Quince adalah pria yang memiliki postur tinggi dengan otot lengan besar juga tubuh keras seperti beton, namun diantara Hansel dan Knox serta Hvitserk, Quince yang paling 'sabar' mempermainkan target musuhnya. Tubuh Gary diikat menggunakan tali baja, didudukkan pada kursi listrik yang bisa sewaktu-waktu menyetrumnya. "Bagaimana rasanya jadi pengkhianat?" tanya Quince sambil mengiris buah apel di tangannya menggunakan pisau buah sangat tajam. Tubuh Gary tersentak terkejut, bergetar-getar dan bibirnya berteriak pilu memohon agar setrum di kursi listrik dihentikan karena Quince baru saja menekan tombol satu pada remot yang tersambung langsung ke kursi listrik pria itu duduki. "Jika kau tak menjawab cepat, bersiaplah organ tubuhmu mati perlahan-lahan lebih dulu!" kekeh Quince seraya menekan tombol off di remot. Napas Gary terengah-engah, keringat dingin mengucur deras pada tubuhnya, seakan ia baru saja lari marathon puluhan kilometer. Quince menoleh memandang Gary dengan sudut bibir m
Felix baru saja memasuki ruangan kerjanya di perusahaan, ketika Lorenza langsung mengekor ikut masuk ke dalam ruangan Felix tanpa permisi terlebih dahulu. "Hvitserk ada di ruangan kontrol ..." Felix berkata agar bisa menghindari wanita cantik berkulit eksotis yang mengikutinya tersebut. "Saya mencari Anda, Mister Felix." Lorenza memakai setelan kerja rapi dan sopan, tidak seperti biasanya, berjalan mendekat dan berdiri tepat di ujung sudut meja kerja Felix yang telah duduk pada kursi kebesarannya. "Katakan, ada perlu apa kau mencariku?" Felix membuat jari jemarinya terjalin dimana ia menumpukan siku pada tepi meja, memandang Lorenza dengan seksama. "Jangan pernah mempercayai siapapun, terutama orang yang menawarkan kerjasama pada Anda!" Felix menaikkan alisnya sedikit, menyeringaikan senyuman samar, "Oke. Ku hargai peringatanmu." tuturnya sembari merentangkan sebelah tangan, kode untuk Lorenza sudah bisa pergi berlalu keluar dari ruangan. "Saya belum selesai, Mister!" tiba-tiba
Felix langsung membuat pernyataan setuju untuk melakukan merger perusahan dengan Joe Parrish yang akan tunduk dibawah Felicita Corp. Ia sama sekali tidak mengindahkan peringatan dari Lorenza. "Terima kasih, Mister Salvatore." Joe Parrish bangkit berdiri dari duduknya mengulurkan tangan setelah Felix menyetujui akan menyokong dana pemulihan bisnis Joe Parrish. "Untuk dokumen dan urusan lainnya akan tangani oleh Hvitserk." Felix berkata tegas dan Hvitserk yang bersiap siaga di sebelahnya, langsung memberikan senyuman tipis serta anggukan kepala pada Joe Parrish. Memang sangat tidak mudah untuk bertemu serta berhubungan langsung dengan Felix Salvatore. Semua bisnisnya akan diwakilkan ditangani oleh Hvitserk atau Billy. Joe Parrish termasuk salah satu orang yang beruntung karena bisa bertemu langsung dengan Felix. Namun akankah keberuntungan tersebut akan terus berlanjut setelah Felix pergi ke Amalfi? Setelah Joe Parrish undur diri dari hadapan Felix, pria itu menoleh pada Hvitserk,
