"Mama Mama Mama!" teriak Maga dan Arga ketika melihat helikopter yang terbang rendah. Mereka sedang bermain di teras ketika suara helikopter terdengar dengan jelas diikuti benda terbang nan gagah itu di atas rumah mereka.
Tak hanya mereka saja yang ternganga, tetangga-tetangga yang tadinya ada di dalam rumah pun berhamburan keluar karena penasaran dengan apa yang terjadi. Baru sekali seumur ini mereka menyaksikan helikopter yang terbang serendah itu. Padahal, biasanya hanya lewat saja. Selain itu, helikopter yang ada di atas mereka itu bukan kelikopter milik militer. Tetapi mewah dan mengkilap seperti yang sering mereka lihat di layar televisi.
"Arga! Itu Mbah Kakung!" teriak Maga yang rambutnya sedang diikat dua menunjuk ke arah kakeknya yang melambai-lambai sambil melihat ke bawah.
"Arga! Mag
"Aku tidak peduli jika itu memang urusanmu!" jawab Kenanga sembari mendorong keranjang mainan ke pinggir ruangan. "Tidurlah. Sudah malam. Ini di kampung, bukan di Jakarta. Tidak seharusnya kamu menginap di sini," lanjut Kenanga lagi. Dia tak habis pikir, Saga sekarang pasti bukan hanya kaya melainkah konglomerat. Tapi, tidur saja numpang!"Bapakmu mengijinkan aku untuk tidur di sini," balas Saga menyunggingkan senyumnya yang menawan sekaligus nakal. Melihat bibir yang tersungging itu, buru-buru Kenanga mengalihkan pandangannya. Wajah boleh tampan,tetapi tetap saja dia menyebalkan. Dan kenanga tak ingin jatuh ke dalam pelukan buaya seperti Sagara yang hanya menggunakan ketampanannya untuk menarik perhatian para gadis seperti yang dilakukannya seperti dulu.'Jangan tergoda, Kenanga! Dia masih Sagar yang play boy seperti dulu!'"Terserah," ucap Kenanga gemas kemudian berjalan cepat menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Dia tak
"Yeeeeyyy. Akhirnya sampai juga!" teriak Maga begitu helikopter mendarat di atas gedung tempat Bram bekerja."Arga! Kita sudah sampai. Ayo kita ketemu Papa!" Maga menarik-narik baju saudaranya yang masih asik membaca komik. Dia tahu ini sudah sampai di Jakarta, tapi Arga tak begitu tertarik bertemu dengan Bram. Kalau bisa memilih, dia lebih memilih berada di rumah dan bermain dengan teman-teman barunya di kampung."Hmmmmmm." Dengan malas Arga menutup komik di tangannya lalu membuka sabuk pengaman.Sedangkan Kenanga, dia berusaha menahan kesabaran melihat tingkah laku putrinya. Bikin kepala pening saja. Kalau saja dia tidak rewel, mana mau Kenanga naik helikopter bersama play boy cap kapak yang ada di sebelahnya? Apalagi ketemu dengan Bram. Karena, di mana ada Bram pasti ada Angel. Itu sangat menyakitkan bagi kenanga. Melihat mantan suami dan selingkuhannya adalah hal yang paling ingin dia hindari."Om, ayo Om kita turun," pinta Maga menoleh
"Di mana anak-anak?" tanya Kenanga kaku begitu sudah sampai di dalam gedung."Mungkin sudah di lobby bersama Rian," jawab Saga yang langsung melangkah menuju lift. Kenanga yang berjalan di belakang pria itu mengamati dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambut rapi dan terlihat kaku karena diolesi oleh gel, bahu lebar dan terlihat kokoh, kaki panjang yang seolah bisa membawa pria itu ke manapun dia mau serta bokong? Kenanga membuang pandangannya ke arah lain. Pria ini pasti rajin olahraga. Pikir Kenanga yang sama sekali tak dapat memungkiri bahwa kini Saga menjelma menjadi laki-laki yang jauh lebih menarik daripada dulu."Masuklah," suara parau itu memaksa Kenanga menurut masuk ke dalam lift di mana hanya akan dirinya dan juga Saga. "Anak-anak tahu kau sudah berpisah dengan Bram?" telisik Saga meskipun dia sudah tahu bagaimana situasi yang sesungguhnya.Dengan nada ketidaksukaan kenanga menjawab,"Bukan urusanmu. Berhentilah iku
"Cepatlah pakai pakaianmu. Anak-anak menunggumu di luar pintu. Mas tidak mau kan mereka tahu bahwa Papa yang selama ini mereka banggakan adalah pria bejat sekaligus brengsek?!""Aku bisa jelaskan, Nanga," balas Bram cepat-cepat menggunakan pakaiannya dan berusaha mendekati Kenanga."Tidak perlu." Kenanga mengalihkan pandangannya. Dia merasa jijik melihat dua manusia yang ada di hadapannya. "Kalau bukan karena anak-anak yang ingin menemui Papanya, aku tidak sudi melihatmu.""Seharusnya kau menghubungiku lebih dulu, Nga.""Kamu Papa mereka, Mas. Harusnya kamu lebih peduli dengan mereka. Berhari-hari sejak kita resmi bercerai kamunsama sekali tidak mengubungi anak-anak! Selain itu, tanya sekretarismu yang lebih cantik dariku itu. Berapa lama kami menunggu di lobby, dia pasti tahu!""Angel?" Bram menoleh ke arah Angel dan dengan cepat, perempuan itu menggelendot padanya."Kubilang pada resepsionis
