“Apa-apaan ini!” geram Dania sambil melihat isi dari amplop itu yang kini sudah ada di atas meja kerjanya.Dania melihat satu persatu kertas yang dikirimkan oleh seseorang yang sangat dia percayai kalau orang itu pasti Restu. Wajah Dania menjadi lebih mengetat bahkan sesekali dia mengomel sendiri atas kelakuan kekanakan mantan suaminya itu.Entah apa yang hendak direncanakan oleh Restu, hingga pria itu tidak berhenti mengganggunya. Padahal dulu, pria itu sendiri yang menyuruhnya pergi dari kehidupannya.“Siang, Bu.” Maya masuk ke ruang kerja Dania.“Surat nikah? Milik siapa itu, Bu?” tanya Maya yang melihat sebuah gambar surat nikah tapi dia tidak bisa membaca tulisan yang ada di sana.Dania mengangkat wajahnya melihat ke arah Maya, “Restu mana? Apa dia mulai kerja?” Dania sudah tidak sudi lagi memanggil mantan suaminya itu dengan sopan.“Saya kurang tahu, Bu. Apa perlu saya cari tahu?”“Kurang ajar banget tu orang. Bisa-bisanya dia ngirim beginian. Maksudnya apa coba!” geram Dani
Persiapan untuk acara rapat umum para komisaris dan pemegang saham Media Group akan segera dilaksanakan. Selama beberapa hari ini Dania tampak sibuk untuk mempersiapkan acara yang sangat penting ini.Dia tidak ingin membuat Haris kecewa karena sudah mempercayakan acara ulang tahun Media Group kepada dirinya. Dania banyak berkonsultasi dengan Bima dan juga Alex agar dia bisa mendapat petunjuk bagaimana menyusun acara seperti tahun sebelumnya.Dania bahkan tempat lupa tentang kehadiran Restu di perusahaannya. Restu tidak muncul lagi di hadapannya dengan berbagai ancaman yang memuakkan, meskipun sesekali mereka masih bertemu di kantor.“Bu Dania, hari ini Pak Alex ingin bertemu, Bu,” ucap Maya menyampaikan pesan dari Ivan.“Alex mau ketemu aku? Mau ngapain? Emangnya masih ada urusan kita yang belum selesai sama Media Group?” tanya Dania yang rasa sedikit aneh dengan undangan Alex kepadanya.“Saya juga kurang tahu, Bu. Tadi Pak Ivan cuma mengatakan hal itu saja.”“Ya udahlah, emang kap
“Lex, kamu mau ngapain sih? Buruan bilang, mau kamu apa nyuruh aku ke sini?” tanya Dania yang sudah bersiap pergi dari kamar itu. Alex mengangkat pandangannya, “Menurut kamu ngapain?” tanya Alex balik. Mata Dania membulat lebar mendengar ucapan Alex. Dia sangat tidak mengira kalau pria itu akan nekat melanggar perjanjian yang sudah dia susun sendiri. Perlahan namun pasti, Dania melangkah mundur secara perlahan. Alex masih duduk di tempatnya sambil melihat ke arah Dania. Tiba-tiba pintu terbuka kembali. Dania segera melihat ke arah pintu untuk melihat siapa yang masuk ke kamar itu saat ini. Dania makin heran saat dia melihat ada seorang wanita masuk bersama dengan Ivan dan Maya. Para asisten pribadi itu masuk sambil mendorong sebuah gantungan baju, untuk di bawa masuk ke dalam kamar. “Apa ini? Baju siapa ini?” ucap Dania yang masih kebingungan. “Opa nyuruh aku buat nyariin kamu baju. Baju buat acara puncak ulang tahun perusahaan ntar,” jawab Alex sambil menyandarkan punggungnya.
