Share

2. Misteri Pertama

Sudah seminggu Clarissa bekerja di kantor itu. Suasana kantor itu cukup menyenangkannya walaupun dia belum memiliki teman yang benar-benar akrab. Atmosfer kantor itu sangat mendukung pekerjaanya, dengan fasilitas kantor yang sangat beragam. Kantor itu juga menyediakan kafe sendiri sehingga para karyawan tidak perlu keluar jika ingin makan. Selain itu juga ada bonus insentif jika mereka lembur dan pekerjaan mereka melampaui ekspektasi. Plus, gajinya sangat bagus!

Kantor itu sendiri dimiliki oleh Jonathan Wirawan, sang CEO. Keluarganya juga masuk di bisnis itu. Jabatan Direktur dipegang oleh anak tertuanya, Aidan Wirawan. Anak keduanya, Melvin Wirawan menjabat sebagai Wakil Direktur. Kepala Supervisornya adalah Daniela Wirawan, anak ketiga Jonathan Wirawan. Bahkan istri sang CEO juga memiliki peran di sana, sebagai salah satu pemegang saham. Dengan demikian, dinasti Wirawan-lah pemilik perusahaan itu sepenuhnya.

Dia belum pernah bertemu dengan sang CEO, Direktur maupun Wakil Direktur. Namun setiap minggunya dia bertemu dengan sang kepala supervisor, Daniela. Dia juga rapat bersama supervisornya dan teman-teman satu divisinya yang berjumlah 4 orang saja. Divisi Mode memang hanya berisi dia dan empat orang temannya, yang lolos tes. Mereka bertugas merancang desain pakaian baru untuk JW Style.

Minggu ini diadakan rapat bersama dengan supervisor dan kepala supervisornya untuk mendiskusikan 5 mode baru untuk diluncurkan ke pasar.

“Miss Gita, saya suka desain kamu. Garis-garis luarnya tajam, tapi lembut di dalam. Warna yang dipilih juga bagus, sesuai dengan selera pasar. Desain kamu saya terima,” kata Daniela.

Daniela Wirawan adalah seorang wanita yang super cantik. Dia tinggi bak model, dengan rambut disanggul ala Prancis dan dandanan modis. Kabarnya dia adalah salah satu lulusan terbaik di sekolah mode terkenal. Garis-garis wajahnya lembut, tapi matanya tajam dan kelihatan cerdas. Dia memakai makeup simpel yang menonjolkan kecantikannya.

Gita, desainer di sebelah Clarissa langsung menerima tepuk tangan semua orang. Gita terlihat luar biasa senang. Oh ya, prestasi sangat penting di perusahaan. Semakin sering ide diterima, karir akan semakin cemerlang. Para desainer di sana berkesempatan menjadi desainer utama perusahaan, dan membantu supervisor memilih desain-desain terbaik selanjutnya.

“Selanjutnya ada desain Miss Jovanka. Desain kamu bagus, hanya saja agak revolusioner untuk saat ini. Masih bisa diperbaiki. Saya tunggu revisinya ya,” kata Daniela. Dia mengembalikan map milik Jovanka.

Jova, rekan kerja di sebelah Gita terlihat agak kecewa tapi dia berusaha mengontrol kekecewaannya agar tak terlalu terlihat di wajahnya. Dia mengangguk.

“Baik, Miss,” katanya segera. Dia segera menerima mapnya, berusaha terlihat legawa.

“Oke. Yang ketiga adalah desain Miss Clarissa. Atau Rissa saja ya lebih tepatnya?” panggil Miss Daniela.

Clarissa mengangguk.

“Boleh, Miss,” katanya.

“Desain kamu bagus. Tradisional dan sederhana. Banyak pasar untuk desain ini dan bisa menyasar banyak kalangan. Desain kamu saya terima.”

Mendengar kata-kata Daniela itu ekspresi Rissa langsung cerah. Dia segera menerima tepukan tangan kedua. Desainnya diterima! Dia mengerjakan desain itu semalam suntuk, dengan membawa pekerjaan rumah banyak dan hasil kerja kerasnya kini terbayar!

“Oke. Desain keempat punya Ifan,” kata Daniela sambil memegang map selanjutnya.

“Saya mau dipanggil Miss juga, Miss,” kata Ifan segera sambil tersenyum merayu.

Semua orang langsung tertawa. Ifan adalah cowok satu-satunya di divisinya. Cowok flamboyan dan melambai itu terkenal karena kepribadiannya yang ceria dan ramah. Dia juga selalu nyambung mengobrol dengan cowok maupun cewek. Dia cowok berkacamata yang manis, tidak terlalu tinggi tapi bakatnya banyak diakui banyak orang. Sama seperti sekarang.

