"Aku belum siap, Tuan. Tapi tolong jangan terlalu erat juga meluknya, sesak!" protes Mer dengan pelan tapi penuh dengan penekanan.harga memutar bola matanya dengan malas mendengar apa yang dikatakan oleh Mer, lalu dia menurunkan kedua tangannya. Dia lepaskan pelukannya, tetapi kini malah Mer yang memeluk pria itu.Arga langsung mencebikkan bibirnya, lalu dia menunduk dan berbisik tepat di telinga wanita itu. Wanita yang masih belum berani untuk menemui suaminya sendiri."Ngga usah meluk-meluk juga, kamu tuh istri orang!" Arga sengaja membalas ucapan dari Mer, Mer langsung melerai pelukannya. Lalu, dia menyembunyikan wajahnya di antara dada dan juga ketiak Arga.Ingin sekali harga tertawa melihat dari kelakuan bawahannya itu, tetapi tentunya dia tahan. Tidak lama kemudian, Arga mendorong wajah Mer dan berkata."Mereka sudah pergi," ujar Arga.Mer langsung menjauhkan diri dari Arga, lalu wanita itu mengedarkan pandangannya untuk membuktikan apa yang diucapkan oleh Arga."Terima kasih,
Sebelum Arga melajukan mobilnya, dia sempat bertanya kepada Mer. Mau diantar kemana. Awalnya saat Arga bertanya seperti itu, Mer sempat terdiam seolah sedang berpikir ke mana harus dia pergi.Tidak lama kemudian, Mer menjawab jika dia ingin pulang ke rumah bapaknya, Arga menyetujuinya. Karena menurutnya itu akan lebih baik, tetapi sebelum itu dia menanyakan alamat rumah dari bapaknya Mer. Dengan senang hati Mer mengatakan alamat rumah dari bapaknya tersebut, Arga tersenyum lalu melajukan mobilnya menuju kota asal Mer. Selama perjalanan menuju pulang, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Baik Mer atau Arga, mereka terdiam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sesekali Arga akan melirik ke arah Mer yang begitu asik dalam lamunannya, dia terlihat sangat sedih dan juga gundah. Arga merasa kasihan, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. 'Kalau diperhatikan, Mer sangat cantik. Dasar Adi bodoh! Sebenarnya untuk apa dia menikahi Mer? Dia sudah punya Hanum, lalu kenap
Adzan subuh telah berkumandang, Mer mengerjapkan matanya karena tidurnya sudah terasa sangat cukup. Saat Mer membuka mata, dahi wanita itu nampak mengernyit dalam."Di mana aku?" tanya Mer seraya mengedarkan pandangannya.Setelah sadar dia berada di mana, Mer langsung tersenyum dengan senang karena dia berada di dalam kamar kesayangan. Dia sedang tidur di atas kasur kecil ya sudah biasa dia tempati."Ya ampun! Ternyata aku di rumah bapak," ujar Mer.Mer langsung turun dari tempat tidur, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dia membuka bajunya dan langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar rasanya."Eh? Tunggu bentar deh, aku kok bisa di rumah bapak? Apa tuan Arga yang mengantarkan aku? Tapi tadi malam aku tidur, siapa yang memindahkan aku ke tempat tidur?" tanya Mer.Cukup lama Mer terdiam dan bertanya-tanya di dalam hatinya, tetapi tidak lama kemudian dia melanjutkan ritual mandinya karena takut waktu subuh akan segera berakhir.Beberapa saat kemudian."Pag
Mer merasa begitu senang karena pak Adan mau mengerti dan memahami dirinya, bapak kandungnya itu mau memberikan kesempatan kepada Mer untuk membalaskan dendamnya terlebih dahulu kepada suaminya tersebut.Bukan untuk berniat durhaka kepada suaminya, tetapi Mer merasa dirinya begitu dipermainkan oleh Adi. Dia merasa jika pria yang menjadi suaminya itu begitu kejam, karena menikahi dirinya tetapi pria itu sudah memiliki istri.Jika saja dari awal Mer tahu jika Adi adalah pria yang sudah beristri, dia tidak mau menikah dengan pria itu. Apalagi sampai menyerahkan kehormatannya, sungguh pria itu pandai merayu Mer sampai luluh.Mer bahkan sempat berpikir jika nanti dia hamil, Mer akan kesulitan menjalani harinya setelah bercerai nanti dengan Adi. Akan tetapi, setelah Mer berpikir kembali rasanya tidak akan ada yang sulit.Banyak di luaran sana single parent yang mampu menjalani hidupnya dengan baik tanpa sosok laki-laki di sampingnya, mereka tetap kuat dan mampu membiayai anak mereka.Bukan