"Uhmm ...ehmm ..." Veronica mendesah kuat hingga terduduk, bagian intimnya berkedut sangat nikmat.Kelopak mata Veronica refleks terbuka dan melotot memandang Felix yang mendongakkan wajah dari menekuni bagian bawah tubuhnya sambil menyeringaikan senyuman.Felix bangkit dari posisinya setelah melahap habis cairan pelepasan Veronica yang masih meringis dengan wajah merona dan kelopak mata terbuka lebar memandangnya."Telan aku, Nicca!" Mata Veronica semakin membulat melotot ngeri melihat batang besar nan kaku juga sangat sombong mencuat di depan wajahnya, yang justru tanpa dosa sengaja Felix tempelkan ke bibirnya. Otak Veronica masih belum pulih dari rasa terkejut karena dibangunkan dengan cara yang sangat tidak masuk akal, sekarang ia disuruh menelan batang jantan pria yang masih sangat mengerikan bahkan sekedar untuk dilihat. "Buka mulutmu, Sayang ...usap aku dengan lidahmu!" Felix mencengkeram dagu Veronica agar membuka mulutnya. Felix sungguh sangat tega meminta istrinya yang b
Felix menggendong Freyaa turun dari lantai kamar melewati ruang tengah kediaman menuju area kolam renang, sementara Veronica bersiap mandi untuk pergi ke restoran The Grill. "Hai ...kau tidur bersama Paman?" Zeze menyapa setelah menepi ke pinggiran kolam, melihat Freyaa masih bergelayut manja pada leher Felix yang menggendongnya. "Ya." Freyaa menjawab pendek, minta diturunkan dari gendongan Felix, ketika matanya memandang ada akuarium ulat bulunya di atas meja samping kursi malas area kolam renang. Simon turut muncul di permukaan air, sebelumnya ia dan Zeze berlomba paling panjang napas menyelam dalam kolam. Felix duduk pada kursi malas, memperhatikan akuarium berisi ulat bulu besar warna-warni di dalamnya. "Apakah mereka masih hidup? Mereka beranak?" tanya Felix terkejut karena sekarang Freyaa sudah memiliki lima ekor ulat bulu seukuran jempol pria dewasa. "Ya, mereka hidup. Zee menemukannya lagi untukku." sahut Freyaa bangga, hendak membuka tutup ulat bulu untuk ia perkenalkan
Usai mengantarkan Veronica ke restorannya, Felix segera mengendarai mobil menuju gedung perkantoran yang telah dipersiapkan oleh John sambil ia juga memantau perkembangan pembangunan restoran The Grill milik Veronica.Felix benar-benar 'menanamkan' cakarnya di pusat perkotaan Amalfi Coast, dimana gedung kantornya terletak di seberang gedung perkantoran milik Alfred Mussolini yang pernah ia sambangi bersama Hvitserk."Apakah masih ada yang kurang?" John terus mengikuti Felix berkeliling memeriksa kelayakan ruangan perkantorannya yang terletak di lantai paling tertinggi, yaitu lantai 33 sesuai dengan usia Veronica."Semuanya sudah berfungsi?" Felix menanyakan tentang jaringan internet, telpon dan segala sesuatunya pada John yang langsung mengangguk cepat, meskipun Felix membelakanginya."Kami berpikir membuat sebuah ruangan pribadi untuk Anda di sini ..." Felix memasuki ruangan kerjanya sendiri setelah memeriksa ruangan yang diperunt
"Masuklah dulu," Felix menghentikan mobil sportnya yang ia gunakan untuk menjemput Veronica di restoran pada pintu depan masuk kediaman.Setelah Veronica turun yang memberikan anggukan kepala pada Felix, pria itu langsung mengendarai mobil ke arah garasi. Begitu turun dari mobil, Felix langsung menuju ruangan tempat Benjamin ditahan dan dijaga ketat oleh Quince. "Ada info?" tanya Felix ditanggapi gelengan kepala Quince di depan pintu ruangan. "Kalau begitu, silakan kau berpesta!" titah Felix yang langsung diberikan senyum sumringah Quince. "Boleh aku ikut membantu?" Knox paling suka menyiksa orang, terutama siapapun yang berkhianat pada Felix. "Ada tugas lain untukmu. Biarkan Hansel yang menanganinya bersama Quince." sahut Felix tegas dan Knox memberikan seringaian, "Ku harap tugasnya menyenangkan!" Felix menyunggingkan senyuman tipis, melangkahkan kakinya menuju ruangan dalam kediaman. Dia sangat mengenal Knox yang memiliki dendam pada semua pengkhianat. Istri dan anaknya tewas k
