Share

Bab 4 Harapan Palsu

“Mau apa kamu?! Berhenti di sini, karena saya tidak akan mengizinkan kamu untuk ikut masuk ke dalam kelas yang akan saya ajar!” sungut Sarah memberhentikan langkahnya di depan pintu kelas yang akan ia masuki. “Sekarang, tolong kembalikan tas saya karena saya sudah sampai di tempat yang ingin saya tuju!”

“Saya bakal kembalikan tas Ibu, tapi dengan satu syarat. Asal Ibu mau memenuhi syarat dari saya, saya bakal langsung kasih tas di tangan saya ini ke Ibu,” lontar Rafka sengaja berjinjit dan mengangkat tinggi-tinggi tas di tangannya supaya Sarah tidak bisa merebut tas milik wanita itu yang ada di tangannya.

Sarah hanya bisa menghela nafas lelah menghadapi tingkah mahasiswa di depannya yang bertingkah layaknya kanak-kanak usia dini. Meski begitu, tetap ia berikan tatapan nyalang ke arah Rafka.

“Katakan saja apa maumu! Kalau memang syaratmu tidak sulit dan tidak menyusahkan saya, mungkin saya bisa mengusahakan untuk menerimanya,” jawab Sarah yang langsung menanyakan  syarat yang akan diajukan oleh lelaki itu karena ia enggan berlama-lama berhadapan dengan Rafka.

“Syaratnya mudah sekali, Ibu Sarah. Satu-satunya yang saya inginkan saat ini yaitu Ibu bersedia untuk saya antar pulang. Kalau Ibu menolak, saya enggak akan mengembalikan tas Ibu,” ujar Rafka menaik turunkan alisnya.

“Saya tidak akan pulang dalam waktu dekat karena masih ada satu kelas lagi yang harus saya hadiri setelah kelas ini. Lebih baik, tidak usah membuang waktu mudamu yang berharga untuk menunggu saya. Saya yakin kamu akan bosan setengah mati dan tidak akan sanggup menunggu saya hingga pulang kerja!” 

Memang Sarah tidak terang-terangan mengatakan kata penolakan kepada Rafka. Namun, jauh dalam hatinya, kata-kata yang keluar dari mulutnya tadi adalah bentuk penolakan halus terhadap permintaan yang lelaki muda itu ajukan terhadap dirinya.

“Saya rasa Ibu terlalu meremehkan saya. Meskipun di mata Ibu saya hanyalah anak muda, bukan berarti saya enggak akan sanggup menunggu. Apa pun yang terjadi, saya akan menunggu Ibu di depan gedung fakultas ini  sampai semua kegiatan Ibu selesai!” tekan Rafka yang langsung menyerahkan tas milik Sarah kepada sang empunya.

Sarah menerima Tas yang disodorkan Rafka kepadanya sambil berkata, “Terserah padamu saja. Kalau memang sanggup menunggu, silakan saja menunggu. Setelah mengatakan itu, Sarah segera bergegas memasuki kelas tempatnya akan memberikan materi perkuliahan, tanpa melirik lagi ke arah Rafka yang masih berdiri di tempat yang sama.

“Apakah itu jawaban jika wanita itu setuju untuk gue antar pulang?” gumam Rafka memandangi pintu kelas yang telah tertutup rapat karena tubuh wanita yang menjadi bahan taruhan bersama teman-temannya telah menghilang dari balik pintu itu.

Setelah sibuk menebak-nebak, akhirnya sampailah Rafka pada kesimpulan sendiri bahwa Sarah menerima persyaratan dari dirinya. Buktinya wanita yang merupakan dosennya itu menyuruh dirinya untuk menunggu kalau sanggup. Tetapi, tentu saja ia akan sanggup menunggu Sarah karena motonya adalah pantang menyerah sampai dapat.

*****

Suara siulan terus menerus bersahut-sahutan dengan suara video yang terputar di ponsel pintar milik Rafka. Sudah hampir 3 jam lamanya, Rafka menunggu Sarah keluar dari gedung fakultas tempat Sarah mengajar. Tetapi, tak kunjung ia melihat sosok dosennya itu menampakkan tubuhnya.

Apakah mungkin dosen incarannya itu masih mengajar di kelas atau mengerjakan kegiatan lain di kampus? Ia hentikan kegiatan membosankan yang sedari tadi ia lakukan di ponselnya untuk membunuh rasa bosan selama menunggu Sarah. Diputuskannya untuk menelepon dosennya itu karena sedari tadi ia mengirimkan pesan juga tak di balas oleh Sarah.

“Sialan! Enggak diangkat!” gerutu Rafka hampir saja membanting ponsel miliknya ke tanha kalau saja ia tak mengingat bahwa ponsel itu baru saja ia beli kemarin. 

Menyadari tak ada gunanya misuh-misuh sendiri, Reval memilih untuk masuk ke dalam gedung fakultasnya dan menjemput Sarah di dalam. Kalau memang Sarah ta mau menghampirinya, maka biarlah dirinya yang akan menjemput Sarah dimana pun wanita itu sedang berada.

Dilangkahkan kakinya untuk berkeliling menuju beberapa kelas, tetapi tak kunjung ia dapati siluet tubuh Sarah di kelas mana pun yang ia datangi. Tak ingin menyerah terlalu dini, Reval membelokkan kakinya menuju ruang dosen. Dengan menggunakan kedok berpura-pura akan menyerahkan tugas pada Sarah, ia pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan dosen.

Saat tak ia temui adanya Sarah di meja dosen yang biasanya ditempati wanita itu, Reval pun langsung menanyakan tentang Sarah kepada Dosen yang duduk tak jauh dari meja Sarah. 

“Permisi, Pak Ferdi. Saya ingin mengumpulkan tugas kepada Bu Sarah, tapi saya tidak melihat Bu Sarah berada di mejanya. Bapak tahu Ibu Sarah ada dimana?” tanya Reval kepada Bapak dosen yang pernah mengajar statistik di kelasnya setahun yang lalu.

“Bu Sarah sudah pulang dari tadi.” Begitulah jawaban yang Reval dapatkan dari Bapak Dosen berkepala plontos dan berkumis tebal tersebut.

Setelah mengucapkan terima kasih, Reval langsung berjalan cepat menuju ke tempat kendaraan terparkir. Dengan tangan terkepal, ia berjalan menahan sejuta kekesalan karena Bu Sarah tega sekali memberikan harapan palsu kepada dirinya.

Meski begitu, ia masih belum menyerah untuk bisa mendapatkan hati Bu Sarah, demi keberhasilan misi taruhan yang sedang ia jalankan dengan kedua temannya. Lihat saja, esok ia akan mendekati Sarah dengan pendekatan yang lebih ekstrem daripada hari ini.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status