Beberapa menit sebelum kejadian, Isabella yang pergi dari rumah sakit itu kemudian dirinya naik ke lantai atap dengan membawa sesuatu di sakunya. Suster tidak menyadari akan hal itu dan menyuruhnya untuk pulang begitu mendengar bahwa Isabella sudah baik-baik saja. Tetapi, di dalam sakunya terdapat sebuah benda tajam yang di dapatkannya dari sebuah ruagan yang sebelumnya terlihat kosong. Ruangan itu ternyata berisikan beberapa alat kesehatan yang belum di cuci dan beberapa di antaranya masih terdapat darah pasien. Melihat tidak ada seorang pun di sana, Isabella kemudian memasukinya dengan mengendap-endap dan kemudian menemukan benda tersebut dan memasukannya ke dalam saku. Setelah itu dirinya pergi ke atap seorang diri. Di sana untungnya tidak ada seorang pun sehingga dia dapat leluasa. Isabella menatap ke arah langit dan seketika menarik nafas. Tidak lama kemudian, semua ingatan menyakitkan itu muncul di kepalanya dan bergema. Semua penderitaannya selama ini hanya di tanggung oleh d
“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Grace “Membawanya ke peristirahatan terakhir,” ucap Alice “Tidak ada satu pun kerabatnya yang datang kemari ya?” “Benar. ini sangat di sayangkan.” “Kalau begitu, apa tidak apa-apa memulai upacara pemakamannya tanpa kerabat bahkan keluarganya?” “Entahlah.” “Tunggu, pasti ada seseorang yang mungkin mengenal kerabatnya. Tidak mungkin tidak ada sama sekali,” sahut Theresia “Sudah ku cari tadi. Tapi tidak ada.” “Sebaiknya kita meminta bantuan polisi kali ini. Oh iya, bagaimana dengan catatan bahwa Isabella dulunya di adopsi? Bukankah itu artinya dia berasal dari suatu tempat?” tanya Grace “Benar juga. Kenapa aku tidak berpikir sampai ke sana,” sahut Alice Mereka bertiga kemudian mencari dokumen yang berisikan data informasi mengenai Isabella dengan meminta bantuan polisi. Awalnya mereka ragu dengan keputusan ini, namun ada benarnya juga. Sesampainya di sebuah kantor polisi,
“Jadi, anda datang kemari untuk menghadiri pemakaman ini atau ada perihal lain?” ucap ibu panti “Aku sangat bersedih karena anak ini sudah tidak ada. Padahal sungguh di sayangkan bukan?” ucap wanita itu Di tempat yang berbeda di sebuah taman yang ada di pusat kota. Di sana, Alice dengan kedua temannya itu kemudian bersantai dan menghilangkan rasa lelah mereka karena sebelumnya terjadi sebuah tragedi. Alice yang sedang duduk sambil menikmati cuaca, tiba-tiba dirinya teringat akan suatu hal. Di sampingnya ada Theresia yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Alice kemudian melihat beberapa pesan yang memasuki ponselnya dan ternyata terdapat sebuah pesan dari Justin. Theresia yang mengintipnya kemudian menanyakan sesuatu. “Apa itu?” tanya Theresia dengan penasaran kepada Grace “Ini, Justin. Dia baru saja mengirimkan tugas kepadaku katanya dia ingin aku mengeceknya apakah itu sudah betul atau tidak.” “Oh, ternyata anak itu cukup rajin juga ya.”
“Laki-laki memang seperti itu ya,” ucap Theresia “Menjijikan. Bagaimana bisa di melakukan itu setelah apa yang menimpa Janette,” sahut Alice “Kalian benar. tapi, apa itu juga hanya kebetulan?” “Apa maksudmu yang hanya kebetulan?” “Bisa saja kan dia memang sudah seperti itu dari awal. Karenanya....” “Aku tidak yakin akan hal itu. tapi, melihat reaksi yang barusan sekarang mulai mengerti. Rasanya ingin sekali menghabisinya astaga,” sahut Theresia “Sepertinya kita memang harus membawanya ke hipnoterapi,” sahut Alice “Untuk apa?” “Tentu saja membongkar semuanya. Aku yakin dia tidak akan semudah itu mengatakan semuanya.” “Kau benar. apa kita lakukan saja?” ucap Grace “Sebenarnya, masih ada sesuatu yang janggal. Apa kalian tidak sadar, selama ini kita mengarahkan semuanya kepada Philip dan sama sekali tidak melihat dari sudut pandang Janette,” ucap Alice dengan serius “Justru karena itu,
Philip tidak mencurigai apa pun saat itu dan kemudian kembali karena di bekerja paruh waktu di sebuah kantor pos. Tidak lama kemudian, Janette pergi dengan cepat dan dia rupanya bertemu dengan seseorang di dalam mobil. Tanpa berlama-lama, mobil itu kemudian bergerak dan mereka berdua pergi ke suatu tempat. Janette yang ada di dalam sana bersama dengan seorang pria. Setelah mereka sampai di suatu tempat, mereka berdua kemudian mengobrol untuk waktu yang lama. Janette bersama dengan orang itu terlihat bahagia. Tentu saja karena orang itu tidak lain adalah salah satu kerabatnya. Setelah mereka berdua sibuk berbicang dan bertemu tidak lama kemudian Janette mengatakan maksud dan tujuannya. Di satu sisi, rupanya kerabatnya itu sangat mewaspadai apa yang akan di katakan oleh Janette hingga akhirnya orang itu meninggalkan Janette di sana seorang diri. Melihat reaksi kerabatnya yang mencelanya membuat Janette terdiam dan kemdian merenungkan sesuatu. Kerabatnya itu meninggalkan dirinya di san
