‘’Akan kubuat Leo segera menceraikan kamu!’’ bisik Mama mertua di telinga kananku. Tubuhku kembali tersentak, perkataan Mas Leo yang membuat sakit di hati masih belum sembuh, mama kembali menaburkan garam di luka hatiku ini.
Perih, itulah yang aku rasakan saat ini, sakit tak berdarah, itulah sebutannya. Kuhembuskan nafas berat berharap sesak didada sedikit berkurang.‘’Kenapa Mama melakukan itu? Kenapa Mama seperti sangat membenciku Ma?’’ tawa Mama menggelegar memenuhi isi ruangan, kulihat Reza yang masih disana melirik tak tega dan lirih kepadaku, sungguh Mama memang begitu licik orangnya.‘’Kau menikah dengan putraku. Itu kesalahan fatal buatmu Zahwa! Kan ku manfaatkan situasi ini untuk membuat Leo segera menceraikanmu, ingat itu!’’ ancam Mama mertua menatapku dengan nyalang.Aku shock mendengar perkataan mama mertuaku, begitu teganya dia selalu menyakitiku, padahal selama ini aku selalu berbuat baik padanya.Ibu berjalan memutariku. Aku berdiri mematung, ‘’Kau tahu, sebenarnya aku tidak menginginkan kamu menikah dengan Leo, karena kau adalah wanita yang menghancurkan rencana besarku!’’ Mama mertua mengangguk dengan tersenyum licik kearahku. Aku mendelik‘’Rencana besar apa Ma? Zahwa tidak merasa menghancurkan rencana Mama! toh aku tidak pernah tau rencana apa yang sedang Mama rencanakan selama ini!’’ ucapku dengan nada sura parau. Kutahan sekuat tenaga agar suara tangisan tak keluar dari bibirku.‘’Kau masih mempertanyakan itu Zahwa! Coba kau pikir sendiri!’’ ucapnya dengan berlalu pergi meninggalkan aku dan juga Reza.‘’Tunggu, Ma!’’ aku mencekal pergelangan tangan Mama keras.Mama menatapku dengan sorotan mata menantang kearahku.‘’Kenapa Mama sejahat itu padaku! Teriakku dengan memelas.‘’Aku tak sudi punya menantu sepertimu! Cepat atau lambat kan kubuat Leo menikahi Keisya, dan kubuat Leo segera menceraikanmu, bagaimanapun caranya!’’ tegasnya.Jleb...Ucapan Mama bagaikan pedang satria yang menusuk tajam hatiku ini.Aku menatap sayu kearah Mama, ‘’Ma, aku mohon, jangan lakukan itu padaku! Bagaimana kalau kakek dan juga Leo tau soal ini, pasti mereka akan marah besar Ma!’’mata Mama mendelik seakan mau keluar dari tempatnya.‘’Tak akan aku biarkan semuanya itu terjadi! Aku akan lebih dulu menyingkirkan kamu dari rumah ini!’’ tandasnya nyelekitTanganku terkepal dengan kuat, Meskipun telinga ini sudah kebal mendengarkan kalimat yang keluar dari Mama sedari tadi, tapi mendengarnya kembali dengan hati yang sedang bergemuruh, membuat emosi seketika meledak.Kuangkat telunjuk tepat didepan wajah Mama.’’ Tutup mulut Mama! takkan kubiarkan mama membuat aku cerai dengan Mas Leo! Jangan mimpi!’’ raut wajah Mama semakin terlihat bengis dan menantang, Mama menepis tanganku.‘’Dasar wanita kurang ajar! Rasakan ini!’’‘’Ugh’’ kucekal pergelangan tangan Mama sebelum menyentuh kulit wajahku. Sedikit terpilintir hingga Mama terlihat meringis kesakitan.‘’Maafkan Zahwa Ma, kalau Zahwa menyakiti Mama. Zahwa hanya ingin melindungi diri Zahwa, sepertinya batas kesabaran Zahwa telah terlewati, Zahwa sudah tidak bisa memaklumi tindakan Mama,’’ gumamnya dalam hati.Pandangan kami yang saling beradu, segera kulepas pergelangan tangan Mama, dengan sedikit menghentakkannnya, hingga membuat tubuh wanita paruh baya itu sedikit terhuyung.Aku segera berlalu dari hadapan Mama mertuaku. Aku melangkah menuju kamar dengan diiringi sumpah serapah yang keluar dari mulut Mama mertua.‘’Dengarkan sumpahku Zahwa, semoga kau segera diceraikan oleh Leo dan menjadi janda seumur hidup!’’ Sumpahnya kepadaku.Aku menghentikan gerakan tanganku saat ingin membuka handle pintu.JlebTubuhku seperti tertusuk seribu pedang mendengar sumpah Mama, air mataku tak bisa ditahan lagi dan keluar dari persembunyiannya.Kuhela nafas panjang, Aku melangkah ke ranjang kamar ingin tidur dan menenangkan luka hati ini, mendengar suara langkahku, Mas Leo langsung menatapku.Entahlah mau kemana dia. Biarlah aku tak peduli. Hati ini masih sakit mengingat kata pelac*ur yang keluar dari mulutnya.Untunglah hari ini keisya tidak menginap dirumah ini, jika ia disini, ia pasti akan membantu Mama mengeroyok aku, dia seperti benalu dalam rumah tanggaku.***Hari semakin larut, jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ingin kupejamkan mata ini, ingin ku istirahatkan pikiran ini dari masalah yang begitu sulit kuhadapi, tapi kedua mata ini tak kunjung terpejam juga.Mas Leo juga tak kunjung kembali. Mungkin ia akan bermalam dikamar lain. Biarlah toh aku tak peduli aku capek.Kusandarkan tubuh dikepala ranjang. Pikiran ini berkelana jauh entah kemana-mana. Kemungkinan terburuk terus menghantui pikiranku.Entahlah apa yang akan terjadi dengan biduk rumah tanggaku yang masih seumur jagung ini.‘’Astaga apa yang harus aku lakukan!’’ gumamkuKepala ini terasa begitu pening. Masalah rumah tanggaku tarasa begitu sulit, aku iri dengan orang-orang diluar sana yang baru saja menikah begitu sangat romantisnya kehidupannya, tapi berbeda dengan rumah tanggaku.Ucapan Mama mertua tak hentinya menggema di kedua telingaku, saaat ia mengatakan akan bertekad untuk memisahkan aku dengan Mas Leo.Jika Mama berhasil menghasut Mas Leo, selanjutnya apa yang harus aku lakukan? Akan kubawa kemana diriku ini, Aku malu jika aku harus pulang kerumah orang tua, aku takut orang tuaku akan menjadi omongan tetangga, aku tak mau membuat orang tuaku menanggung malu, karena Mas Leo adalah laki-laki pilihanku sendiri dikala aku akan dilamar oleh anak Kepala Desa.‘’Arggh.’’ aku mencengkeram rambutku.Berkali-kali aku mencoba menghembuskan nafas panjang, berharap sesak di dada semakin berkurang. Tapi usahaku sia-sia.Apakah kehidupan rumah tanggaku akan hancur begitu saja tuhan? lirihkuSetelah aku terhanyut dalam lamunan begitu lama, tiba-tiba pintu kamar terbuka pelan. Lampu kamar telah aku matikan, sehingga keadaan kamar gelap meremang.Krekk,‘’Mas Leo?’’ panggilkuNamun orang yang pelan-pelan masuk ke kamarku itu tidak menjawab panggilanku. Aku tetap tenang, pantas saja jika Mas Leo tidak menyahut karena ia masih marah padaku.Tak lama kemudian pintu tertutup kembali dengan rapi.‘’Mas,’’ ucapku sekali lagi.Pria ini mengelus kepalaku, betapa senangnya aku akhirnya Mas Leo mau menyentuh aku lagi.‘’Mas maafkan aku ya?’’ ucapku pelan.Lelaki yang mengelus kepalaku ini masih enggan menjawab ucapanku.BrakPintu itu terbuka kembali, namun suaranya begitu keras, sontak membuatku kaget.Tiba-tiba lampu kamar hidup, begitu kagetnya aku ketika melihat pria yang ada didekatku yang mengelus kepalaku ini adalah Reza.“Zahwa! Apa yang kamu lakukan dikamar ini dengan Reza?’’ bentak Leo dengan murka.“Reza?’’ ucapku kaget dan mendorong jauh tubuh Reza.‘’Mas, tolong jangan salah paham lagi kepadaku!’’ pintaku meringis takut‘’Sekarang kalian keluar dari ruamah ini!’’ pinta tegas Leo kepada kami‘’Mas tolong jangan usir aku, aku mohon Mas, ini tidak seperti yang Mas Leo pikirkan!’’ pintaku memohon.Aku langgsung tersimpuh dikaki suamiku ini, supaya aku tak diusir dari rumah, namun keputusan Mas Leo sudah bulat, pria ini menarik pergelangan tanganku dan menyeret aku keluar dari rumahnya dengan paksa."Arghh sakit,"Tubuhku di hempaskan keluar dengan keras, kini Leo seperti bukan dirinya lagi. akhirnya aku mengalah untuk pergi dari rumah Leo.Sekarang aku sadar jarak antara kami semakin pudar, segera aku melangkah ke depan. Berjalan pelan menuju keluar dari pintu gerbang rumah Leo dengan perasaan yang sangat hancur. Menjauhi suamiku tercinta dari kemurkaannya sebab salah paham dari diriku, rasanya ini adalah opsi terbaik yang harus aku ambil saat ini. ‘’Kau tidak boleh kemana-mana selagi apa yang aku inginkan belum aku dapatkan, Zahwa!’’ Reza secara tiba-tiba menarik pergelangan tanganku dengan keras, suasana terasa semakin menegangkan malam ini, aku tak ingin orang-orang dirumah ini melihatku yang sedang berdua dengan Reza, aku takut keadaan semakin kacau dan hancur. ‘’Lepas!’’ Aku berucap tajam saat kedua mataku tak berhenti menatapnya nyalang pada pria batu ini.Mendengar tuturku yang kesal, terlihat rahang pemilik wajah dominan Mamanya yang licik dan memiliki hati yang kotor ini, tampak mengeras. Tatapan buas dari kedua bola matanya yang sinis pun belum lepas darinya. Dia berusaha memaksaku dan mencebik lantas menden
Mentari pagi telah bersinar, kutatap jendala dengan tembusan cahaya dari celah-celah jendala. Kuterbangun dari tidurku, didalam angan kubertanya mungkinkah akan datang keajaiban dalam hidupku ini. "Zahwa, kamu sudah bangun?" sapa sahabatku dengan lembut membuat lamunanku buyar seketika. Aku membalasnya dengan senyuman kearah sahabatku itu."Oh iya bagaimana rencanamu tadi malam itu, jadikan?" tanyanyaAku hanya menganggukkan kepala berisyarat bahwa aku mengiyakannya, rasanya untuk mengeluarkan sepatah kata dari mulutku sangat berat"Yaudah sana kamu mandi dulu, setelah itu kita sarapan dan berangkat!" ucapnyaSetelah sarapan kami bergegas untuk pergi ke hotel, tempat Aku dan Reza berdua. Dari kejauhan, mataku sudah dapat menangkap siapa yang sudah menunggu diluar sana, tak lain adalah pria batu yaitu Reza."Astaga, Zahwa itu kan pria yang tadi malam ngeyel ngajak kamu pergi sama dia kan?" tanyanya penasaran. "Iya Cin," jawabku"Ya ampun Reza! gak ada capek-capeknya ya dia ngejar a
‘’Lepaskan Aku!’’ teriakku. Namun cengkraman Mas Leo begitu kuat, lalu mengungkung tubuhku, mengunci pegerakannya. Mas Leo segera mendaratkan bibirnya begitu rakus, menjamah setiap incih tubuhku tanpa permisi tak peduli dengan aku yang ada dibawahnya sedang meronta-ronta meminta tuk dibebaskan dari cengkramannya.Mas Leo justru menyeringai, menampilkan senyuman liciknya sekilas. Ia terlihat aragon menjamah tubuhku, ‘’Ayo balas aku, balas aku sayang!’’ pintanya memaksa kepadaku. ‘’Berhenti Mas! Aku mohon berhenti!’’ aku memohon supaya Mas Leo melepaskanku sekarang, seiring dengan Mas Leo yang berusaha melebarkan kedua pahaku dengan paksa. ‘’Aku ini suamimu!’’ ucapnya ditelinga kiriku Karena tak ada feedback dari sang istri akhirnya Leo menyudahi adegannya, pria berbadan kekar itu merebahkan tubuhnya disebelah kanan sang istri, tenaganya cukup terkuras. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Pria yang bernama Leo itu melirik kerah istri yang ada disampinya. Zahwa sege
‘’Udah enakan perutmu, sayang?’’ tanyanya dengan perhatian, setelah memberikan aku secangkir air hangat dan mengompres perutku dengan air hangat pula yang ditaruhnya didalam botol kecil.‘’Iya Mas, sudah mendingan!’’ jawabku dengan menganggukan kepala.Sebenarnya rasa sakit diperut ini masih jelas terasa sakit, namun kali ini aku berkata bohong karena aku tak mau suamiku terus-teusan khawatir kepada kondisiku. Seperti malam-malam biasanya sebelum ada prahara dalam rumah tangga kita, Aku dan Mas Leo biasanya melakukan rutinitas berbincang-bincang sebelum tidur, malam ini selain berbincang ringan Mas Leo membicarakan sesuatu yang sangat berat bagiku...‘’Sayang?’’ ucapnya sambil menatap kearahku‘’Iya Mas, ada apa?’’ sahutku pelan membalas tatapannyaMas Leo sejenak menundukkan kepalanya, sepertinya ia berat untuk mengucapakan kepadaku, tak selang lama akhirnya keluarlah kalimat dari mulutnya‘ "Sayang, aku besok ijin keluar kota untuk mengunjungi kantor cabangku yang ada di Yogyakarta y
