“Dia ngomong sama aku, Ga. Si Lastri itu!” ucapku pada Rangga.
Arwah Lastri kembali bicara padaku.“Nggak usah takut, aku belum mati, tubuhku masih hidup. Aku hanya tak bisa merasuki siapapun lagi,” ucap Lastri.Aku semakin terkejut mendengarnya. Aku pun menoleh padanya.“Kamu belum mati? Lalu mayak yang wajahnya hancur itu yang diliat Mas Bimo siapa?” tanyaku penasaran.“Itu bukan aku,” jawab Lastri.Aku terbelalak mendengarnya. Sungguh aku tak percaya dengan ini semua. Tapi aku tak bisa lagi berpikir bahwa ini tidak benar karena aku melihat semuanya.“Ilyas dan dukun itu juga belum mati!” ucap Lastri.Mendengar itu aku lebih terkejut lagi.“Mereka belum mati?Rangga yang sedang fokus menyetir tampak ketakutan melihatku yang berbicara dengan arwah Lastri yang tak bisa dilihatnya itu. Rangga menoleh padaku.“Kamu beneran lagi ngomong sama dia?” tanya Rangga memastikan.“Iya, Ga.” Jawabku.KulihatAku tidak bisa menjawab pertanyaannya. Aku terus saja menangis. Aku sudah terlalu mencintai Mas Bimo, aku tak ingin membuat Lastri semakin kecewa lagi jika aku memaksakan diri untuk menikah dengan Mas Bimo jika aku sudah bisa kembali lagi ke tubuhku. Rangga sepertinya mengerti perasaanku. Dia diam dan tak memaksaku untuk menjawab pertanyaannya.Tak berapa lama kemudian handphoneku berbunyi. Kulihat di layar, nenek yang menelponku. Segera aku mengangkatnya dan menerima panggilan nenek itu.“Iya, nek.” Jawabku.“Nenek sudah ketemu orang yang bisa mengembalikan jiwamu pada tubuhmu, Nak.” ucap nenek.Aku begitu lega mendengarnya.“Di mana tempat tinggal orang itu, nek?” tanyaku.“Kalo bisa kamu kembali ke rumah sekarang,” pinta nenek.Aku pun langsung mengiyakannya dan meminta Rangga untuk kembali ke rumah nenek. Rangga pun mengiyakan omonganku. Setelah kami menemukan pintu tol keluar, Rangga langsung menuju ke arah sana lalu kami kembali
Lalu penglihatanku berubah lagi saat Nayara diam-diam bertemu dengan Ilyas. Kini mereka sudah besar. Sudah remaja seumuran anak sma. Mereka jalan-jalan ke mall berdua. Menonton bioskop lalu mereka pergi dengan motor tua yang dikendarai oleh Ilyas. Ilyas membawa Nayara ke kebun teh itu. Di sana mereka duduk-duduk sambil memandangi pemandangan yang luas di bawah sana. Tak lama kemudian Ilyas mencium Nayara. Lalu mereka melakukan hal yang tak seharusnya kulihat. Ya, di kebun teh itu Ilyas menelanjangi Nayara lalu mencumbunya dengan bringas. Saat Ilyas sudah merajai tubuh itu, kulihat Nayara menangis kesakitan. Aku berusaha untuk pergi dari sana tapi aku tak bisa. Adegan itu mau tak mau aku saksikan dengan perasaan bingung.Lalu semuanya gelap. Gelap sekali. Aku lemas dan tak sadarkan diri lagi.***Aku terbangun. Aku kaget saat melihat ada Mas Bimo di dekatku. Tanganku sedang digenggam erat olehnya. Mataku berkaca-kaca saat menyadari aku sudah kembali ke tubuhku. P
Seketika arwah Lastri berhenti menggerakkan lemari itu. Arwah Lastri mendekat ke tubuh Mas Bimo. Tangannya mencoba menyentuh wajah Mas Bimo. Lastri menangis di hadapannya. Aku pun sedih bercampur cemburu melihatnya. Namun aku harus menyembunyikan itu. Aku tak mau Lastri bertambah sedih karenaku. “Katakan padaku, kalau semua yang dibilang Indah itu bener semua,” pinta Mas Bimo pada apa yang tak bisa dilihatnya. Seketika Lastri meraih sebuah spidol di meja kerja Mas Bimo. Dia pun langsung menulis di dinding kamar itu. Mas Bimo shock saat melihat spidol itu terbang di matanya. Mas Bimo menjauh darinya. Lalu Lastri langsung menuliskan sesuatu di dinding kamarnya. Tubuhku selama ini dikuasai Nayara, Mas. Aku tidak tahu apa-apa soal perselingkuhan itu. Aku mencintai Mas Bimo. Tolong temui aku di rumah sakit Karawang. Ada keluargaku yang menungguku di sana. Mas Bimo tampak terbelal
Lastri mengangguk. Mas Bimo diam saja. Dia pasti juga bingung harus bagaimana. Lastri menoleh pada Mas Bimo.“Apa Mas mau memaafkan aku?” tanya Lastri padanya.Mas Bimo tampak terdiam. Lastri tampak bingung melihat Mas Bimo diam begitu.“Mas Bimo harus kembali pada Lastri, bagaimana pun dia tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa,” pintaku pada Mas Bimo.Akhirnya Mas Bimo menatap wajah Lastri yang sendu itu. “Mas nggak tau sekarang harus gimana. Mas udah terlanjur mencintai Indah, tapi Mas juga masih sayang sama kamu, Lastri.” Ucap Mas Bimo.Lastri menangis.“Aku akan menerima semua keputusan Mas,” jawab Lastri.Aku menoleh pada Mas Bimo dengan marah karena dia berucap seperti itu pada Lastri.“Maaf, Mas Bimo. Apapun yang terjadi, aku nggak akan kembali sama kamu, Mas. Aku tak mau berada diantara kalian dan aku nggak mau nyakitin perasaan Lastri. Lupakan aku, Mas. Kembalilah pada Lastri,” ucapku kemudian aku langsung berlari dari
