Share

02. Calon Propesor

"Sekar gak mau! Kalian semua penculik!" Sekar merengek saat mereka mulai menggotongnya. Bibirnya cemberut. Wajahnya sudah semasam air cuka.

"Nanti Sekar laporin ke pamannya Sekar!" Sekar menggeliat. Menarik-narik tangan dan kakinya agar terlepas dari cengkeraman mereka.

"Diem aja sih, Kar!" John mendelik.

"Ini penindasan terhadap anak kecil!" Rengek Sekar.

Satu pemuda lagi yang tidak kebagian tugas dengan inisiatif sendiri meraih kunci motor scoopy Sekar di atas meja dan berjalan setengah berlari mendahului mereka menuju parkiran rumah itu. Dengan semangat dia membawa motor Sekar ke depan gerbang dan memanaskan motor gadis itu.

Komplotan itu mendudukkan Sekar di atas motornya. Kayden menepuk-nepuk kepala Sekar. Dia menjawil bibir gadis itu yang masih saja cemberut. "Senyum dong~"

"Huh!" Sekar membuang wajah ke samping dan melipat tangan di dada.

Kayden menepuk lagi kepala gadis itu kemudian menyampirkan ransel bunga-bunga ke bahu Sekar. "Ingat jangan nakal di sekolah. Jangan godain cowok ganteng. Jangan bikin ulah. Sama jangan berurus-"

"Jangan berurusan sama Shaka. Kalo Sekar papasan sama dia di koridor, wajib puter balik. Ck. Itu mulu tiap hari!" Sekar berdecak dan memutar mata jengah.

Kayden mengangguk puas. "Bagus. Pokoknya kalo lo di-"

"Bang~" Sekar merengek, "Kalo masih lama mending gue balik tidur lagi."

Kayden terkekeh melihat wajah masam gadis itu. "Yaudah sana berangkat. Hati-hati." Kayden menepuk kepala gadis itu sekali lagi.

"Hati-hati kesayangan abang~" lima orang lelaki di samping Kayden kompak bersuara. Senyum manis terpatri di bibir masing-masing.

Sekar membuang muka. Suaranya ketus membalas mereka. "Sekar gak sayang tuh!" Sekar lalu melajukan motornya keluar dari gerbang rumah itu.

***

Sekar menurunkan laju kendaraannya saat gerbang SMA Garuda sudah berada di depannya. Sekar menghela nafas berat dan mulai memasuki area sekolah itu. Dia mengarahkan motornya ke parkiran khusus sepeda motor.

Deg. Sekar merasakan perasaan tidak nyaman saat matanya bersirobok dengan tatapan tajam seseorang. Cowok itu sedang duduk di atas motornya yang terparkir di bawah pohon kedondong yang sudah berbunga.

Sekar segera mengalihkan pandangannya dari cowok itu. Matanya lalu berkeliling mencari lahan yang masih kosong untuk motornya.

"Parkir di sini aja." Cowok itu memperhatikan Sekar yang celingukan ke sana ke mari.

Sekar pura-pura tuli. Dia terus melongokkan kepala mencari tempat kosong.

Cowok itu berdecak tidak puas. "Di sini aja. Lo gak bisa parkir lagi di lain. Udah penuh semua. Lo liat sendiri, kan?"

Sekar menghembuskan nafas berat sebelum mengarahkan motornya ke sebelah motor besar pemuda itu.

"Kok tumben lo telat datang hari ini?" Suara cowok itu menanyai Sekar.

Sekar hanya memandang cowok itu sekilas sebelum menundukkan pandangan. "Thanks." setelah itu Sekar pergi menuju kelasnya di lantai tiga.

Shaka menatap punggung gadis itu dan berdecak tidak puas. Dia lalu memperhatikan wajahnya di spion, "masih yang paling ganteng muka gue. Kenapa dia liat gue kayak liat hantu?"

***

Sekar menarik nafas dalam sebelum memasuki kelasnya yang sudah mulai ramai. Mereka saling melempar canda dengan teman masing-masing. Sekar kembali menghela nafas dan mengepalkan tangannya. Dia melewati meja-meja murid sampai akhirnya berhenti di kursi paling belakang dan duduk di sana. Sekar merasakan beberapa tatapan yang mengarah padanya tapi Sekar mengabaikannya.

Dia memasukkan tasnya ke dalam laci dan merebahkan kepalanya ke atas meja dengan lengan kiri sebagai bantal. Sekar lalu memejamkan matanya. Tanpa sadar sebutir cairan bening keluar dari sudut matanya. "Manda, Oci... Gue kangen kalian."

