meninggalkan lelaki itu sendirian di dalam ruangannya.
Jourdy yang masih terdiam terus memegangi pipinya yang panas akibat tamparan yang diberikan Carla, ia sangat marah dan kesal pada tindakan wanita itu namun ia tak bisa berbuat banyak hal karena perkataan Carla memang ada benarnya.
“Sialan, dia benar-benar kurang ajar! Kita lihat saja nanti, setelah menikah kau akan merasakan kehidupan yang seharusnya sejak lama kau terima!” gerutu Jourdy dengan rahang yang sudah mengeras hebat.
Carla terus meneteskan air matanya dengan begitu memilukan, hatinya benar-benar hancur berantakan tak terkira lagi. Sialnya, entah bagaimana Carla bisa langsung mendapatkan surat perceraiannya dengan Kevin hari itu juga.Kini Carla dan Kevin telah resmi bercerai, mereka bukan lagi pasangan suami istri yang saling mencintai seperti dulu. Carla merasa dirinya sangat rendah, karena malah meninggalkan suaminya dalam keadaan terpuruk.Seketika langkah Carla terhenti tepat di depan kamar rawat Kevin, matanya yang bengkak terus tertuju pada tubuh Kevin yang sedang terbaring lemah tak berdaya di atas kasur.Perlahan tangan Carla meraba jendela di hadapannya kemudian ia bergumam, “Kevin, sayang. Tolong maafkan aku, maafkan aku yang tak bisa menjaga pernikahan kita berdua.”“Carla!” teriak seorang wanita yang terus melangkah mendekat ke arah Carla dengan wajahnya yang sudah merah membara seperti api.Carla spontan menoleh ke belakang dan mendapati kedua mertuanya sudah berada di dekatnya, “Ibu,
Carla menggelengkan kepalanya kencang menolak perintah Lula dan ia menjawab, “Aku ingin bertemu dengan Mas Kevin, aku ingin menemaninya hari ini.”“Enak saja! Kau pikir kau ini siapa? Pergi sana!” titah Lula lagi kemudian mendorong tubuh Carla kencang hingga membuatnya tersungkur ke atas lantai. “Lula, kau ini apa-apaan? Jangan memperlakukan Carla seperti ini!” bentak Dani kesal.“Terus saja kau membelanya! Mengapa kau hanya memikirkan wanita ini? Seharusnya kau lebih memikirkan Kevin yang sudah Carla hancurkan hidupnya!” sahut Lula tak terima melihat Dani terus mengasihani Carla.Muak melihat wajah Carla, Lula memutuskan masuk ke dalam kamar rawat Kevin meninggalkan mereka berdua. Kini hanya tersisa Dani dan Carla di sana, dengan penuh perhatian Dani meraih lengan Carla membantunya untuk berdiri. “Ayo bangun, Carla!”“Terima kasih, Ayah.”Dani menghembuskan nafasnya pelan mencoba mendapatkan ketenangan, “Meskipun aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu sekarang sampai kau tega menin
Hari ini adalah hari yang sangat Carla benci seumur hidupnya, dunianya sangat hancur dan seakan runtuh. Pada saat Jourdy dengan bangganya menunjukkan senyuman terbaiknya, Carla justru terus meneteskan air matanya tanpa henti.Pernikahan yang seharusnya menjadi suatu hal yang membahagiakan, tetapi itu tidak berlaku bagi Carla. Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja Carla tak sanggup melakukannya, hingga Jourdy nampak sangat kesal dengan sikap istrinya itu.“Bisakah kau tersenyum sedikit saja?” bisiknya dengan penuh penekanan.Mendengar perkataan suaminya Carla masih diam membisu, ia enggan melakukan perintah lelaki yang telah sah menjadi suaminya.Hembusan yang kasar dan berat akhirnya keluar dari mulut Jourdy dan ia kembali berkata, “Ini pesta pernikahan kita, seharusnya kau terlihat bahagia di depan semua orang bukannya malah terus menangis. Jangan membuatku merasa malu, atau kau akan mendapatkan pelajaran dariku setelah pesta ini selesai!”“Aku hanya merasa lelah,” sahut Carla singk
“Jaga mulut kalian!” tegas Jourdy yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.Sontak keduanya terkejut dan langsung menatap Jourdy dengan ketakutan karena mereka sudah sangat mengenal lelaki kejam yang satu ini, “Kami hanya—.”“Kalau kalian tak tahu apapun jangan pernah berani berkomentar mengenai kehidupan orang lain, apalagi orang-orang terdekatku!” sahut Jourdy lagi.“Maafkan kami, Jourdy. Kami tak bermaksud begitu,” sahutnya gugup.Jourdy mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah pintu keluar lalu berkata, “Lebih baik kalian pergi dari sini, aku sama sekali tak merasa rugi jika kalian tak hadir di pestaku.”Tak ingin membantah perintah Jourdy, keduanya bergegas pergi meninggalkan pelaminan dengan wajah yang cukup ketakutan. Kepergian mereka membuat Carla bisa merasa sedikit tenang, karena tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan mematikan yang harus ia dengar.Sekarang tatapan Jourdy tertuju pada Carla yang tubuhnya nampak sangat lemas seperti tak punya semangat hidup, sebenci apapun Jourd