"Pergi...! pergiiiii...!" teriakku lagiSuara langkah kaki itu semakin mendekat, sepertinya bisa dibilang trauma yang Zahwa rasakan saat ini, Zahwa tak ingin melihat wajah lelaki biadab itu walau hanya sekejap. "Zahwa, kamu kenapa?" ucap seorang lelaki dengan memegang lembut kepalaku. "Pergi! aku bilang pergi!" teriak Zahwa ketakutan. "Zahwa, ini kakek, ada apa denganmu nduk?" ucapnya panik. Saat mendengar kalimat bahwa pria yang ada didekatnya itu sang kakek, Zahwa seketika membuka matanya yang sebelumnya ia tutup dengan kedua tangannya. "Kakek?" lirih Zahwa ketakutan. "Iya nduk, ini kakek, kenapa kamu sampai ketakutan seperti itu?" tanyanya lagi penuh perhatian "Zahwa takut kek?" sahutku ketakutan dan tubuh ini sedikit bergetar Tapi, Aku tak berani mengadukan semua yang terjadi padaku kepada kakek, sepertinya diam adalah opsi terbaik untuk keluarga adinata group, yang aku pikirkan saat ini, jika aku mengadukan semuanya pasti akan menjadi bom waktu yang akan meledak detik ini
Setelah sehari Mas Leo pergi keluar kota, rasanya waktu demi waktu yang aku lalui begitu sangat berat. Ditambah orang-orang di rumah ini benci kepadaku, tak ada teman untuk kuajak ngobrol. "Zahwa!" terdengar suara Mama mertua yang secara tiba-tiba teriak memanggil namaku. "Iya Mah!" sahutkuAku segera berlari menghampiri Mama mertua yang suaranya berasal dari arah dapur."Zahwa tolong piring-piring ini cuci semua ya! kalau habis masak segera dicuci jangan ditumpuk seperti ini! dasar jorok!" ketus Mama mertua."Iya Mah maaf, akan Zahwa segera cuci piring-piringnya," sahutku tanpa membantah, aku tak ingin akan terjadi keributan lagi antara aku dengan Mama mertuaku. Kuambil mamajeruk yang ada disamping Mama mertua, dan segera kucuci piring-piring yang sudah menumpuk di kitchen sink, tanpa protes sedikitpun walau Mama mertua hanya mengawasiku layaknya aku seorang asisten rumah tangga yang masih baru bekerja. Prang [suara piring jatuh]Tak sengaja piring yang aku cuci tiba-tiba lepas d
"Sayur kangkung lagi?" sungut Mama mertua saat membuka tudung saji yang ada di meja makan. Gubrak [suara tudung saji yang dilempar oleh Mama mertua]"Aku tak selera makan!" bentak marah Mama mertua kepadaku."Maafkan Zahwa Mah, biar Zahwa masakkan makanan yang Mama inginkan sekarang," tuturku menawarkan masakan yang Mama ingin. Mama mertua tak henti-hentinya mencari kesalahan dan selalu memarahiku layaknya babu. Tak lama kemudian Keisya datang kembali kerumah ini, semenjak Mas Leo tak ada dirumah, Keisya jadi sering main kesini dan seenaknya keluar masuk rumah Mas Leo. "Pagi Tan?" Keisya datang dengan membawa paper bag coklat yang lumayan besar. Entah apa yang ada di dalam paper bag itu, ia tersenyum simpul kearahku layaknya orang mengejek, lalu ia menyerahkannya sebuah paper bag yang ada ditangannya kepada Mama mertuaku. "Wah apa nih sayang?" ucapnya lembut kepada Keisya, perempuan yang sama liciknya dengan Mama"Tante udah sarapan belum?" tanyanya "Boro-boro tante sarapan, l
"Tidakk...!"Zahwa tersentak bangun dengan keringat mengucur deras, jantung berdebar kencang, sekaligus napas terengah-engah seperti orang yang sedang dikejar oleh seekor harimau ganas. "Ya tuhan, apakah ini hanya mimpi buruk?" lirihku, ku sorot ke semua sudut kamar untuk memastikan bahwa tak ada mama mertuaku disini. Semoga ini benar-benar hanya mimpi buruk.Mimpi itu seperti benar nyata, membuat tenggorokanku serak dan haus, mungkin saja tadi teriakan yang keluar dari mulutku memang benar-benar terjadi sperti dalam mimpi. Aku bergegas pergi kedapur untuk mengambil air dingin didalam kulkas, tak lama kemudian kuteguk air dingin yang ada ditanganku ini cepat. "Alhamdulillah!" ucapku bersyukur karena tenggorokanku mulai basah dan rasanya begitu segar saat dirasa. Setelah minum aku langsung bergegas kembali ke kamar, aku menaiki anak tangga setapak demi setapak langkah kaki ini. Suasana malam ini begitu hening sepi hanya sedikit cahaya yang menerangi rumah, cahaya itu bersumber dari