"Ambu, please ...bantu istriku waras lagi."Felix benar-benar berjongkok memohon dengan wajah serius meraih telapak tangan Susie, tidak mempedulikan tawa seloroh dua saudarinya.Susie mengulum senyuman yang berusaha ia sembunyikan, "Ambu tidak bisa membantumu, Fells. Hanya kau yang bisa membantu istrimu." tolak Susie berkata lembut, "Kalian sudah sah menikah dan hal ini seharusnya orang di luar kamar kalian tidak boleh tahu, bukan?" Felix menyandarkan keningnya ke punggung tangan Susie, "Aku memang salah. Menikahi Veronica terburu-buru, tapi aku mencintainya." desah Felix sangat lirih, namun ketiga wanita di sekelilingnya bisa mendengar perkataannya dengan sangat jelas. "Jika kau mencintainya, bukankah hal yang bagus bila istrimu menginginkanmu? Ah, sepertinya aku juga memerlukan ramuan Ambu untuk menggoda Sandi agar tidak sibuk bekerja di balik komputer!" Aghna berkata seolah mengakui terang-terangan jika perubahan yang terjadi pada Veronica adalah karena ramuan Susie. Tentu saja F
Malam benar-benar telah turun gelap ketika Zeze dan Pierre tiba di penginapan.Zeze langsung menuju kamar yang biasa ia tempati jika berkunjung ke penginapan Anne ini, tak pernah disewakan pada orang lain selama gadis itu mengkonfirmasi kedatangannya. Apalagi tadi pelayan penginapan sudah melihat kedatangan juga menyimpan kunci mobilnya."Freyaa ...!!"Zeze melihat ke bawah kolong ranjang dipan, membuka lemari baju, mencari ke kamar mandi dan semua sudut ruangan kamar. Namun adik perempuannya tidak ditemukan."Hai ..."Pierre mendatangi Zeze ke ke depan pintu kamarnya, memberikan kode dengan jemari menunjuk ke arah salah satu ruangan yang pintunya terbuka, kamarnya bersama Richie, masih satu lantai dengan kamar Zeze dan Freyaa.Gegas Zeze berlari keluar lalu memasuki kamar yang pintunya terbuka tersebut diikuti oleh Pierre di belakang, tetapi ...Syuuuttt ...swinggg ...!!Beberapa jarum terbang dar
Berkat panduan dan arahan dari Markus, Zeze bersama pasukan ninja berhasil mencapai puncak gunung salju jauh lebih cepat.Bagian atas gunung terdapat permukaan landai di bagian tengah, namun banyak lubang-lubang yang tertutup salju dan jika terinjak bisa menjadi jebakan. Sedangkan di bagian lainnya ada kawah yang tertutup asap dan uap putih."Jangan ke sana, tak ada teratai salju di sebelah sana." Markus menarik lengan Zeze yang menuju ke area kawah.Markus sangat mengenal gunung ini. Ia sudah berulang kali naik di musim panas hanya untuk menenangkan pikirannya dari hiruk pikuk suara manusia.Anne dan Marcio serta orang-orang terdekat mereka, biasanya tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi Markus. Mereka hanya diam-diam mengirim orang untuk melindungi pria yang disayangi Anne sebagai saudara laki-lakinya itu."Paman mendapatkan teratai salju kemarin di sebelah mana?" Zeze bertanya sembari berjalan cepat dan Markus