Jourdy baru saja berhasil membuka gaun pengantin yang dipakai Carla, hanya tersisa underware berwarna gelap menutupi bagian kebanggaan yang dimiliki istrinya.Tanpa sadar senyuman kecil terukir di bibir Jourdy karena sekarang wanita impiannya sejak lama bisa ia miliki sepenuhnya, telah cukup lama Jourdy menanti hari ini tiba sehingga ia merasa sangat senang.Dengan lembut Jourdy membelai pipi mulus Carla yang begitu cantik untuk merasakan sensasi tak biasa yang sebelumnya tak pernah ia rasakan, “Carla, akhirnya aku bisa memiliki. Sudah sangat lama sekali aku menunggumu, dan sekarang sepenuhnya kau adalah milikku.” CupppJourdy mengecup lembut bibir Carla yang manis dengan penuh cinta, ia bahkan sampai memejamkan kedua matanya untuk menikmati momen yang telah ia tunggu-tunggu.Tangganya pun ikut bermain menyentuh dua buah bukit kenikmatan milik Carla, sesekali ia meremasnya kencang penuh gairah. Tindakan yang dilakukan Jourdy dapat Carla rasakan dalam pingsannya, secara tak langsung
“Apakah kau melihatnya?” tanya Lula yang terkejut bukan main melihat pergerakan tangan Kevin.Sontak Dani ikut terkejut karena ia juga melihat hal yang sama, “Iya, aku juga melihatnya?”“Apakah Ayah akan bangun?” tanya Angel dengan polos.Dani memegang lembut rambut cucu sembari menjawab, “Semoga saja ya, nak.”“Kevin? Apakah kau mendengarku, Sayang?” panggil Lula pada Kevin berharap putranya bisa memberikan respon. Keajaiban yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, perlahan Kevin membuka kedua matanya dengan susah payah. Pandangannya masih buram dan tak jelas, namun ia terus berusaha untuk bisa sadar dari tidurnya beberapa waktu ini.Semua orang yang berada di ruangan itu menunggu dengan gugup dan tak sabar, mereka terus menatap wajah Kevin yang masih terlihat sangat pucat. Lula juga tak henti-hentinya mengusap lembut tangan Kevin, sembari memanggil namanya dengan lirih. “Di mana aku?” ujarnya pelan.Air mata Lula menetes mendengar suara Kevin yang rasanya sudah sangat lama sekali
Jourdy menatap istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, ia nampak kesal pada Carla yang tak memakai baju tidur pemberiannya. Padahal sebelum mandi tadi, Jourdy sudah menyuruh Carla berpenampilan seperti keinginannya.“Mengapa kau tak memakai bajunya?” tanya Jourdy datar. Dengan gugup Carla menjawab, “Maafkan aku, Jourdy. Tapi aku ha—.” “Apa lagi? Kau ini benar-benar kelewatan ya! Malam ini adalah malam pertama kita sebagai pengantin, tak bisakah kau menyenangkanku sekali saja?” bentaknya kesal. Carla bergegas mendekat ke arah Jourdy, lalu ia menggenggam hangat tangan lelaki itu sambil menatapnya teduh dan mendalam. “Bukan begitu, Jourdy. Aku harus pergi ke rumah sakit, karena Kevin sudah sadar.” Carla berbicara dengan sangat berhati-hati.Lagi-lagi nama itu yang harus Jourdy dengar keluar dari mulut istrinya, Jourdy tak dapat menerimanya dan ia merasa sangat marah pada Carla. Seharusnya wanita itu bisa berpikir lebih masuk akal pada malam pertama mereka, “Lalu maksudmu, kau i
Bugh bugh bugh“Jourdy, tolong buka pintunya!” teriak Carla dengan sangat kencang sambil terus menggedor pintu kamar mandi.Jourdy hanya terdiam sebentar di depan sana kemudian melangkah pergi menuju kasur, lelaki itu duduk dengan tenang sambil menatap kosong ke arah kamar mandi. Tak ada satupun orang yang bisa mengubah keputusan lelaki kejam satu ini, sekali saja ia merasa kecewa maka ia akan melakukan apapun untuk melampiaskan amarahnya termasuk kepada orang terdekatnya. “Istri tak berguna! Dia benar-benar sudah membuatku kecewa!” gumam Jourdy seorang diri lalu berdiri dari duduknya.Jourdy pergi keluar dari kamar dengan wajah yang dipenuhi amarah, beberapa anak buahnya yang berada di ruangan lain menunduk sopan untuk menyambut majikannya. “Jaga baik-baik kamarku! Jangan sampai wanita itu bisa keluar dari sana,” perintah Jourdy tegas. “Baik, Tuan.”Tak lama setelah itu, Jourdy melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumah. Pikirannya sangat kacau, ia diselimuti oleh amarah yang