“Halo” “Halo, Janette apa kabar kau baru kali ini menghubungiku,” ucap suara seorang pria di balik telepon “Hapus itu!” “Apa? kenapa?” “Kubilang hapus sialan! Sekarang juga hapus video itu.” “Wow kau berteriak. Apa kau sedang mabuk? Untuk apa aku harus menghapusnya kau tahu itu begitu berharga. Bukankah kau juga jadi mendapatkan penghasilan dari itu?” “Sialan! Ku bilang hapus sekarang juga atau ku bunuh kau!” “Jangan bilang begitu. Bukankah kau juga sudah setuju dengan itu? kau sendiri yang mengatakannya.” “Oh fuck.” Janette kemudian mematikan panggilannya dan dirinya minum satu kaleng beer lagi. tidak lama kemudian, video yang di unggah saat itu memang memiliki banyak sekali penonton dan mereka terlihat menyukainya. Janette yang dengan frustrasi kemudian merasa hancur dan menyesali perbuatannya itu. Satu bulan yang lalu, ketika saat itu Janette sedang berada di posisi terpuruk dan dirinya pergi ke sebuah club y
Janette yang bertemu dengan Luci di tempat kerja Luci walau sebenatar rupanya dirinya mulai merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Ketika Janette hendak pulang, tidak lama kemudian seorang temannya yang merupakan anak kelas sebelah kemudian menelponnya namun Janette tidak mengangkatnya karena sedang bersama dengan Philip. Setelah Janette pulang, dia kemudian mengecek ponselnya dan ternyata temannya yang bernama Maria itu menelponnya lebih dari lima kali. Janette yang penasaran akan hal itu kemudian tanpa berlama-lama langsungb menghubunginya saat itu juga. “Halo,” “Halo, Janette?” “Iya Maria. Sebelumnya kau menelponku ada apa?” “Kau sekarang dimana?” “Aku di rumahku ada apa?” “Bagaimana kalau sekarang kau lihat artikel di web yang akan ku share link nya tunggu sebentar.” “Oh oke.” Tidak lama kemudian Maria mengirim link yang sebelumnya dikatakan olehnya melalui pesan teks. Janette kemudian menekannya dan langsung memas
Luci kemudian meninggalkan Adeline yang sedang duduk di kursinya di dalam ruangan clubnya. Luci sudah mencoba membantu semampunya dan esok harinya Janette memasuki kelas. Semua orang melihatnya dengan tatapan seperti mengatakan tidak tahu malu. Di sana, Janette duduk di kursinya dan selama kuliah berlangsung semuanya bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Tidak lama kemudian, seseorang datang menghampirinya dan kemudian membawa Janette yang ada di sana ke suatu tempat. Kali ini Janette di bawa oleh salah satu penggemar Philip dan rupanya orang itu merasa kecewa sekaligus malu dengan perbuatannya. Janette yang hanya bisa terdiam kemudian di pukuli oleh mereka dan ternyata salah satu temannya menuangkan kopi ke kepala Janette. Mereka kemudian pergi meninggalkan Janette yang ada di sana sendirian. Dengan perasaan yang campur aduk, Janette kemudian mencuci dirinya di sebuah toilet. Dan ketika dirinya keluar dari sana, sekelompok orang mengejeknya dengan mengatakan kata-kata yang tidak
Begitu Philip mengatakan apa yang ingin dikatakan olehnya, tidak lama kemudian dia pergi bersama dengan temannya itu. Alice dan kedua temannya masih duduk di sana dan kemudian mereka merenungkan semuanya. Theresia yang terlihat bersedih begitu juga dengan Grace yang selama ini sekelas dengannya tapi tidak mengetahui apa-apa membuatnya merasa tertekan. “Aku masih tidak menyangka. Jujur saja, ini bukan masalah kecil,” ucap Theresia “Kau benar. aku mengerti kenapa ada sebagian yang menyembunyikan inin dan ada juga yang sebaliknya,” sahut Alice “Bukankah sudah jelas dia di jebak. Tapi kenapa?” ucap Grace “Salahnya adalah dia mengakhirinya di lokasi kampus. jika bukan di sana semua ini tidak akan terjadi.” “Tidak. Justru itu tidak akan berdampak apa pun.” “Aku merasa bersalah karena ingin tahu sekali mengenai ini.” “Tidak. Ini bukan salah siapa-siapa. Semua orang berhak mengetahui kenyataan,” ucap Alice “Aku sungguh bingung.