"Eva, beraninya kamu mendorong Rebecca hingga jatuh dari tangga?" Victoria menunjuk Eva dan jarinya gemetar karena marah. Dia berharap dia bisa menyodok menembus tengkorak cucu menantu perempuannya.
Abraham berdiri diam di sudut, terlalu malu untuk mengatakan apa pun.Aiden menatap mata Eva, sebelumnya wanita itu akan membeku di tempat karena terlalu malu untuk membela diri. Namun, sekarang sepertinya Eva menuduh Aiden seolah-olah pria itulah yang seharusnya malu."Well hey, siapa wanita pemberani ini?" Aiden bertanya-tanya, "Dan apa sebenarnya yang dia coba lakukan?"Eva mengerutkan kening pada Aiden. Meskipun mata kiri Rebecca diselimuti lingkaran hitam memar, Eva menjadi sombong dan lebih percaya diri sejak wanita itu tiba. Aiden segera menyadari perubahan halus pada Eva ini. Sepertinya itu provokasi terbuka. Aiden menyadari bahwa Eva pasti mengirimi Rebecca pesan misterius yang mengundangnya ke rumah. Ketertarikan dan keingintahuan menyusup ke tatapan Aiden yang penuh perhitungan dan tajam."Benarkah Anda mendorong Nona Jonas menuruni tangga seminggu yang lalu, Nyonya Eva Malik?" Seorang wartawan bertanya."Katanya Anda berniat bercerai," teriak yang lain, "Apakah ini alasannya?""Apakah ada sesuatu yang terjadi antara Tuan Malik dan Nona Jonas?""Eva, apakah Anda mendorongnya karena Anda merasa cemburu?""Apakah kehamilan masih diperhitungkan?""Kehamilan? Kurasa itu tergantung pada Aiden." Eva menjawab.Dia tersenyum ringan dan menatap Aiden memprovokasi. Eva ingin melihat bagaimana Aiden akan menangani situasi ini. Lagi pula, Nyonya Malik adalah gelar yang bisa diubah, tetapi perasaannya yang lembut terhadap kekasih masa kecilnya tidak dapat berubah dengan mudah. Bisakah dia tahan membicarakan kehamilan imajinernya di depan wanita yang dicintainya?Kehamilan?Rebecca menoleh ke Aiden dengan heran. Dia ingin Aiden menatapnya, meyakinkannya dengan senyuman atau anggukan kepala. Tapi sejak Rebecca memasuki ruangan, pria itu bahkan tidak meliriknya. Sebaliknya, Aiden tetap terpaku pada Eva, mengawasi wanita itu dengan emosi yang tak terbaca di matanya. Seolah dia sedang melihat mainan baru yang menarik."Apa yang terjadi dengan rasa jijik di mata Aiden ketika pria itu biasa memandang Eva?" Rebecca bertanya-tanya, "Apakah mereka jadi bercerai atau tidak?Rumor yang berkembang muncul di ruangan saat kerumunan berspekulasi.Tiba-tiba tidak sabar dengan seluruh adegan, Aiden mengumumkan, "Kalian bisa mulai mengharapkan kabar baik dari Nyonya Eva Malik dan aku."Kata-katanya menyebabkan lebih banyak hiruk pikuk. Semua orang tahu bahwa keluarga terhormat bekerja dengan cara yang misterius, tetapi konferensi pers ini mengejutkan. Para wartawan saling mengangguk. Mereka tahu pengumuman itu adalah kata terakhir Aiden."Tolong tinggalkan kami sekarang," kata Alfred, "Jika ada lebih banyak berita tentang pasangan Eva dan Aiden Malik, kami akan memberi tahu kalian semua."Para pengawal menerima perintah mereka dan mulai membersihkan ruangan.Seorang jurnalis yang pantang menyerah bertanya, "Apakah ini berita kehamilan atau perceraian?"Tidak ada jawaban. Para pengawal mencengkeram lengan pria itu dan menyeretnya keluar ruangan.Rebecca menjadi pucat saat Aiden menyebutkan mengenai kehamilan. Gadis itu menundukkan kepala dan menyingkir, terlihat merasa dikhianati. Eva melihat hal tersebut melalui setiap ekspresi dan gerakan. Satu menit dia licik dan kejam lalu