"Arga tunggu di sini sebentar, ya," kata Bram langsung keluar mobil dan menghampiri seorang perempuan yang sedang menunggunya tak jauh dari sana. Ketika itu, Bram dan Arga baru saja selesai bermain futsal dan hendak pergi makan sebelum mereka pulang ke rumah.Dari jauh, Arga melihat Papanya memeluk seorang perempuan dan menciumnya. Arga tahu itu bukanlah Kenanga dan sejak saat itu pula Arga mulai memahaminya ketika Bram tak pulang ke rumah dan beralasan pergi ke luar kota dan waktu mereka bersama semakin berkurang. Sebagai anak pertama, Arga jauh lebih dewasa dari Maga, adiknya. Ia mampu memahami keadaan di sekitarnya dengan baik tak terkecuali ketika orangtuanya bertengkar dan mereka mulai tidur secara terpisah. Arga sering mendengar teman-temannya bercerita mengenai orangtua mereka yang bercerai lalu tak tinggal lagi bersama dalam satu rumah. Dan Arga langsung berpikir bahwa itulah yang terjadi dengan Mama dan Papanya ketika Kenanga mengemasi barang-barang mereka kemu
Kenanga baru saja selesai memotong sayuran yang akan dia gunakan untuk memasak makan malam sesuai janjinya. Sedangkan Saga, sejak tadi hanya duduk sambil mengamati Kenanga yang begitu lincah memotong bahan masakan.Biasanya, Saga tidak pernah ada di dapur karena yang menyiapkan semua kebutuhannya adalah pelayan rumah tangga yang dia miliki. Selain itu, dia juga jarang ada di rumah. Hanya sesekali saja di pulang, itu pun hanya numpang tidur."Kamu punya banyak pelayan, kenapa tidak meminta mereka saja yang memasak?" tanya Kenanga heran yang mulai memasak kare ayam yang akan dijadikannya makan malam.Dengan sangat hati-hati, kenanga menumis bumbu agar minyak yang ada di dalam pot tidak mengotori dapur mewah milik Saga."Aku sudah bosan makan masakan mereka. Aku ingin makan masakanmu," balas Saga menopang dagunya dan memperhatikan setiap gerakan Kenanga dengan rasa takjub.Dia tak pernah menyangka bahwa seorang perempuan bisa secanti
Pyaar!Gelas yang dipegang oleh Kenanga meluncur mulus dari genggaman tangannya dan menghantam lantai dengan sangat cepat. Seketika itu juga dada Kenanga teranya nyeri dan telapak tangannya gemetar. Tak pernah sebelumnya perasaan Kenanga secemas dan setakut ini. Bahkan, saat ketuk palu perceraiannya dengan Bram, hati Kenanga tak sepedih ini.Saga yang mendengar suara pecahan dari dapur langsung menghentikan acara makannya dan berlari ke arah Kenanga. "Kenanga! Kau tidak apa-apa?" Dengan cepat Saga memegangi tubuh wanita yang terlihat sedang melongo itu. Pikirannya kosong sampai-sampai ia tak sadar ada serpihan gelas yang melukai kakinya hingga berdarah."Um? Maafkan aku memecahkan gelasnya," jawab Kenanga linglung."Aku tidak peduli pada gelasnya. Kalau kau mau, kau bisa memecahkan semua gelas yang ada di ruamah ini!" sentak Saga langsung mengangkat tubuh Kenanga menuju sofa. Entah apa yang ada di pikiran wanita sampai-sampai wajahnya terlihat pucat dan
Orang-orang telah meninggalkan area pemakaman namun Kenanga tak bisa meninggalkan gundukan tanah merah di hadapannya. Dia terus saja memeluk kuburan Maga dengan air mata yang tak pernah berhenti membanjiri pipinya. "Nga, ayo kita pulang. Kita harus ikhlas atas kepergian Maga," ucap Bram mengelus punggung Kenanga namun tak dihiraukannya. Wanita itu terus bergumam, menyanyikan lagu kesukaan Maga sebelum ia tidur. Sedangkan Saga yang berdiri tak jauh dari sana, memegangi tangan Arga yang masih sering melamun."Maafkan kami merepotkankanmu, Nak Saga," ucap Handoko yang berdiri di sebelah Arga dan juga istrinya.Saga tertunduk lesu. Berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Meskipun dia dan Maga sama sekali tidak memiliki ikatan darah, namun jauh di dalam hatinya gadis itu seperti putrinya sendiri. Maga benar-benar telah mengisi ruang di hatinya. Terlebih lagi, Saga tak sanggup melihat Kenanga yang selalu menangis dan terdiam meratapi kepergian Maga. Hati Saga bena