Cairan bening itu kembali jatuh dan semakin deras. Sekar menelungkupkan kepalanya dan menggigit bibirnya kuat-kuat. Dia tidak ingin ketahuan nangis di kelas.

***

"Aaa..." Sekar berjengit kaget saat merasakan dingin di sebelah pipinya. Dengan refleks dia memiringkan tubuh.

Cowok itu terkekeh. "Bengong aja lo!" Dia menyodorkan sebotol minuman dingin ke depan gadis itu. "Tadi kenapa lo langsung ninggalin gue di parkiran? Padahal gue udah nunggu lo dari lama tau."

Sekar melotot melihat wajah di depannya. Kata-kata Kayden tadi pagi langsung berseliweran seperti hantu di kepalanya. 'Jauhi Shaka... Jauhi Shaka....'

Sekar tanpa sadar berdiri. Dia meraih buku novel yang teronggok di samping tempatnya duduk tadi Kemudian gadis itu pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.

Shaka melongo melihat punggung gadis itu yang sudah menghilang di balik tembok. "Muka gue beneran gak ganteng lagi, kah? Kenapa doi liat gue kayak abis liat setan?" Shaka menggeram frustrasi sambil mengacak rambutnya sendiri. "Susah banget narik perhatian lo!"

***

"Jiahh dianggurin!" Seorang pemuda langsung terdengar begitu Shaka tiba di rooftop sekolah mereka di lantai enam.

Shaka mendelik kemudian menghampiri empat orang itu yang tengah bersantai di samping pagar pembatas. Shaka menjauhkan sebelah kaki yang nangkring di atas kursi sebelum duduk di sana. Dia menatap sebuah pintu yang terkunci dari luar di depannya. Satu-satunya ruangan di atap gedung sekolah mereka.

"Gak ngumpul di sana aja lu, gitaran kek?" Shaka menunjuk ruangan itu dengan dagunya.

"Kalo di dalem mah gak bisa liat lu ditinggalin cewek." Ricko, yang tadi kakinya disingkirkan Shaka melemparinya dengan kulit kacang.

"Pertama kali gak sih liat Shaka dianggurin cewek." Vernon terkekeh. Dia merampas bungkus kacang di tangan Ricko.

Bara mengangguk semangat yang diikuti Devan. Keempatnya menatap Shaka miris. "Pelet lu kagak manjur-manjur amat ternyata!" Bara terkekeh kemudian mengambil botol minuman dingin di tangan Shaka yang masih tersegel. Dia meminumnya dengan rakus.

"Setan. Padahal gue juga haus!" Vernon menggeplak kepala Bara.

Bara terkekeh. "Lo kalah cepet ... Tapi rasanya biasa aja, cuma jus mangga biasa. Tapi ada aroma-aroma penolak-"

Shaka menggeplak kepala Bara yang tengah membaui jus mangganya hingga botol itu tumpah dan sebagian cairan oranye itu membasahi wajah Bara. Bara menatap masam Shaka kemudian menyeka wajahnya dengan tangan.

Gantian Shaka yang terkekeh. Dia kemudian menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi. Matanya menatap ke hamparan rumput hijau taman samping sekolah yang hening.

Mata Shaka tertuju pada kursi di bawah pohon yang tadi dia duduki bersama Sekar. Senyumnya tersungging. "Cuma masalah waktu aja. Gak ada sejarahnya gue gak bisa naklukin cewek."

"Udah dua minggu lo ngincer tuh cewek. Mana sampe pura-pura ketabrak doi." Ricko terkekeh. "Empat kali." Tambah Devan. Cowok yang dari tadi bungkam itu akhirnya bersuara.

Shaka menatapnya sebal. "Calon propesor diem aja!"

Bara ngakak. "Devan sekalinya ngomong langsung bongkar aib orang."

Vernon mengangguk setuju. "Iya. Padahal gue sama Bara cuma pernah liat dua kali. Yang pertama pas abis upacara. Pak bos sampe kejengkang. Alami bener jatohnya." Vernon tersenyum miring sembari melirik Shaka dengan ekor mata.

"Yang kedua pas itu kan, ngerapihin bola mau dibalikin ke gudang. Lah tumben-tumbenan dia mau. Biasa juga kita-kita yang disuruh." Tambah Bara.

"Eh tapi zonk. Cewek incerannya malah minta tolong tante Cecil buat bantu. Lu kagak digrepe si tante kan di gudang?" Timpal Vernon.

"Rezeki kagak ke mana kata Cecil mah." Ricko terkekeh. Shaka menatap sebal mereka semua.

"Eh tapi yang dua lagi kapan, Van?" Vernon mencondongkan kepala. Lagaknya sudah seperti ibu-ibu saat mencari gosip terpanas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status