Zeze memilih meja dekat jendela, duduk bersama Freyaa di restoran perancis, Andorra. "Pesanlah makanan dan minuman yang kau suka pada pelayan, aku ke kamar kecil dulu." bisik Zeze ke depan wajah Freyaa yang mengangguk mengerti. Andorra adalah negara kecil dan ini adalah daerah 'kekuasaan' Anne-Marcio, sehingga Zeze selalu merasa aman jika datang ke Andorra dan tidak kuatir meninggalkan Freyaa duduk sendiri sementara ia pergi ke kamar kecil. Begitu juga dengan Freyaa, Andorra adalah negara favorite-nya karena ia bisa bermain puas bahkan seorang diri tanpa takut diculik atau hilang tersesat. Hampir semua penduduk Andorra mengenal Anne Mary dan keluarganya, pun Marcio banyak melakukan dukungan ekonomi untuk penduduk Andorra. Freyaa memesan makanan dan minuman pada pelayan, sementara Zeze memuntahkan cairan berwarna hijau keluar dari tenggorokannya. "Ada apa ini?" gumam Zeze seraya memegangi perutnya yang terasa melilit sakit. Zeze menumpukan kedua telapak tangannya pada tepian
Rombongan keluarga Zetha dan Zeze tiba di Girona-Costa Brava, Spanyol dengan suasana riang gembira.Marcio Lamparska, sahabat Michael Salvatore semasa hidup juga selaku pemimpin kelompok mafia Spanyol yang membaiat organisasi Salvatore, sudah mengatur orang-orangnya menyediakan beberapa mobil sport serta mobil keluarga seperti MVP dan beberapa sedan menyambut kedatangan Zetha sekeluarga besar berikut para pelayan dan pengawal untuk membawa mereka pergi ke Andorra. Beberapa jam sebelum pesawat jet yang membawa rombongan Zetha dan Zeze sekeluarga tiba d Girona, terjadi ledakan besar di pangkalan militer Alaska juga kediaman Mister Goval di negara bagian utara Palestine. Tidak ada yang tahu penyebab ledakan dan para pengamat politik serta pejabat terkait hanya bisa menduga-duga serangan tersebut dilakukan oleh kelompok teroris, membuat mereka semua ketar-ketir tidak bisa beristirahat dengan tenang serta melakukan meeting demi meeting untuk membahas apa yang mereka sebut perdamaian dunia
Setelah mendengar perkataan Felix, Veronica menggelayutkan lengannya memeluk pundak suami tampan yang telah berkata jujur terus terang padanya itu, "Apakah kau lapar dan ingin makan?" Netra Felix semakin melembut dan bibirnya tersenyum tipis, menganggukkan kepala dengan cepat, berkata pendek penuh keyakinan, "Ya." Veronica mengulum bibirnya sejenak, balas tersenyum, lalu mendorong punggung Felix rebah ke permukaan ranjang kemudian menaikinya dan duduk di atas perut liat suaminya itu. "Sosisku sepertinya sudah matang, apakah sudah bisa ku nikmati atau kau ingin langsung makan pizza?"Rasanya sudah lama telinga Felix tidak mendengar kata pizza keluar dari mulut Veronica. Percintaan mereka kemarin hanya luahan rasa rindu dan mereka bermain gedubrakan. "Aku sedang lapar berat, berikan aku makan pizza." Dengan satu tangan memegang pinggang Veronica, tangan Felix yang lain melepaskan kancing piyama istrinya itu dan jemari Veronica sudah mulai terlatih tidak lagi gemetar mengurai pakaian
Felix membaringkan tubuh Veronica dengan hati-hati di atas ranjang, lalu ia pun turut berbaring menyamping, menumpukan lengan menyangga kepala menghadap istrinya itu. Setelah pembicaraan di sofa tadi, Veronica digendong Felix ke atas ranjang dan sekarang mereka saling berdiam diri tanpa ada kata yang terucap. Hanya mata Felix yang tersenyum lembut memandangi wajah Veronica juga menggerakkan ujung jemari telunjuknya membelai bibir dan leher Veronica. "Bicaralah, kenapa kau diam?" Veronica sedikit merasa canggung diperhatikan dan sedikit aneh karena biasanya Felix akan membabi buta mencumbunya jika ia sudah memberikan 'lampu hijau'. Atau apakah Felix benar-benar memiliki wanita lain di luar? Pikiran Veronica menjadi lebih liar, membayangkan punggung suaminya bergerak di atas tubuh wanita lain. Dengan cepat Veronica menggelengkan kepalanya, lalu menoleh pada Felix. "Apa yang kau pikirkan? Kenapa menggeleng?" Felix mendekatkan wajahnya ke samping pelipis dan berbisik di daun telinga