menit selanjutnya dia berpura-pura murni dan tidak bersalah. Betapa baiknya dia berpura-pura!"Rebecca," Victoria Malik yang terhormat memanggil gadis itu."Datanglah ke kamarku," tambah wanita tua itu lagi.Rebecca mengerti kalau Victoria ingin berbicara dengannya secara pribadi, dan Rebecca mengikuti wanita yang lebih tua itu dengan patuh. Saat dia meninggalkan ruangan Rebecca melemparkan tatapan menggoda pada Aiden tapi pria itu sepertinya tidak menyadari hal tersebut. Rebecca dengan cepat menundukkan kepalanya, jantungnya berdebar kencang di telinganya.Semua wartawan telah pergi. Victoria juga pergi. John menyadari dia dan keluarganya tidak bisa berlama-lama lagi dan mereka bergegas keluar ruangan. Hanya Alfred, beberapa pelayan, Aiden, dan Eva yang tersisa di ruang makan besar. Suasananya masih sangat tegang."Minta Nyonya Eva Malik untuk kembali ke kamar tidur."Aiden menelan dan menatap Eva yang kebal terhadap situasinya saat ini dan terus minum.Para pelayan berduyun-duyun ke arah Eva untuk mengantarnya keluar ruangan. Tiba-tiba, sebuah gelas terbang di udara dan pecah di kaki mereka. Terkejut, para pelayan berhenti lalu menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan Eva selanjutnya. Eva menilai Aiden dengan ketidaksukaan yang mencolok. Kemudian dia mengangkat tepi gaunnya, melepas sepatu hak tingginya dan naik ke meja makan."Nyonya Eva Malik, ini terlalu berbahaya," protes para pelayan, "Tolong, turunlah."Prang!Eva melempar gelas lagi dan kemudian piring yang dilapisi pola daun emas yang halus. Piring terbang di udara menuju Aiden.Para pelayan berteriak, "Tuan Aiden, hati-hati!"Aiden memiringkan kepalanya sedikit dan piring itu berdesing melewati telinganya. Itu menabrak dinding dengan cepat dan sengit, membuktikan bahwa wanita itu memang serius dan berusaha menyakitinya."Aku hamil? Denganmu?" Eva mendesis, "Kau pasti bercanda."Piring lain meleset dari target yang dituju dan Eva merasa kecewa. Dia membungkuk dan meraih piring di dekat kakinya dan melempar ke arah Aiden lagi."Aiden, apakah kau takut menceraikanku?" dia bertanya.Eva sangat marah. Dia berpikir bahwa rencananya tidak akan gagal. Dia mengundang Rebecca, kekasih masa kecil Aiden dan juga pers demi memastikan kemenangannya. Eva mengira bahwa perceraian sudah diatur, tetapi Aiden menggunakan cerita konyol tentang kehamilan ini untuk mengubah situasi dan merusak rencananya."Apakah kau sangat menginginkan perceraian?" Aiden bertanya dengan rasa ingin tahu yang tulus.Eva siap melempar piring lagi, tapi dia berhenti. Wanita itu akan mengangguk, ketika didengarnya pria itu kembali berkata dengan, "Sayang sekali, Eva, tetapi, aku tidak ingin bercerai."Sebotol anggur merah pecah di kaki Aiden, memercik ke seluruh sepatu dan celana mahalnya."Mengapa tidak?" Eva menuntut.Dia tersandung ke ujung meja Aiden."Apakah satu malam yang penuh gairah membuatmu jatuh cinta padaku?" Eva bertanya dengan nada mengejek.Dengan cepat, Aiden meraih Eva dari meja lalu menyampirkan wanita itu di bahunya. Dia memeluknya seperti predator yang baru saja menangkap mangsa. Eva berteriak dan berjuang sekuat tenaga. Dia meninju punggung Aiden berulang kali, "Aiden, ceraikan aku, kau dengar tidak? Atau aku akan..."Aiden mengangkat alisnya dengan penuh minat dan geli. "Atau apa?"Nada mengejeknya membuat Eva marah. Eva menggeliat dan dia menggeser berat badannya, berusaha melepaskan diri, tapi, Aiden