Share

Chapter 4

Xander?

Betapa santainya pria itu melangkah masuk ke dalam ruangan kemudian duduk tepat di samping Tavel Moore. Tersenyum menyapa ramah wajah tampanya itu bahkan tetap tenang ketika dirinya dihadapkan dengan Leoni.

Tentu saja banyaknya pertanyaan langsung berkutat menyerbu kepala wanita cantik itu. Dirinya terdiam mematung seraya terus menatap Xander yang duduk tepat di depanya.

Jantung yang tadinya berdebar biasa saja kini meningkat kecepatannya menjadi dua kali lipat. Berdetak amat sangat kencang seolah akan copot jatuh darii tempatnya.

Bagaimana bisa pria yang menghabiskan satu malam denganya itu bisa berada di pertemuan keluarga bersama calon suaminya. Benar-benar membuat Leoni linglung serta pening menyambar isi pikiranya.

"Xander Francis Miller." Theodore berbisik memberitahu. "Dia adik dari calon suamimu."

Bagaikan disambar petir di siang bolong. Rasanya jantung Leoni akan benar-benar jatuh dari tempatnya saat ia mengetahui siapa sebenarnya pria itu. Benar-benar takdir, langit serta bumi sedang mempermainkannya.

Atensi Leoni masih terpaku pada Xander yang membalas tatapanya di sana. Pria itu tersenyum simpul serta menaikan sebelah alisnya pada Leoni yang kontan detik itu juga mengalihkan pandanganya.

Ini gila. Pikir Leoni.

Tidak tahu apa kesalahanya di masalalu sehingga ia harus mengalami takdir rumit seperti ini. Menikah dengan pria lumpuh yang impoten, pun karena frustasi ia lari ke dalam pelukan adiknya untuk menghangatkan ranjang.

Wah Leoni. Kau benar-benar hebat mendapatkan dua saudara sekaligus.

Setelah perbincangan menganai penetapan tanggal pernikahan dilakukan, seluruh anggota keluarga memulai makan malam mereka. Disertai obrolan-obrolan ringan untuk mengenal keluarga satu sama lain.

Benar-benar tidak masuk ke dalam otak sedikitpun perbincangan masalah pernikahannya pada malam ini. Sebab Atensi Leoni tetap fokus memikirkan malam yang ia habiskan bersama adik calon suaminya.

Tatapan Leoni terpaku pada hidangan penutup di depanya berupa puding coklat yang tak ia sentuh sama sekali. Tubuhnya yang terdiam memaku kontan berjengit kaget saat seseorang menyentuh kakinya di bawah meja. Wajahnya langsung terangkat ke atas, pun langsung ia dapati Xander yang menyeringai ke arahnya.

Sial!

"Aku akan pergi ke toilet," ijin Leoni kemudian ia beranjak pergi dari sana.

Deliana Darby tersenyum menatap punggung calon menantunya yang melenggang menjauh. Ia menyukai pembawaan Leoni yang anggun dan sopan. Begitu cocok dijadikan sebagai istri dari putranya.

"Aku sangat menyukainya. Dia terlihat sangat manis," puji Deliana pada James serta Savalza.

Xander menyesap redwine di dalam gelasnya. Tersenyum tipis wajah tampan itu kala mendengar pujian yang ibunya lontarkan. Benar memang adanya jika calon kakak iparnya sangat manis, terlebih lagi saat wajahnya memerah sembari mengeluarkan suara-suara erotis.

"Aku permisi." Xander berdiri dari duduknya. Tubuh tegap dan kekar itu melangkah menjauh dari meja makan meninggalkan ruangan.

Gontai ia melangkah menuju toilet pria yang berada tidak jauh dari ruanganya. Tidak masuk ke dalam, Xander justri berdiam berdiri menyender pada tembok penghalang antara toilet pria pun wanita.

Tangan kekarnya sigap terulur menangkap pergelangan tangan ramping milik sang wanita. Menarik mendekatkan tubuh wanita itu ke dalam dekapannya.

"My Baby."

Spontan Leoni gelagapan saat pria itu memeluk pinggang rampingnya. Napasnya tertahan seolah ada batu besar menyumbat kerongkongan.

"Hey lepaskan aku!" Leoni meminta dengan nada suaranya yang ia tekankan.

Xander semakin mengeratkan pelukanya pada pinggang Leoni. Mendekatkan wajah pada wajah cantik itu mengikis jarak hingga sedekat mungkin.

