Herlie menatap ke sisi Yandi, lalu berkata dengan penuh perhatian, “Hari ini cuaca agak panas. Kalian ngobrol di dalam saja.”“Tidak apa-apa. Di dalam agak pengap!” Yandi tersenyum tipis.Herlie kembali tersenyum lembut. “Kalau begitu, kalian ngobrol dulu. Pakaian sudah kering. Aku pergi angkat jemuran dulu!”Kemudian, Herlie berjalan ke sisi jemuran untuk menyimpan pakaian Leon. Tiba-tiba dia memalingkan kepalanya berkata dengan tersenyum, “Bos Yandi, aku sekalian simpan pakaian kamu dan Kak Bruno, ya.”“Tidak usah. Biarkan saja!” balas Yandi.“Kenapa kamu selalu bersikap sungkan sama aku?” Herlie tersenyum hingga kedua matanya terlihat sipit. Senyumannya kelihatan sangat genit.Herlie pun pergi dengan memeluk setumpukan pakaian.Sonia menatap bayangan punggung wanita genit itu, lalu bertanya pada Yandi, “Apa Herlie benar-benar lagi pacaran sama Leon?”Yandi mengangguk. “Iya, mereka sudah jadian sekitar dua bulan.”Sonia menggigit bibir bawahnya. “Apa kamu nggak merasa Herlie terlalu
”Oke, kamu boleh bekerja sampai kapan saja. Aku tidak akan melarangmu!” Yandi menghela napas.“Kamu jangan selalu menghela napas, seperti orang tua saja!” Tasya meliriknya sekilas. Raut wajahnya tidak semurung tadi lagi.Saat ini, Reza sudah kembali. Ketika melihat Yandi, dia pun menyapa, “Lama tidak bertemu!”“Pak Reza, silakan duduk!” Yandi tersenyum. “Aku kira kita tidak akan bertemu lagi.”Tasya menarik ujung pakaian Yandi, mengisyaratkannya untuk jangan menentang pamannya.Reza masih saja bersikap tenang. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. “Saat aku dan Sonia menikah nanti, aku pasti akan mengundang Bos Yandi untuk menghadiri resepsi pernikahan kami. Mana mungkin kita tidak akan bertemu lagi?”Yandi tersenyum, lalu menuangkan dua gelas alkohol. Dia menyerahkan satu gelas kepada Reza, lalu berkata, “Setelah minum satu gelas alkohol ini, kita tidak usah mengungkit masa lalu lagi. Aku harap Pak Reza bisa menghargai Sonia.”“Tentu saja!” Reza mengangkat gelas, lalu bersulang
Sonia mencium pakaian Yandi. Aromanya sangatlah kuat, tidak mungkin ternodai dari tubuh Herlie. Seharusnya Herlie sengaja menyemprotkan parfumnya ke pakaian Yandi.Ternyata firasat Tasya tidak salah. Herlie memang ingin menggoda Yandi. Dia menggunakan alasan membantu Leon untuk mendekati Yandi. Namun, dia sangat berhati-hati dalam setiap gerak-geriknya. Itulah sebabnya tidak ada yang bisa menemukan kesalahannya.Misalnya, aroma parfum di pakaian ini. Seandainya Sonia menyalahkannya, dia pasti akan mengatakan pakaian Yandi tak sengaja terkena parfum di tubuhnya. Bisa jadi, dia akan mengeluarkan pakaian Leon atau Bruno untuk diciumnya. Semuanya pasti ada aroma parfum Herlie juga. Herlie memang murahan!Sonia menjemur pakaian-pakaian itu di depan balkon. Setelah menuruni tangga, Sonia melirik ke sisi dapur sekilas, tampak Herlie sedang menempel di sisi Leon sembari bersenda gurau. Mereka berdua kelihatan sangat mesra, tidak ada bedanya dengan pasangan pada umumnya.Sona juga tidak mengata