mengubahnya menjadi gendongan dengan gaya pengantin. Eva tidak menyukai itu, dia memutar kepala lalu dengan kejam menggigit tulang selangka pria itu. Darah merembes dari luka dan membuat kemeja sutra Aiden memerah, tetapi Aiden bergeming. Pria itu terus menggendong Eva menaiki tangga lalu menyusuri aula sebelum akhirnya melemparkan Eva ke sebuah tempat tidur ukuran besar."Bajingan!" Eva menopang dirinya dengan siku.Gaun berpotongan rendahnya mengungkapkan pemandangan yang membangkitkan hasrat. Aiden perlahan membuka kancing emas di kemeja. Dia biasanya bukan pria yang menuruti kesenangan duniawi. Di masa lalu, Eva mencoba segala cara untuk merayunya, tetapi Aiden tetap tidak tertarik. Aiden bahkan jarang menyenangkan dirinya sendiri. Tapi Eva yang baru ini, wanita pemberani dan kurang ajar yang menghina dan menyerangnya, membuatnya penasaran. Tidak ada wanita yang pernah memperlakukan Aiden seperti itu sebelumnya.Eva merasakan tempat tidur tenggelam karena berat pria itu dan Aiden memposisikan dirinya di atasnya. Eva mengerutkan dahi. Itu sudah jelas apa yang pria ini inginkan. Rasanya Eva ingin meninju wajah arogan itu atau menendang Aiden di bola pria itu, tetapi Eva memutuskan untuk menggunakan tipu muslihat saja."Apakah kau jatuh cinta padaku, Aiden?" Eva bergumam, "Bukankah kau mengatakan kau tidak bisa melakukannya denganku jika tanpa obat perangsang?"Apakah Eva sedang memprovokasinya? Apakah ini masih bagian dari rencananya untuk bercerai? Aiden tidak peduli. Tidak ada yang bisa menceraikannya. Jika akan terjadi perceraian, itu harus menjadi keputusannya, pengumumannya dan bukan orang lain.Aiden meraih tangan Eva lalu mengarahkannya ke celananya, menekannya ke bagian yang kaku di dalamnya,"Sepertinya aku bisa sekarang," kata pria itu.Panas dan keras. Mata Eva melebar karena terkejut, "Aiden, apa yang kau inginkan?""Apa yang aku inginkan?" Tatapannya intens dan menuntut, "Aku ingin membuat ahli waris denganmu, Nyonya Eva Malik, bagaimana dengan itu?"Ini pertanyaan, tapi tidak terdengar seperti pertanyaan. Pria itu memberitahu Eva keputusan penting.Eva ingin menampar wajah itu, tetapi sayangnya, Aiden menjepit tangan Eva di atas kepalanya.Eva sangat marah, tapi dia merasakan sesuatu yang keras dan hangat menekan perutnya. Eva memelototinya, "Apa kau tahu seperti apa dirimu sekarang, Aiden? Kau tidak lain seperti seekor serigala."Eva sedikit sakit kepala. Kata-kata cabul yang keluar dari mulutnya sendiri sungguh berlawanan dengan sikapnya yang biasanya patuh. Dadanya berdebar secara aneh."Oh ya? Jika aku adalah serigala lalu kau adalah apa? Si tudung merah?" Aiden mengatupkan bibirnya, "Jangan lupa, Eva, bahwa kaulah yang membiusku dan memohon agar aku mencintaimu. Kaulah yang menggeliat di bawahku. Dan setelah malam yang begitu intens, bagian ini…"Aiden menelusuri ujung jarinya dari tulang selangka ke perut Eva yang mulus. Itu berarti satu hal. Eva gemetar membayangkan memiliki anak dengan Aiden dan menggelengkan kepalanya dari kanan ke kiri. Wanita itu lantas menusukkan jarinya ke dada Aiden sebagai protes, tapi pria itu menganggap gerakan itu sebagai godaan.Aiden telah memberi Eva banyak kelonggaran hari ini, men