Melihat Zeze membawa Freyaa di punggungnya, turun ke ruang tengah keluarga, semuanya langsung bernapas lega. Felix langsung menghampiri Zeze, meraih Freyaa yang tertawa ceria di punggung keponakannya itu, lalu menatap Zeze, "Kau baik-baik aja?"Zeze mengangguk cepat, "Uhm, aku baik-baik aja. Maaf, tadi perutku mulas jadi langsung pergi ke kamar."Felix tersenyum tipis, membelai pipi Zeze yang kemerahan ranum sehabis berendam, "Kau bohong pun, paman akan tetap percaya. Yang penting kau baik-baik aja, itu sudah cukup." Zeze berusaha menahan dirinya untuk tidak gugup, memindai sekelilingnya, memandang Zetha yang mengunci tatapan padanya, tetapi sebelum Zeze meghampiri Mumma cantknya, Luca sudah melangkah lebar langsung memeluknya. "Kemana kau pergi? Apakah kau sudah mengucapkan kata perpisahan dengan Knox?" bisik Luca sangat pelan di telinga Zeze yang ia dekap erat, tak bisa melepaskan diri. "Uhm. Aku bertemu dengannya di depan tadi." Zeze tahu tidak ada gunanya berbohong pada pamanny
Setelah punggung Knox semakin menjauh tanpa satu kalipun menoleh ke belakang, Zeze segera pergi naik ke kamarnya dengan memanjat balkon dan mencongkel jendela. Kemudian mandi berendam air hangat di jacuzzi dengan sabun berbusa banyak juga sangat wangi. "Kau baik-baik aja? Boleh aku masuk?" Freyaa baru saja membuka pintu kamar mandi, bertanya pada Zeze yang menidurkan kepalanya pada tepian jacuzzi. "Kemarilah, temani aku berendam." Gegas Freyaa melucuti pakaiannya lalu masuk ke dalam jacuzzi dengan wajah riang memandang Zeze. "Paman Felix dan Paman Luca mengkuatirkanmu yang tiba-tiba menghilang. Mumma dan Didi juga ..." Zeze merengkuh pundak Freyaa, mengguyurnya dengan air berbusa sabun kemudian memijatnya pelan. "Tubuhku pegal, nanti gantian pijat aku, mau?" Zeze mengalihkan pembicaraan dan fokus Freyaa yang langsung mengangguk dan tertawa lebar tanpa suara. "Aku tidak pegal, berbaliklah, akan ku pijat punggungmu." Zeze memberikan kecupan cepat ke puncak bibir Freyaa, lalu sege
Tidak jauh dari posisi Zetha, Michele berdiri berpegangan pada teralis jendela, terus memperhatikan 'pertunjukan' tarian tongkat kayu Luca dan Zeze. "Kakimu bisa cepat pegal, duduklah." Megan membawakan kursi untuk Michele duduk. "Megan ..." Michele mendudukkan dirinya hati-hati pada kursi dan lengannya dipegangi Megan. "Kau bilang mereka tidak mau menerima hadiah dari Luca ...apakah ada diantara mereka yang memiliki golongan darah cocok dengan Zee?" tanya Michele tanpa memalingkan wajahnya dari Luca dan Zeze di halaman yang sengaja memprovokasi Arkada agar semakin menggigil ketakutan. “Untuk donor organ, tidak bisa hanya dari golongan darah yang cocok, Kakak Ipar. Tapi harus memperhatikan hal lainnya dan memastikannya cocok dengan Zee. Simon dan Sister Zetha sangat paham hal ini, saya kurang mengerti.” “Dunia Luca akan gelap dan ia bisa kehilangan dirinya jika terjadi sesuatu pada Zee. Kau dan aku tak akan bisa membantunya keluar dari kegelapan itu.” ucap Michele sangat pelan. M