Reza menopang kepalanya dengan tangan, lalu menyipitkan matanya. “Kalau bukan ingin memprovokasi hubungan Yandi dengan Leon, itu berarti dia lagi beri isyarat kepada Yandi.”“Sepertinya kemungkinan yang kedua!” Tatapan Sonia tampak dingin. “Orang yang diincarnya itu adalah Yandi.”Reza berkata dengan nada bercanda, “Dia cukup ambisi juga.”Sonia membalas, “Herlie melakukannya dengan sangat rahasia. Mungkin Yandi juga nggak menyangka dia adalah orang seperti itu. Beberapa hari ini, aku akan sering ke restoran. Aku ingin menangkap bukti dia lagi menggoda Yandi.”“Memangnya kenapa kalau kamu mendapatkan bukti?” Reza menatap ke sisi Sonia dengan tersenyum. “Kamu ingin perlihatkan kepada Yandi? Atau perlihatkan kepada Leon? Setelah masalah ini terbongkar, hubungan Yandi dan Leon pun akan berakhir!”Kening Sonia tampak berkerut. “Yandi nggak melakukan apa pun. Leon memang nggak sekolah, tapi dia juga bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Apa kamu mengira dia akan membenci Yand
Reza tersenyum tipis. “Turun!”Pelukan Sonia semakin erat lagi. “Nggak mau!”“Kalau kamu tidak turun, kamu akan menjadi milikku!” Reza menimpali.Sonia memeluk pundak Reza. Dia pun tersenyum lembut kepada Reza. “Apa pun ceritanya, aku nggak mau turun!”Reza menggendong Sonia ke dalam vila. “Kalau begitu, aku akan merestuimu!”Sonia dapat merasakan maksud tersirat dalam ucapan Reza. Dia merasa syok, spontan meronta. “Reza, aku menyesal! Aku mau turun!”Si pria memeluk pinggang Sonia dengan erat. Ujung bibirnya melengkung ke atas.“Sudah terlambat!”Untung saja Rati sedang memetik sayuran di halaman belakang. Jika tidak, Sonia yang digendong menaiki tangga itu pasti akan merasa sangat canggung.Setelah masuk ke kamar, Reza menutup pintu kamar, lalu melangkah ke dalam. Mereka berdua sama-sama jatuh ke atas ranjang.Gorden otomatis ditutup. Pencahayaan di dalam ruangan seketika menggelap. Reza membungkukkan tubuhnya menindih tubuh Sonia. Dia memeluk wajah wanitanya, lalu menciumnya dengan
Reza duduk di samping ranjang sembari menatap Sonia yang sedang tidur dengan pulas. Bulu matanya sangat lentik. Napasnya sangatlah teratur. Dia kelihatan sangat lembut dan patuh saat sedang tidur.Setelah melihat beberapa saat, Sonia yang sangat waswas itu malah tidak bangun. Entah karena capek atau karena tahu Reza sedang berada di sisinya, itulah sebabnya Sonia bisa tidur senyenyak ini.Reza mencium pipi Sonia dengan lembut. Dia tidak tega untuk membangunkan Sonia. Jadi, dia pun kembali ke ruang baca.Langit sudah mulai menggelap. Sonia masih tidur. Namun, Reza terpaksa membangunkannya. “Sayangku, bangun!”“Sayangku!”Kening Sonia tampak berkerut. Dia melebarkan matanya dengan perlahan, lalu bergumam, “Pergi lari pagi? Sudah pagi apa?”Reza melihat Sonia yang linglung itu. Hatinya seketika menjadi luluh. Dia pun mencium Sonia.Akhirnya Sonia sudah sadar sepenuhnya. Dia bersandar di dalam pelukan Reza. “Aku sudah tidur seharian? Kenapa kamu nggak bangunin aku?”“Kamu juga tidak ada ke
Oleh sebab itu, sekeluarga itu menyamar menjadi zombie di malam hari. Mereka berbaur di dalam kumpulan zombie untuk mencari makanan.Mereka pun melewati hidup mereka seperti itu selama beberapa hari. Namun, terjadi sebuah insiden di tengahnya. Anak laki-laki di keluarga itu dan pacarnya dipergoki zombie saat mereka sedang berkencan. Lantaran merasa panik, si pria mendorong pacarnya dan melarikan diri sendirian.Pada suatu malam, saat anak laki-laki itu keluar lagi. Dia bertemu dengan pacarnya yang sudah berubah menjadi zombie di tengah jalan. Dia tidak bisa menahan diri dan mengikuti pacarnya, tampak pacarnya sedang memakan mayat. Si pria ketakutan dan berteriak, lalu jatuh lemas di lantai.Pacarnya menoleh, seolah-olah masih mengenalinya. Setelah memakan setengah wajah mayat itu, dia tersenyum menyeringai, menampilkan gigi taringnya yang tajam, lalu berkata dengan suara serak, “Akhirnya kamu datang mencariku!”Reza langsung menutup layar. Sonia yang sedang menonton dengan seru sponta