Saat Eva membersihkan dirinya di kamar mandi, Rebecca duduk bersama Nyonya Victoria Malik di sayap timur mansion Malik yang tenang dan berselera tinggi. Kediaman Malik terdiri dari satu rumah utama yang terletak di sebidang tanah yang luas, tetapi keluarga tersebut juga memiliki belasan rumah dan kondominium lain dengan berbagai ukuran di seluruh kota. Bahkan di puncak kekuasaan dan prestise mereka, kediaman keluarga Jonas tidak berukuran setengah dari rumah Malik.Sejak keluarga Jonas mulai kehilangan uang dan ketenaran, Rebecca bertanggung jawab untuk memulihkan reputasi keluarganya. Cara termudah untuk melakukannya adalah menikah dan tidak ada kandidat yang lebih baik selain daripada Aiden. Aliansi dengan keluarga Malik akan lebih dari sekadar memulihkan status keluarga Jonas, itu akan mengangkat mereka ke posisi yang baru.Seharusnya tidak begitu sulit. Rebecca tumbuh bersama Aiden dan semua orang berharap mereka berdua menikah. Eva muncul entah dari mana, dan pernikahannya dengan
Di kamar mandi yang beruap, Aiden dengan sedikit bertenaga menggosokkan waslap ke seluruh tubuhnya. Keterlaluan! Aiden tidak percaya bahwa Eva telah muntah di tubuhnya. Apakah mencium Aiden sebegitu menjijikkannya bagi Eva? Pikiran itu membuat Aiden terbakar amarah.Aiden menyesuaikan tekanan air hingga air menetes ke kulit perunggunya. Air itu mengalir ke perutnya yang kokoh, menonjolkan otot-otot tubuhnya yang seksi. Dia keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambutnya dengan handuk lalu mengenakan jubah gelap dan mengikatnya secara longgar di pinggang.Pelayan telah membersihkan kamar saat dia sedang mandi dan sepertinya mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik. Lampu mati, tetapi lilin aromaterapi menyala dan berkedip penuh semangat di kandil di lemari kayu berukir. Cahaya redup menciptakan suasana romantis.Seorang wanita dengan tubuh sempurna sedang berbaring di tempat tidur membelakangi Aiden. Selimut putih tebal meluncur dengan menggoda dari bahunya, memperlihatkan pungg
Pelayan itu memalingkan muka dari Aiden dengan tergesa-gesa. Dia bingung dan malu. Semua orang mengatakan bahwa Aiden diam-diam menginginkan Rebecca, sekarang berkat rencana Nyonya Eva Malik, Nona Rebecca Jonas berbaring telanjang di tempat tidur Aiden. Pelayan itu merasa, tidak masuk akal bagi Aiden untuk marah seperti itu. Bukankah situasinya tidak memalukan—normal bagi pria sekuat Aiden untuk memiliki beberapa wanita simpanan. Yah, begitulah yang pelayan itu pikirkan.Tampilan Aiden menusuk dan suram. Dia melirik lilin di seberang ruangan. Api biru gelapnya masih berkelap-kelip. Dia berjalan mendekat, mengambilnya dan membawanya ke hidungnya. Dia menghirup dengan cepat."Minta Dokter Walker datang ke sini," perintahnya.Pelayan pertama memanggil Dokter Benjamin Walker dan yang lainnya masuk untuk membantu Rebecca berpakaian.Dokter Benjamin Walker datang dengan cepat. Dia memeriksa Rebecca terlebih dahulu. Meskipun dia berpakaian, wajahnya masih merah dan dia mengeluh bahwa dia kepa
Sebuah mobil BMW berwarna putih berhenti di tempat parkir St. Lewis. Mobil itu terlalu mencolok untuk sebuah rumah sakit.Bertindak seperti seorang pria sejati, Dokter Sebastian Lewis membuka pintu mobil dan membantu Eva keluar dari kendaraan. Dia mengulurkan tangan agar Eva bisa meletakkan tangan sembari memberinya tatapan penuh simpati.Eva telah berganti pakaian menjadi gaun abu-abu konservatif sebelum meninggalkan rumah, tetapi dia telah memotong sebagian kerahnya untuk memperlihatkan bahunya yang seksi. Kain putih dari kerah itu sekarang melilit pinggangnya sebagai ikat pinggang. Pakaiannya unik dan kreatif, dan Sebastian mau tidak mau menyadari bahwa itu berbeda dari pakaian biasanya.Pria itu tersenyum sopan dan menatap Eva dalam-dalam. Matanya jernih, tetapi tidak terbaca pada saat bersamaan."Kau sangat berbeda sekarang, Eva," dia mengamati."Kau tahu tidak kalau pujianmu itu membuatku merasa seperti kembali dari kematian," jawab Eva."Benarkah? Aku tidak tahu itu," kata Sebas