Setelah mengetahui jika hari ini Adi akan pulang, Mer merasakan hatinya begitu gelisah. Dia merasa belum siap untuk bertemu dengan suaminya, tetapi dia tidak bisa menghindar.Walau bagaimanapun juga Adi adalah suaminya, walaupun pria itu sudah beristri tetapi dia tidak bisa begitu saja terus berusaha untuk menghindari pria itu.Di saat bekerja saja Mer lebih sering melamun, alhasil Arga bahkan lebih sering menegur wanita itu. Beruntung Arga tidak memarahi Mer, tentunya hal itu terjadi karena Arga begitu paham dengan apa yang menimpa Mer saat ini."Bekerjalah dengan baik, untuk urusan pribadi bisa diselesaikan secara baik-baik." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Arga ketika Mer melamun, Mer mengangguk lalu kembali bekerja.Waktu terus saja berlalu, tetapi pikiran Mer tetap saja terpaku kepada suaminya. Hingga waktu istirahat tiba Mer yang merasa penasaran langsung mengecek keberadaan suaminya lewat GPS.Dahi Mer nampak berkerut dengan dalam karena ternyata Adi sudah berada di kedia
Kamu datang dengan membawa istri pertama kamu, hem?" tanya Mer yang sejak tadi melihat kegugupan di wajah suaminya.Mata Adi langsung membulat dengan sempurna mendengar apa yang dikatakan oleh istri keduanya tersebut, dia tidak menyangka jika Mer akan mengatakan hal itu.Lebih tepatnya Adi tidak menyangka jika Mer mengetahui dirinya yang sudah beristri sebelum memperistri Mer, Adi sungguh terlihat ketakutan saat ini.Jantung Adi berdetak dengan begitu kencang, tetapi sebisa mungkin dia mengontrol emosinya. Dia berusaha untuk bersikap senang mungkin."Maksud kamu apa, Yang?" tanya Adi dengan suaranya yang terdengar lebih tenang.Mer langsung tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari suamimya, padahal Mer tadi bisa melihat dengan jelas jika suaminya tersebut terlihat begitu gugup dan juga ketakutan.Namun, kini raut wajah pria itu berubah menjadi lebih tenang. Bahkan, dengan mudahnya pria itu bertanya seperti itu. Mer tiba-tiba saja merasa mual, Ingin rasanya dia muntah di depan muka pr
Jika Adi sedang berusaha untuk menghubungi Mer, berbeda dengan Mer, wanita itu kini sedang berada di kostan milik kekasih dari adiknya, Johan. Tentunya di sana juga ada Johan, Mer sedang mengadu kepada Johan dan juga kekasih dari adiknya tersebut. Walaupun awalnya dia ingin merahasiakan hubungannya dengan Adi, tetapi nyatanya Mer tidak bisa.Mer tidak bisa memendam kesakitan itu sendirian, Mer tidak bisa memendam kekesalan dan kekecewaan terhadap Adi. Mer membutuhkan support dari orang-orang terdekat dan terkasihnya."Sialan! Jadi, dia sudah punya anak dan istri?" tanya Johan setelah Mer mengatakan semuanya kepada dirinya.Mer langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat, sungguh dia juga tidak menyangka jika Adi tega menikahi dirinya dengan cara berbohong."Hem!" jawab Mer dengan deheman saja, karena rasanya dia sudah tidak sanggup untuk berkata-kata lagi.Mer malah menangis di dalam pelukan Anggi, kekasih dari adiknya. Anggi dengan sabar mengelus lembut punggung wanita yang sedang
Mer melangkahkan kakinya menuju rumah Adi dengan dada yang berdebar dengan begitu kencang, walaupun dia bisa menunjukkan wajah santainya di hadapan Hanum, tetapi nyatanya tubuhnya seakan begitu lemas.Kalau saja dia tidak malu, rasanya dia ingin menangis guling-gulingan di atas lantai karena kini dia bisa melihat sendiri rupa istri pertama Adi dari dekat. Sangat cantik dan juga bentuk tubuhnya nampak seperti model, tinggi dan langsing.Berbeda dengan Mer, tinggi tubuhnya hanya seratus lima puluh enam senti. Tubuh Mer memang terlihat begitu langsing, tetapi dia memiliki pipi yang cabi dan wajah yang bulat.Johan dan juga Anggi terlihat setia mengekori langkah Mer yang berjalan menuju kamar utama, begitupun dengan Hanum yang ikut berjalan mengikuti Mer tetapi tanpa bersuara.Namun, walaupun Hanum tidak bersuara tetapi dia mengambil ponselnya yang ada di saku celananya dan mengirimkan pesan chat kepada Adi."Sayang! Ada istri kedua kamu di rumah, cepat pulang dan tolong jelaskan!" Hanu