Tasya berkata dengan datar, “Nggak usah, aku nggak suka minum teh susu.”Bruno dan yang lain menyerahkan jatah minuman mereka kepada Tasya.“Minuman seperti ini manis sekali. Aku tidak terbiasa untuk minum beginian!”“Aku tidak bisa tidur kalau minum minuman seperti ini! Nah, ambil saja, Tasya!”“Aku juga tidak suka!”Dalam seketika, ada empat gelas teh susu di hadapan Tasya.Herlie yang berada di samping menatap dengan sinis. Terlintas rasa cemburu dalam tatapannya. Dapat diketahui, orang-orang di dalam restoran memang bersikap sangat sungkan terhadap Tasya, tapi mereka telah menganggap Tasya sebagai salah satu bagian dari mereka.Tidak masalah! Semua itu karena Herlie datang agak terlambat saja. Cepat atau lambat dia akan mengeluarkan Tasya dari restoran ini.Yandi langsung memaksa Tasya untuk memegang gelas teh susunya. “Aku tidak minum teh susu. Buat kamu saja.”Tasya benar-benar tidak suka minum teh susu. Hanya saja, dia malah menerima pemberian Yandi.Herlie segera menyerahkan mi
Regan menunduk dengan panik, lalu menjelaskan dengan suara kecil, “Setelah datang ke sini, hidup kita sudah nggak ada pilihan lagi. Kalau aku tidak bermanfaat sama sekali, aku pun sudah dibunuh ketika membantu Hallie untuk menyelamatkanmu.”Sonia mengangguk. Kali ini, dia tidak mengatakan apa pun, langsung meninggalkan kamar.Setiap orang memiliki pengalaman hidup dan pilihan masing-masing. Tidak ada orang yang bisa benar-benar merasakan pengalaman hidup orang lain, juga tidak bisa menilai benar atau salahnya pilihan hidup orang lain!Tiba-tiba Regan berkata, “Nona Sonia, aku harap kamu tidak beri tahu masalah ini kepada Hallie. Biarkan dia mengira aku serakah dan sudah mengecewakannya.”Sonia berucap, “Oke, aku akan bantu kamu rahasiakan masalah ini!”Tatapan Sonia kelihatan berkilauan. “Aku sungguh berterima kasih karena sudah menyelamatkanku. Kalau kamu butuh bantuanku, kamu bisa mencariku kapan saja!”Ekspresi Regan kelihatan sedikit linglung. Dia mengangguk dengan perlahan. “Aku t
Pohon Natal setinggi belasan meter kelihatan berkilauan di tengah istana. Rayden menyuruh pelayannya untuk menggantung hadiah berupa emas, perak asli, dan perhiasan lainnya di bagian teratas. Ada banyak orang ingin memanjat ke bagian teratas untuk merebut berlian sepuluh karat itu. Mereka semua saling memukul, tidak sedikit orang terjatuh dari paling atas.Ketika Sonia dan Theresia melewati, mereka melihat ada yang terjatuh hingga muntah darah, tetapi tidak ada yang menyelamatkan mereka. Mereka malah diinjak oleh yang lain demi bisa memanjat ke atas.Theresia berkata dengan tersenyum, “Orang-orang di sini bagai nggak punya arwah saja.”Hanya ada rasa serakah di diri mereka.Sonia berucap, “Apa kamu nggak merasa Rayden sengaja memperbesar rasa serakah mereka?”Theresia mengangkat-angkat alisnya. “Memang begitu. Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?”Sonia menggeleng. “Aku hanya merasa orang itu aneh sekali!”Malam hari ini, Rayden melakukan jamuan. Bondala dan Kase diundang. Sonia dan