Aku tak menjawab pertanyaan mamah itu. Aku malah langsung memeluknya dengan rindu. Papah dan mamah tampak heran melihatku. Akhirnya kuajak mereka duduk di ruang keluarga. Kuceritakan semuanya pada mereka soal pertukaran jiwa itu. Papah dan mamah tampak terkejut mendengarnya. Papah tampak merasa bersalah sudah tidak mempercayaiku selama ini. Papah menangis.“Maafkan papah, nak. Papah bener-bener nggak yakin waktu itu. Pantas saja kamu berubah...” isak papah.“Mamah juga nggak tau mau percaya atau tidak waktu itu. Kalau memang benar begitu, syukurlah kamu sudah kembali ke tubuhmu,” ucap mamah.Aku mengangguk lalu menatap wajah papah dan mamah dengan mantap.“Aku harus membatalkan pernikahanku dengan Mas Bimo,” ucapku pada mereka.Papah dan mamah tampak terkejut mendengarnya.“Kenapa?” tanya papah.Aku pun ceritakan semuanya soal Lastri dan Mas Bimo. Soal bagaimana aku mengenal Mas Bimo. Papah dan Mamah juga terkejut mendengarnya. Mereka
“Jangan takut,” ucapnya padaku.Bagaimana aku tidak takut kalau melihat arwah yang selama tak pernah kulihat. Lelaki itu adalah arwah kedua yang kulihat setelah Lastri. Aku diam saja, masih merinding di atas kasurku.“Aku mau minta tolong,” ucapnya.“Kamu mau minta tolong apa?” tanyaku.“Aku tahu, dukun sakti itu kan yang membuatmu begini? Hingga sekarang efek dari pertukaran jiwa yang sering kamu alami itu telah membuatmu bisa melihat kami,” ucapnya, “untuk itulah, aku ingin kau membantuku untuk menghabisi dukun sakti itu. Dialah yang membuatku bergentayangan seperti ini.”Aku terbelalak mendengarnya.“Bergentayangan? Maksudmu, kau sebenarnya masih hidup?” tanyaku penasaran.Lelaki itu mengangguk.“Di mana tubuhmu sekarang?” tanyaku.“Aku nggak tau. Sekarang aku berkeliaran tanpa tubuh,” ucapnya.Akhirnya aku memberanikan diri untuk mendongakkan wajahku kepadanya. “Kalau kamu memintaku untuk membunuh dukun sakti
Dan di petang itu. Aku mengemudikan mobilku menembus jalanan Jakarta yang begitu padat. Tujuanku adalah rumah Rangga. Aku ingin tahu kabarnya sekarang. Aku belum sempat bertemu dengannya lagi setelah jiwaku kembali ke tubuhku sendiri.Kulihat langit tampak mendung. Arwah Aksana duduk di bangku belakang. Entah sampai kapan dia akan selalu berada di dekatku. Aku tak tahu. Kedepannya aku harus membiasakan diri dengan kehadirannya. Dan saat Mas Bimo pergi dari rumah tadi, aku sudah banyak mengobrol dengan Aksana. Ternyata dia adalah anak seorang pejabat di Palembang. Dia mendadak menghilang dan arwahnya mendadak berada di sebuah apartemen di Jakarta. Awalnya arwahnya itu tak bisa pergi kemana-mana, namun tiba-tiba arwahnya tertarik ke tubuhku. Lalu hingga kini dia tak bisa pergi lagi dariku.Aku pun tiba di depan rumah Rangga. Saat bell kupencet, Rangga keluar dengan rambut acak-acakan. Dia masih mengenakan kaos oblong dan celana kolor. Kuminta Aksana bersembunyi sebisanya
Aku pun menoleh padanya,”Sebenarnya aku pun sama,” ucapku yang akhirnya jujur padanya.Rangga tampak senang mendengarnya,”Kau mencintaiku?” tanyanya memastikan.Aku mengangguk. Lalu tak berapa lama bibir titipnya itu kembali menyentuh bibirku. Kami pun melakukannya sekali lagi. Mendadak aku teringat Aksana. Lalu kudorong lagi tubuh Rangga.“Berhenti dulu,” pintaku.Rangga heran. Kuedarkan pandanganku ke sekitar kamar. Aku lega saat Aksana tak terlihat di dalam kamar itu.“Kenapa?” tanya Rangga.Aku diam. Aku belum mau menceritakan kehadiran Aksana padanya. Lalu tak berapa lama kemudian terdengar suara orang mengetuk pintu.“Rangga! Nayara!”Aku dan Rangga terkejut mendengar suara itu.“Itu suara Ibu Nayara!” teriakku.Lalu aku dan Rangga panik. Kami segera memakai pakaian. Dan sekarang aku bingung apa yang harus aku lakukan. Bagaimana jika kedua orang tua Nayara tahu keberadaanku di sini? Mendengar itu sem