Malam itu, Kanya dan Gabriella pergi dengan perasaan yang bercampur aduk.
Helios, yang ingin membereskan semuanya, menggandeng tangan Julia dan mengajaknya ke kamar mereka.Namun, Julia menarik tangannya dengan geram, “Aku masih ingin duduk di ruang tamu!” sergahnya sinis.Helios menghela napas, “Kita harus berkemas, Julia. Besok pagi, aku akan mengantarmu kembali ke negaramu.”Mendengar itu, ekspresi wajah Julia berubah. Dia menatap Helios dengan tatapan penasaran, “Benarkah, kau tidak sedang membohongiku kan, Helios?” tanyanya penuh harap.Helios mengangguk, “Terserah mau percaya atau tidak. Kita hanya harus segera bersiap.”Julia tersenyum lega dan akhirnya mau diajak ke kamar. Begitu mereka masuk, Helios mendekap Julia dari belakang, bibirnya mendekati telinga Julia, “Sebelum kita berkemas, ada bagusnya kalau kau menyenangkan ku lebih dulu, Julia,” bisiknya lembut.Julia mengernyit, hatinya merasa jengkel namun tanAlenta tersenyum lega, pembicaraannya dengan Sofia berakhir baik. Sempat tidak menyangka bahwa Sofia akan menikah dengan pria lain, mengingat sebelumnya Dia terlihat begitu obsesi terhadap Edward. Alenta mulai tersadar bahwa, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dulu, Dia pikir dia tidak akan pernah berani mencintai seseorang apalagi memikirkan untuk dicintai. Hidupnya terlalu sampah yang tak memiliki arti, sekarang semuanya menjadi kebalikannya. Dia dicintai oleh Edward, mencintai Edward, memiliki anak, memiliki keluarga. “Rasanya, kehidupan benar-benar berubah dengan sangat cepat.” gumam Alenta. Ingat bahwa barang belanjaannya belum dia susun, Gegas Alenta mengerjakan itu. Hari ini ia membeli banyak sekali stok makanan dan juga buah, belanja sendiri sangat menyenangkan hingga tidak menyadari seberapa banyak yang dibelinya. Sekitar hampir 1 jam, menyusun belanjaan akhirnya selesai.
Edward dan Alenta datang ke rumah Karina saat malam hari, menjemput anak-anak mereka untuk pulang. Namun, karena Ron tiba-tiba saja tidak mau diajak pulang, terpaksa juga Alenta dan Ron menginap di sana.“Aku pikir, Ron pasti akan menangis saat kami berdua datang ke sini karena tidak betah dengan Nenek yang galak,” ujar Edward menduga-duga.Kesal mendengar ucapan putranya itu, bantal kecil di sofa tempat ia duduk segera ia lemparkan kepada Edward. “Bicaramu itu kurang ajar sekali, Edward!” Karina mendengus kesal. Edward tertawa kecil, Karina pun tersenyum. Sudah lama dia tidak bercanda seperti ini dengan Edward, ternyata menyenangkan juga. Mereka kembali mengobrol, hingga pada akhirnya makan malam bersama. Ron dan Elea tidur di kamar tamu bersama dengan perawatnya Elea. sementara itu, Edward dan Alenta kini ada di kamar milik Edward yang digunakan Edward saat dia tinggal di rumah itu. “Wah, ternyata selera
Alenta, Edward, dan seluruh penghuni rumah baru saja sampai di rumah. Tidak ada banyak waktu yang tersisa, Edward segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap pergi ke kantor. Untungnya, sebelum kembali ke rumah mereka, tadi sudah sarapan di rumah Karina dan Horrison. Elea dan Ron, mereka langsung menyerbu mainan mereka. Alenta pun segera membantu apa saja yang dibutuhkan Edward agar tidak membuatnya terlambat. Satu setel pakaian kantor, sepatu dan juga kaos kaki, jam tangan, dan juga dasi. Laptop juga segera Alenta masukkan ke dalam tasnya, ponsel tidak lupa. Begitu keluar dari kamar mandi, Edward tersenyum lebar karena semuanya sudah dipermudah oleh Alenta. “Terima kasih, Sayang.” ucap Edward. Alenta pun menganggukkan kepalanya.“Sudah tidak ada lagi yang diperlukan, kan? Aku mau ke dapur dulu untuk buat jus. Edward mengusap kepala Alenta dengan lembut. “Tidak ada, kalaupun
Alenta menggeleng tak percaya mendengar cerita Julia. Dia hampir lupa bernafas bahkan, tapi Julia bisa dengan santainya berbicara tentang masa lalunya hingga sampai terjadi begini. “Ternyata, ada banyak kegilaan yang terjadi di antara kalian berdua, ya.” ucap Alenta yang merasa begitu keheranan. Julia pun mengangkat kedua bahunya, menghela nafasnya pasrah karena memang seperti itulah kenyataannya. “Kak, pernikahan seperti itu apa kak Julia akan baik-baik saja nantinya?” tanya Alenta yang begitu penasaran dan juga khawatir. Mengingat hubungan pernikahan Julia dengan Edward sebelumnya, siapapun juga tidak menduga bahwa pada akhirnya mereka akan bercerai. Parahnya, Alenta harus terlibat, dan menjadi titik final hingga Julia dan Edward memutuskan untuk berpisah. Mendengar pertanyaan dari Alenta, Julia memahami kekhawatiran adiknya itu. Ia sendiri ragu tentang pernikahan ini, namun sadar juga tidak ada jalan untuk mundur atau kabur. Julia memaksakan senyumnya, “Pernikahan yang suli