Sonia memutar bola matanya. Angin sepoi-sepoi mengembus rambut di samping telinga Sonia. Rambut itu melayang ke pipi putih mulus Sonia. Kelembutannya sungguh meluluhkan hati orang-orang yang melihatnya.Pada saat ini, Sonia menggigit bibirnya sembari tersenyum. “Kalau nggak, kamu cari dia untuk bahas soal energi terbarukan.”Reza tersenyum dingin. “Aku lebih ingin bahas soal papan nama Suki di altar persembahan kediamannya!”Sonia menarik napas dalam-dalam. “Kamu sudah tahu?”Reza menyipitkan matanya. “Ternyata kamu juga tahu! Kamu beri tahu dia kalau kamu itu Suki?”Sonia segera menggeleng. “Nggak!”Suki sudah “meninggal”. Sonia tidak mungkin mengungkitnya terhadap siapa pun!Tatapan Reza masih kelihatan dingin. “Sebelumnya kalian sudah saling kenal? Apa kalian punya hubungan dekat sewaktu di medan perang?”Sonia berpikir sejenak. “Jujur saja, sebelum bertemu dengan dia, aku sama sekali nggak mengingatnya.”“Bagaimana setelah bertemu dengannya? Ketika melihat dia membangun altar untuk
Kase berkata dengan serius, “Banyak sekali pekerjaanku, contohnya mesti menghadapi wajah muram si Rayden setiap hari.”Sonia terdiam membisu. Ketika melihat wajah Kase, tiba-tiba Sonia kepikiran dengan sosok Melvin.Tidak! Melvin jauh lebih imut daripada Kase!…Sore harinya, Sonia menghubungi Johan dan Frida. Dia menyuruh mereka untuk tetap tinggal di Hondura dan jangan bertindak gegabah. Sonia sudah menemukan sasarannya. Dia akan mulai menyusun rencana pembunuhannya. Kemudian, dia akan mengutus orang untuk memasukkan Firda dan Johan ke dalam Istana Fers.[ Eka: Bos, apa Kak Reza marah sekali? Dia tidak persulit kamu, ‘kan? ][ Ariel: Kamu lagi mencemaskan Bos? Tapi kenapa sekarang kamu kelihatan sangat bersemangat? Apa maksudmu? ][ Eka: Kenapa kamu membongkarku? ][ Ariel: Aku hanya nggak berharap Bos dikelabui saja! ]Tidak ada lagi yang bersuara. Beberapa menit kemudian, Eka baru mengirim pesan lagi.[ Kita bahas soal serius dulu! Bos, bagaimana dengan sasaran kita? ][ Sonia: Sed
Kaki panjang Reza menindih Sonia. Lengannya menopang di samping wajah si wanita. Dia memberi ciuman hangat dan membara kepada Sonia. Saking lamanya ciuman yang diberikan Reza, sekujur tubuh Sonia terasa lemas. Dia mengangkat tangannya untuk menahan wajah Reza, menggigit bibirnya dengan perlahan dengan mata berlinang air mata.“Reza, pergilah! Tinggalkan Istana Fers! Kamu bisa tunggu aku di Hondura. Setelah misiku selesai, aku akan pergi mencarimu.”Lantai B12 itu bukanlah tempat yang sederhana. Demi menghalangi kepergian Tensiro, Rayden pasti bukan hanya mengandalkan bujukan dan iming-iming.Begitu senjata gelombang mikro diaktifkan, seluruh Istana Fers akan berubah menjadi puing-puing.Sonia memiliki firasat kuat jika Rayden benar-benar diprovokasi, dia akan melakukan tindakan yang sangat gila. Ini adalah misi yang dijalankan Sonia. Dia juga tidak berharap gara-gara dirinya, semuanya akan terjebak dalam bahaya.Reza menyandarkan dagunya di atas kening Sonia, seolah-olah dia tahu apa
Tidak lama kemudian, Rayden menyadari Bondala sedang menatapnya. Dia segera mengalihkan pandangannya, lalu menyuruh Winston untuk mempersiapkan data energi terbarukan.Tatapan Reza menjadi suram, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.…Saat kembali ke vila tempat tinggal sementara Reza, Theresia menutupi pintu. Nada bicaranya seketika menjadi santai. “Mau minum apa? Gimana kalau alkohol?”“Tidak usah, cukup air saja!” ucap Sonia dengan suara lembut.“Kalau begitu, kopi saja, deh. Rayden suruh anggotanya untuk antar biji kopi berkualitas tinggi. Aromanya cukup wangi!” Theresia berjalan ke depan meja, lalu mulai membuatkan kopi untuk Sonia.Sonia duduk di kursi tinggi depan meja bar sembari menatap Theresia yang sedang menimbang biji kopi dan menggilingnya. Gerakannya kelihatan sangat santai dan elegan.Saat pertama kali bertemu, kesan Sonia terhadap Theresia sangat bagus. Pada saat itu, dia kira Theresia adalah temannya Ranty.Saat bertemu kali ini, dia baru menyadari sebenarnya semua