Eva bersandar pada Sebastian saat dia mencoba mendapatkan kembali keseimbangannya.Mungkinkah Aiden? Mungkinkah itu Aiden? Dia bertanya-tanya. Apakah Aiden mencoba membunuhnya agar pria itu bisa menikahi gadis impiannya?Eva menggelengkan kepalanya lagi. Itu masih tidak masuk akal. Jika Aiden ingin menyingkirkannya, mengapa dia merusak pengumuman perceraian Eva dengan rencana kehamilannya?Imajinasi Eva menjadi liar, kecurigaannya mulai terdengar seperti plot drama Korea.Sebenarnya Aiden bisa menjadi agen ganda yang sempurna. Pria itu bisa dengan mudahnya sukses sebagai aktor karena Aiden sangat pandai berbohong dan berpura-pura. Memikirkan itu, raut wajah Eva menjadi masam."Apa yang salah?" Sebastian bertanya, "Kau terlihat kacau. Apakah kau sudah minum obat?" Telapak tangan Sebastian yang besar menyentuh dahi Eva dan kamera berbunyi pelan di latar belakang."Bisakah aku mendapatkan pil pencegah kehamilan di sini?" Eva bertanya dengan nada sedih."Tidak. Kau tidak bisa mendapatkanny
"Apa kau ingin obat itu untuk berjaga-jaga kalau pria itu tidak tahan untuk menyentuhmu?" tanya Sebastian.Eva tidak dapat menyangkal bahwa dia sengaja membuat Aiden kesal dalam upaya membujuk pria itu untuk menceraikannya. Tapi itu tidak berhasil seperti yang Eva rencanakan.Percakapan sepertinya menjadi terlalu berat, jadi Eva bercanda, "Ya, itu sulit, Sebastian, karena kau tahu aku sangat cantik."Eva tersenyum dengan mata birunya yang indah membuat Sebastian merasa hatinya bergetar. Bagaimana mungkin dia bisa menolak pesona wanita di hadapannya ini?Eva mengubah topik pembicaraan kembali ke pil kontrasepsi, "Pil ini bekerja hingga 48 jam setelahnya, kan?"Sebastian masih tenggelam dalam keterpesonaan. Begitu sadar ia berdehem dan mengangguk. "Ya," sahutnya kemudian."Kalau begitu, aku mau pil ini beberapa lagi untuk berjaga-jaga."Satu per satu, dengan hati-hati Sebastian memasukkan pil ke dalam wadah kaca dan menyerahkannya pada Eva tanpa satupun pertanyaan.Sebastian tahu apa yan
Maria tentu saja tidak menanggapi, dia hanya berbaring di sana dan tidak bergerak. Eva meraih tangan Maria sedangkan Sebastian menarik kursi untuknya. Eva duduk dan membelai kerutan di tangan wanita tua itu. Koma yang lama telah menyebabkan penurunan berat badan yang begitu dramatis sehingga Eva merasa seperti hanya mengelus kulit dan tulang. Hatinya terasa sakit."Maaf, Maria, butuh waktu lama bagiku untuk datang menjengukmu," dia meminta maaf, "Tolong jangan marah kepadaku. Kau tahu kan betapa ketatnya aturan di Malik mansion — butuh waktu lama bagiku untuk menyelinap keluar. Tapi kau biasanya pasti akan memarahiku jika aku ketahuan gara-gara menyelinap."Tiba-tiba Eva tersenyum, mengingat betapa khawatirnya pengasuhnya itu setiap kali dia pulang melewati jam malam. Wanita yang lebih tua itu biasa ikut kesal ketika Eva mengeluh bahwa rumah Malik seperti penjara."Apakah kau akan bangun jika tahu kalau aku menceraikan Aiden?" dia bertanya.Eva menatap wajah Maria yang tenang. Jika Ma