“Hentikan!” ucap Alenta kepada Herin dan juga Wilhem. “Aku tidak menginginkan hal semacam ini, apalagi sampai Ayah dan Ibu bersujud di hadapanku. Bangunlah, Jangan membuatku terkesan sangat jahat kepada kalian! Sungguh, aku mohon...”Tanpa izin dari Alenta, wilhem bangkit, membungkuk, dan langsung memeluk Alenta erat. “Ayah akan berusaha untuk menebus dan memperbaiki diri agar kau bisa menyayangi Ayah seperti seharusnya.”Hanya bisa membisu mendengar ucapan Ayahnya, tidak tahu harus mengatakan apa. Sebenarnya, siapapun jelas tidak ingin memiliki hubungan yang buruk dengan Ayahnya sendiri maupun Ibunya. Namun, sejak tidak terlalu dekat dan tidak tinggal di rumah kedua orang tuanya, Alenta merasa hidupnya baik-baik saja. Kelegaan yang dia dapatkan sangat luar biasa saat jauh dari kedua orang tuanya. Sungguh, berbeda jauh dari anak lainnya.Herin bangkit dari posisinya, menyeka air matanya. Tidak berani dia memeluk Alenta, namun dia akan berusaha untuk menjadi Ibu yang baik sehingga p
Edward perlahan membuka pintu ruangan di mana Alenta berada. Begitu pintu terbuka, dia terdiam takjub melihat Alenta yang terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin putih yang mengekalkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Riasan wajahnya yang natural namun memukau, membuat Edward terpana seketika.Tak sadar, mata Edward mulai memerah dan berkaca-kaca, terhanyut dalam keindahan wajah istrinya yang begitu luar biasa. “Bagaimana bisa malaikat secantik ini ternyata adalah istriku?” ungkapnya. Dalam langkah pasti, Edward berjalan mendekati Alenta yang tersenyum lembut, tatapannya penuh kasih dan kebahagiaan. “Pujian yang berlebihan seperti itu membuatku justru tidak nyaman,” ungkap Alenta. Edward meraih tangan Alenta yang halus, menggenggamnya erat sambil mengucapkan terima kasih dari lubuk hatinya. “Terima kasih, Sayang. Aku tidak tahu bagaimana lagi mengungkapkan perasaan bahagiaku ini, aku juga sangat bersyukur karena ternyata kau adalah istriku, dan ibu dari anakku.” ucapnya dengan
“Bagaimana?” tanya Edward, menyambut di depan pintu saat Alenta keluar dari kamar mandi. Tidak langsung menanggapi pertanyaan Edward dengan kata-kata, Alenta langsung memberikan tes kehamilan mandiri kepada Edward. Segera Edward menerima itu, menatapnya dengan seksama. Senyum di bibir Edward mengembang sempurna melihat itu. “Dua garis, kau hamil!” ucapnya bersemangat.Alenta tersenyum, namun dia tidak terlihat bersemangat bahkan sampai Edward memeluknya dan terus mencium pipinya. Ron masih terlalu kecil, masih juga dia harus menjaga Elea. Melakukan aktifitas semacam itu dengan kehamilan, Alenta merasakan takut yang luar biasa. Dia harus bisa memaklumi dan mengutamakan kesehatan diri karena ada bayi di dalam perutnya. Namun, bagaimana dengan Ron juga Elea? Memperbanyak istirahat akan membuat waktu bersama kedua anaknya itu berkurang jauh. Keluhan kehamilan seperti, mual, pusing, dan banyak hal lainnya lagi akan menghambat beberapa aktivitas.Alenta sebenarnya bahagia karena akan k
Julia dan Helios mengepak barang-barang mereka dan siap untuk berlibur bersama Elea. Tidak lupa juga, mereka mengajak perawat Elea untuk memastikan kebutuhan anak tersebut terpenuhi sepanjang perjalanan, memastikan keamanan Elea. “Sayang, sudah siap, kan?” tanya Julia untuk memastikan. Mendengar pertanyaan dari ibunya, Elea pun menganggukkan kepalanya. Setelah tiba di tempat tujuan, mereka mulai menjelajahi berbagai tempat menarik dan mencoba berbagai aktivitas untuk memahami selera Elea.“Sayang Kalau ada yang kau mau, cepat katakan kepada Ibu, ya...” pinta Julia yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari Elea. Suatu waktu, mereka berjalan-jalan di pasar buah setempat. Julia terkejut saat melihat Elea menunjuk-nunjuk buah yang beraneka ragam. “Ibu, Elea mau beli buah ini!” ucap Elea dengan semangat. Julia tersenyum dan membelikan buah yang diminta Elea, kemudian mereka menikmatinya bersama di taman, tentu juga bersama dengan Helios. Sambil menikmati buah-buahan, Julia berbic