Langit biru jernih membentang luas. Sungai kecil mengalir deras. Rerumputan hijau tumbuh lebat di tepiannya. Bayangan pohon willow keemasan terpantul di permukaan air, mengikuti aliran sungai. Sementara di seberang sungai sana, pegunungan menjulang dengan lanskap yang begitu luas dan megah.Theresia berjalan ke tepi sungai. Airnya kelihatan sungguh nyata. Saking jernihnya, terlihat batu-batu kerikil yang indah di bawah sana. Bahkan, beberapa ekor ikan kecil dan udang juga kelihatan sedang berenang di dalamnya.Apakah mereka benar-benar sedang berada di lantai 12 bawah tanah?Wanita berambut pirang duduk di bawah tenda. Di atas taplak meja yang bersih itu diletakkan berbagai jenis buah-buahan dan juga camilan. Ada juga ayunan dengan dua tempat duduk di sebelah. Sepertinya biasanya wanita berambut pirang dan Tensiro sering bersantai di sini.Setelah duduk beberapa saat di sini, wanita berambut pirang membawa Sonia dan Theresia kembali ke koridor. Pintu yang satu lagi dibuka, terlihat pa
Rayden membawa orang-orang untuk berjalan melewati koridor. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat amat luas. Di dalamnya terdapat ruang baca, ruang tamu, ruang makan, dan juga kamar.Saat ini, ada seorang pria berusia sekitar 40-an berpakaian putih dan bermasker sedang duduk di ruang tamu. Dia berdiri di depan komputernya. “Tuan Rayden.”Rayden memperkenalkan kepada mereka, “Dia adalah penanggung jawab di sini, Profesor Tensiro!”Tensiro kelihatan sangat waspada ketika melihat kedatangan banyak orang. Dia mengamati mereka sejenak, lalu mengangguk dengan perlahan.Sonia spontan menurunkan tangannya. Pria itu memang mengenakan masker, tetapi Sonia bisa mengenali pria itu dari sepasang matanya. Pantas saja Sonia tidak bisa menemukannya selama ini!Ketika melihat lingkungan sekitar, sepertinya pria ini akan selalu tinggal di tempat ini. Kedua mata Sonia berkilauan. Dia menatap bayangan punggung Reza. Tiba-tiba dia bisa mengajukan untuk berkunjung ke laboratorium gelomba
Himawan datang untuk menyapa, “Tuan Kase, Nona Ruila, Tuan Rayden tahu kalian akan ke sini. Dia sudah menunggu kalian dari tadi!”Kase pun berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, ayo kita ke atas!”“Silakan, Tuan Kase!” Himawan sedikit menunduk. Rambut ikal cokelat keemasan yang agak panjang tergerai di sisi telinganya, membuatnya kelihatan sangat tegas dan serius.Semua orang berjalan bersama menuju lantai atas dan masuk ke kantor Rayden. Saat ini, Rayden dan Winston langsung melangkah maju untuk menyambut mereka.Setelah berbasa-basi, mereka duduk di tempat. Kali ini, Rayden berkata dengan serius, “Pertama-tama, aku ucapkan selamat datang kepada Raja Bondala dan Tuan Kase ke Istana Fers. Kalau jamuanku kurang memuaskan, aku harap kalian bisa memakluminya.”“Anggota Istana Fers, sudah mengerahkan tenaga dan uang banyak dalam pengembangan energi terbarukan. Sekarang kami butuh kalian berdua sebagai mitra kerja sama untuk mengembangkannya ke pasaran. Kalau kalian punya persyaratan atau