halo... selamat membaca hasil karyaku
semoga kalian suka
jangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
halo... selamat membaca hasil karyakusemoga kalian sukajangan lupa follow ig @littleeva93 untuk info pembelian buku
JULLIO sudah menunggu sejak satu jam yang lalu di depan rumah Hillary. Hari ini, ia dan Hillary berencana akan membahas mengenai bisnis club malam yang sengaja diberikan ayahnya kepadanya. Satpam rumah Hillary, yang sudah berteman baik dengannya menyuruhnya untuk masuk tapi Jullio menolak. Hari ini ia ingin menunggu Hillary di depan rumah saja. Mungkin saja Hillary pulang lebih cepat meski rasanya itu mustahil. Sebenarnya, selama ini Jullio penasaran, kemana saja Hillary setelah pulang sekolah. Gadis itu selalu pulang terlambat setiap harinya. Jullio ingin sekali bertanya tapi ia tidak mau mengganggu privasi Hillary.Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Jullio mendesah lega. Ia membuang rokoknya ke selokan sebelum Hillary memergokinya merokok. Hillary pernah melarangnya merokok dan Jullio sudah mengatakan kepada Hillary akan berhenti merokok. Hillary mungkin akan marah jika mendapati dirinya merokok lagi.Hillary membuka jendela mobilnya, “
JULLIO tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Hillary. Selama ini, ia selalu berusaha untuk tidak terlalu jauh menjalin hubungan dengan Hillary. Jullio tahu ia tidak akan bisa menyentuh Hillary lebih dari ini. Ia tidak mau melihat masa depan Hillary rusak karena dirinya. Namun, dengan keadaan, saat Hillary bahkan tidak canggung berdiri di dalam pelukannya tanpa busana, rasanya ia tidak yakin bisa menahan diri lebih lama lagi.Bibir ranum Hillary menyesap bibirnya penuh hasrat. Jullio yakin lima menit lagi Hillary tidak akan selamat dari amukannya. Jullio menggelengkan kepalanya berkali-kali. Membuatnya pagutan bibirnya dan bibir Hillary terlepas begitu saja. “Kumohon…” bisiknuya parau.“Aku tidak mengerti apa maksudmu.” Hillary menyapukan jemari lentiknya di dada bidang Jullio. Rona merah yang menjalar di sekitar leher dan wajah Jullio membuatnya sedikit gugup. Sekaligus bahagia. Jika boleh jujur
JULLIO sadar ia tidak seharusnya bertanya kepada Hillary mengenai ibunya. Tapi, mendengar penuturan Hillary yang mengatakan kalau ia tidak punya ibu. Rasa penasaran Jullio semakin besar. “Di mana ibumu?” tanyanya lagi.“Ibuku pergi beberapa tahun setelah aku dan kakakku mulai sekolah.”“Pergi?”“Ya.” Hillary semakin mengeratkan pelukannya pada Jullio.“Kemana?”“Aku tidak tahu. Dia pergi dengan lelaki lain.”Jullio menggeleng, ia tidak menyangka ada ibu yang setega itu dengan anak kandungnya. “Bagaimana kau tahu?”“Aku melihatnya sendiri. Dia memilih lelaki lain di banding ayahku. Di banding aku dan kakakku.”“Apa dia ibu kandungmu? Kau yakin soal itu?”Ingin sekali Hillary memungkiri fakta itu. Namun pada kenyataannya wanita yang telah meninggalkan dirinya dan Harry memang benar ibu kandungnya. Se
HILLARY mengekor di belakang Jullio saat mereka sampai di club malam milik Jullio. Seperti kata Jullio, tempat itu sepi. Tidak terlihat banyak orang di sana. Hanya beberapa petugas yang memang bertugas membersihkan club dan penjaga keamanan. Hillary menghetikan langkahnya saat Jullio berhenti. Ia menatap punggung Jullio dengan rasa penasaran yang tidak bisa ia tutupi. “Ada apa?” pertanyaan itu muncul begitu saja dari bibir Hillary.“Aku harus menemui seseorang.”“Oh.” Hanya itu yang Hillary ucapkan meskipun ia ingin tahu siapa orang yang ditemui oleh Jullio. Mungkinkah Bianca? Memikirkan Bianca, perempuan yang pernah bersama Jullio membuat Hillary merengut.“Aku tidak lama.” Jullio menggenggam tangan Hillary. “Kau bisa menunggu di kantorku.” Kata Jullio lagi.“Di mana kau akan bertemu dengannya?” Tanya Hillary.“Di café d