“Desain apa ini? Saya suka! Sangat memiliki kepribadian di dalamnya. Saya terima!”

Daniela terlihat takjub sambil masih memegang map milik Ifan. Ifan langsung menerima tepuk tangan juga. Dia memegang kacamatanya dan menundukkan kepala pada semua orang sambil tersenyum lebar.

“Thank you, thank you!” serunya gembira. Semua orang langsung tertawa lagi.

“Terakhir milik Miss Fahrani ya. Saya panggil Miss Rani saja?” tanya Miss Daniela.

Fahrani, yang duduk di sebelah Rissa mengangguk.

“Boleh, Miss,” jawab cewek itu segera.

“Sebenarnya saya suka desain kamu. Tapi maaf perpaduan warnanya seolah saling timpang tindih. Nanti tolong direvisi ya, Miss Dewinta minta bantuannya ya,” kata Miss Daniela.

Fahrani terlihat kecewa tapi dia berusaha legawa juga.

“Baik terima kasih Miss,” katanya. Miss Dewinta lalu menepuk pundaknya untuk menguatkan.

Salah satu keunggulan di perusahaan itu adalah semua orang selalu siap membantu. Baik senior maupun junior diminta untuk saling membantu satu sama lain agar tidak ada ketimpangan dalam perusahaan. Sebelum ini saja Miss Dewinta dengan senang hati mengoreksi desainnya dan memberinya masukan.

Setelah selesai rapat, tiba-tiba Miss Daniela berkata.

“Oh iya untuk Jovanka, Mr. Jona mau ketemu ya. Nanti setelah selesai, Mr. Jona juga mau ketemu Fahrani ya.”

Wajah kedua rekan Rissa tersebut langsung kelihatan kaget. Apa ini karena desain mereka?

Daniela sepertinya bisa membaca apa yang mereka pikirkan dan akhirnya berkata.

“Oh bukan, bukan tentang desain. Tentang visi misi kalian di perusahaan lebih jauh. Silakan ikuti saya,” katanya menenangkan.

Jovanka dan Fahrani terlihat lega dan mengikuti Miss Daniela keluar ruangan.

***

Kedua cewek itu kembali dari kantor CEO dalam kondisi pucat seperti habis dimarahi habis-habisan.

“Ah, aku nggak apa-apa kok,” kata Jovanka. Dia lalu menghela napas dan meneruskan pekerjaannya dalam diam.

“Kirain habis dimarahi, Jo,” kata Ifan gemulai.

Jovanka menggeleng, tak tersenyum sedikitpun.

“Ah enggak, kok,” katanya pelan.

Ifan langsung peka dan berbisik pada Rissa yang sedang memperhatikan mereka berdua.

“Lagi badmood, hihi.” Dia lalu terkikik dan membuat Rissa tersenyum lebar.

“Jangan diganggu kalo gitu, Miss,” balasnya.

“Siap, hihi,” kata Ifan segera.

Kabar mengejutkan datang keesokan harinya. Fahrani mengajukan resign. Dia tidak mengatakan apa alasannya dan segera meninggalkan kantor cepat-cepat.

“Aku denger dia dimarahi Pak CEO, nggak tahu kenapa,” kata Gita.

Gita adalah biang gosip baru di kantor. Cewek itu selalu gercep jika menyangkut gosip terbaru dan langsung menyebarkannya sesegera mungkin sebelum gosip itu menguap dan tidak hot lagi.

“Waduh. Sampe dimarahi CEO?” balas Ifan.

Gita mengangguk.

“Iya, kalo soal visi misi katanya Mr. Jona itu tegas, mungkin Rani nggak sejalan dengan itu,” katanya.

Seminggu kemudian, setelah rapat gantian Gita yang dipanggil. Setelahnya dia jadi bukan main pucat dan muram, tapi setelah itu tampak baik-baik saja. Sepertinya pertemuan dengan sang CEO berlangsung cukup baik dan dia bisa melaluinya. Dia tidak mau menjawab ketika ditanya bagaimana kesannya saat bertemu dengan sang CEO. Dia cuma berkata “Semua oke. Aku bisa laluin ini”.

Seminggu kemudian gantian Ifan yang dipanggil. Dia juga awalnya tampak seperti terpukul tapi setelahnya dia tampak baik-baik saja juga. Dia berkata pada Rissa bahwa “Mr. Jona tidak tampak seperti orang luar pikirkan.”

Seminggu setelahnya Rissa harap-harap cemas dan akhirnya ...

“Rissa? Kamu dipanggil Mr. Jona,” kata Miss Dewinta.

Dia langsung merasa keder.

Apa dia melakukan sesuatu yang salah? Kenapa dia dan teman-temannya dipanggil satu-persatu dalam selang waktu seminggu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status