“Lex, bagus gak? Malah bengong aja!” bentak Dania sambil menautkan kedua alisnya.“Hah, kenapa?”“Ini loh, bagus gak?” tanya Dania lagi sambil sedikit bersungut-sungut.“Oh itu ... B aja,” jawab Alex yang kemudian lebih memilih melihat ke arah lain.“B aja? Jelek banget nilainya. Trus gimana ini, jadi ambil gak?”“Ambil aja. Kalo menurut kamu itu bagus ya ambil aja. Gitu aja kok repot.”“Dasar nyebelin!” umpat Dania yang kemudian segera masuk kembali ke dalam kamar mandi.“Bu Dania cantik sekali pakai baju itu. Sangat cocok,” puji Ivan yang sebenarnya ingin mewakili atasannya.Mendengar apa yang dikatakan oleh Ivan, Alex menoleh ke arah asisten pribadinya yang sejak tadi duduk di sofa single, tidak jauh dari tempat dia duduk. Alex menatap tajam ke arah Ivan yang baru saja memuji calon istrinya.Ivan kaget melihat reaksi dari atasannya itu. Pria yang selama ini dia layani itu sejak tadi tampak cuek pada Dania, tapi tiba-tiba saja menunjukkan protes lewat sorot mata tajam yang ki
“Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?”“Mama mau tahu maksudnya apa? Maksudnya itu ....”“Ah gak usah lah, Ma. Ntar aja. Ntar aja Restu kasih tau apa rencana Restu.” Restu batal memberitahu ibunya tentang rencana yang sedang dia jalani saat ini.“Kamu ini gimana sih, Res! Mama udah nungguin ini loh.” Rina kesal dengan kelakuan putranya.“Udahlah, Ma. Pokoknya Mama tunggu aja gimana nanti. Doakan aja semuanya lancar ya, Ma. Restu masuk dulu, Ma. Makasih makanannya.” Restu meninggalkan meja makan begitu saja.“Heh, Restu! Kamu ini emang senengannya bikin Mama kesel aja!”Restu tidak memedulikan lagi apa yang dikatakan oleh mamanya. Dia memilih masuk ke dalam kamarnya agar bisa beristirahat lebih awal.Bekerja sebagai sopir perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengantar jemput para karyawan, membuat Restu merasa sedikit lebih lelah setiap hari. Dia yang berharap bisa duduk di dalam ruangan dingin ber-AC, kini harus rela berangkat kerja lebih pagi dan berpanas-panasan untuk mengant
“Kenapa kamu masih suruh dia kerja di sini?”Dania dan Maya menoleh ke arah pintu masuk saat ada suara seorang pria terdengar di dalam ruangan itu. Mereka berdua melihat ada Alex berjalan masuk ke dalam ruangan itu dengan santainya, bahkan tanpa permisi dulu pada si pemilik ruangan.Alex langsung duduk di sofa single yang ada di ruang kerja Dania. Dia melipat kakinya dan menyandarkan punggungnya di sofa itu dan melihat ke arah Dania. Alex sedang menunggu penjelasan Dania yang masih memperkerjakan Restu di kantor ini.Maya yang tadinya sedang melaporkan sesuatu pada Dania, kini terpaksa undur diri. Dia sangat tahu, kalau orang nomor dua di Media Grup itu sudah datang, pasti ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan atasannya.Dania menatap ke arah Alex. Dia ikut menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya, tanpa ada keinginan untuk mendekati Alex.“Maksud kamu apa bilang gitu?” tanya Dania.“Restu. Kenapa dia masih di sini?”“Emangnya kenapa? Kan aku udah cerita ke kamu sebelu
Dania sedikit terkejut saat langkah kakinya tiba-tiba dihentikan begitu saja oleh Nindi, sekretarisnya. Dia melihat Nindi tampak sedikit resah, seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada dirinya.“Ada apa, Nin?” tanya Dania sambil melihat sekretarisnya.“Maaf, Bu. Sebaiknya Ibu baca ini dulu,” jawab Nindi pelan sambil mengulurkan ponsel miliknya.Dania segera mengambil ponsel milik sekretarisnya itu dan melihat apa yang ingin di tunjukkan oleh Nindi kepadanya. Kening Dania mendadak mengkerut melihat deretan tulisan yang berjajar menghiasi layar ponsel milik Nindi.“Apa ini? Kenapa ada gosip tentang saya? Emangnya kalian selama ini ngomongin apa?” tanya Dania dengan nada sedikit emosi.“Maaf Bu, saya juga tidak tahu kalau ternyata kabar yang selama ini beredar di grup pegawai itu adalah tentang Ibu,” jawab Nindi ingin menjelaskan.“Kabar apa maksudnya?” tanya Maya yang ingin mendapatkan penjelasan lebih jelas.“Gini Bu, sebenarnya sejak beberapa minggu yang lalu di grup ada
“Ya ampun sayang, aku seneng banget akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi. Aku kangen sama kamu,” ucap Restu penuh rasa bahagia hingga tanpa sadar memegang lengan Dania dan ingin memeluknya.“Singkirkan tangan kotormu!” bentak Alex sambil menepis tangan Restu yang dengan lancangnya memegang lengan Dania.Alex langsung menarik tangan Dania agar wanita yang berdiri membeku itu bisa bersembunyi di belakangnya. Dia sangat tahu kalau saat ini pasti Dania sedang bingung bagaimana menghadapi keadaan yang tidak dia sangka. Alex yang kini sudah berdiri di depan Dania, menatap tajam ke arah Restu. Dia siap melindungi Dania yang saat ini sepertinya akan dipermalukan oleh Restu di depan semua orang. “Pak Alex, siapa ini?” tanya salah seorang peserta rapat.“Iya, Pak. Kenapa orang ini kayak kenal Bu Dania.” Pertanyaan lain datang untuk Alex.“Dia sopir perusahaan. Gak tau apa maksudnya sampe dia berani bertindak segila ini. Ivan, panggil penjaga. Usir dia sekarang juga!” perintah Alex pada asist