"Kau masih memelukku dengan erat tadi malam. Kenapa kau minta dilepaskan sekarang?"

Jarak wajah mereka sangat dekat hingga Leoni dapat merasakan napas hangat dari pria itu menguar di seluruh permukaan wajahnya.

"Itu karena aku tidak mengetahui siapa drimu sebenarnya," timpal Leoni seraya terus mendorong dada Xander agar sedikit menjauh darinya.

"Apa yang akan kau lakukan setelah mengetahuinya, Sayang?"

Sayang? Oh God! Leoni membatin.

"Tentu saja menjauhimu. God! Apa kau bersekongkol dengan kakakmu untuk menjebakku?" Tatapan Leoni membulat, penuh selidik pada wajah tampan pun tenang milik Xander di hadapanya.

"Kau juga sangat menikmatinya tadi malam," timpalnya. Ia wajahnya mendekat pun terhenti pada sisi wajah Leoni, tepat di samping telinga Xander berbisik. "Kita sampai melakukan tiga ronde."

Tertegun. Jantung Leoni semakin dibuat berdegup tidak karuan. Semburat merah memenuhi wajahnya yang memanas. Ingin sekali rasanya ia membuat lubang di bumi lalu sembunyi sekarang juga. Malu dirinya amatlah malu.

"Itu a—aku tadi malam—”

“Sssstttt ...." Xander berdesis tepat di telinga Leoni. Kontan terpejam kedua mata wanita cantik itu merasakan geli pun tubuhnya yang spontan meremang.

Jemari Xander mengelus lembut sisi wajah Leoni, yang kemudian turun menuju leher, lalu naik kembali pada pipi.

"Kau sangat cantik malam ini, kau begitu menggoda." Ia memuji. "Bagaimana jika kita melakukanya satu ronde di sini?"

Manik cantik itu langsung terbuka membulat kala ia dengar ajakan vulgar tidak tahu malu dari pria gila di hadapanya. Langsung pun cepat Leoni mendorong dada Xander hingga terdorong ke belakang pun ia melepaskan pelukanya.

Satu tamparan keras kuat melayang dan mendarat tepat di pipi kiri Xander. Membuat pria itu mendesis merasakan perih akibat pukulan yang Leoni beri padanya. Ia memegang ujung bibirnya yang sakit, mendorong pipi dari dalam menggunakan lidah.

"Bermimpilah! Tadi malam terjadi karena aku membayarmu. Hari ini ataupun di masa depan dan untuk selamanya, kubersumpah tidak akan ada yang terjadi lagi diantara kita berdua," jelas Leoni. Kemudian dirinya berbalik dan melenggang cepat meninggalkan Xander.

"Aku akan siap berada di atas ranjangmu ketika kau menginginkannya, Babe."

Jari tengah Leoni berikan untuk menanggapi ucapan pria mesum keparat itu sebelum akhinya ia benar-benar melangkah jauh dari sana.

Xander menyeringai menatap punggung rata yang semakin menjauh itu. Menegakan kembali postur tubuhnya lalu gontai melangkah menuju privateroom kembali.

Dirinya duduk di kursi semula. Tepat berhadapan dengan Leoni yang sudah bersikap tenang dan sedang mengobrol bersama kedua orang tuanya. Ia tatapi wanita cantik itu dengan intens. Menilik bagaimana caranya tersenyum dan bicara dengan ramah.

"Menarik."

Sudut mata Xander menangkap ekspresi wajah kakaknya yang juga tengah menatap Leoni dengan kagum. Ia menoleh untuk melihat lebih jelas bagaimana Tavel berekspresi.

Wajahnya yang cantik memang menarik. Namun wanita dari keluarga kaya yang tidak memiliki skandal sedikitpun justru lebih menarik.

Tavel mengenal Leoni, tentunya. Beberapa kali bertemu dalam sebuah acara. Wanita cantik yang tidak terjamah setitikpun, begitu kabar yang beredar di kalangan sosial mengenai dirinya.

Kerutan halus tercetak jelas diantara dua alis tebal milik Xander Francis Miller. Melihat Tavel yang terus menatap Leoni seperti itu terlihat sangat menyebalkan.

*

*

*

Jangan lupa berikan ulasan kalian untuk terus menyemangati Author yaaa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Suryani Putria
wahh.. makin seru nih, kakak beradik bersaing demi satu wanita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status