“Setidaknya makanlah sedikit lagi,”“Aku tidak mau. Aku akan makan banyak saat Bibi Bee datang,” pria kecil itu terus menggeleng saat Joe menyodorkan sendok berisi makanan ke arah mulutnya.“Ini sudah jam berapa, Sammy? Kau terlalu sedikit makan dan setelah itu harus minum obat, kan? Kau tidak bosan berada di rumah sakit saja, ha?”Alih-alih menanggapi omelan ayahnya, Sammy masih tetap menanyakan hal lain, “Kapan Bibi Bee datang?”Joe menghela napas lelah, mengambil ponsel yang ia letakkan setelah bicara dengan Ben tadi. Ia kembali menanyakan perihal pencarian Viona pada orang kepercayaannya. Bisa saja dirinya mencari di mana keberadaan Viona sendirian, tapi Joe tidak melakukan itu karena ia belum membutuhkan. Ia merasa akan mudah seperti mencari orang lain seperti biasanya.Namun, nyatanya nihil. Orang kepercayaan Joe bahkan tidak bisa menemukan Viona di kota itu sebelumnya.“Papa, di mana Paman Ben?”“Aku di sini. Kau mau apa lagi dariku saat papamu di sini?” sahut Ben yang baru saj
“Ben, tolong temani Sammy sebentar. Aku ingin bicara dengan Viona di luar,” Joe berucap pada Ben saat Sammy sedang tidur lelap. Sang adik mengangguk pertanda Joe sudah bisa pergi dengan Viona.“Mari ikut denganku,” ucap Joe yang langsung diberi angkutan oleh Viona. Duda tampan itu lebih memilih membawa Viona ke taman rumah sakit, duduk berdampingan di kursi panjang yang ada di sana. “Jadi bagaimana?” tanya Joe singkat.“Maksudmu?” Viona menanggapi bingung.“Apa kau mau lanjut bekerja denganku?”Viona diam. Wanita itu nampak berpikir, ‘Apa yang harus kujawab padanya?’ batinnya.“Sammy terlihat sangat menyukaimu. Jarang sekali dia bersikap seperti itu terhadap orang yang baru ia kenal,” Joe mulai membahas Sammy.“Entahlah, aku bingung,”Joe menghela nafas mendengar sikap dingin Viona. Matanya memandang ke arah seorang pria kecil yang sepertinya seusia dengan Sammy sedang bermain bola dengan baju rumah sakit, “Apa ini karena ucapan ibuku?” tanyanya spontan.“Sudah kubilang aku bingung.
Hari sudah gelap saat Joe kembali ke rumah sakit. Saat ia akan memasuki ruangan rawat Sammy, ada Ben yang juga akan masuk ke dalam.Ben lebih dulu membuka pintu dan langsung bergumam, “Aku tidur di mana?” tanya Ben saat menatap Joe yang tidak tahu apapun.Joe baru tersadar kalau Ben sedang merujuk pada Viona yang sedang tidur di kursi samping ranjang Sammy. Hatinya menghangat melihat pemandangan itu. Senyumnya terukir melihat Viona yang sedang tidur dengan tangan yang masih setia memegangi dahi si kecil.‘Ternyata kau sudah membuat pilihan…’ Joe bergumam senang dalam hati.“Kau bisa tidur di ranjang satunya, kan?” Joe memberi tanggapan pada Ben, melirik ke ranjang kosong di sisi lain ruangan itu.“Lalu Viona bagaimana?” Ben bertanya lagi, menunjuk ke Viona yang saat ini memang tertidur pulas sampai tidak menyadari kedatangan kakak-beradik itu.“Sebaiknya kau pulang dan biarkan dia tidur di tempat itu,” Joe memberi jawaban sambil menutup pintu dengan pelan.“Kau tidak kasihan padanya? R
Hadirnya Viona di dekat Sammy membuat kesehatan si kecil berangsur membaik. Dua hari setelah itu, tepatnya malam hari, Joe membawa Sammy pulang tapi dengan pengawasan ketat oleh perawat rumah sakit yang rutin memeriksa kesehatannya dalam satu minggu ke depan.Kembalinya Sammy ke rumah sudah jelas membawa Viona juga ikut bersama mereka, bersama pemikiran yang rumit yang tidak pernah hilang dari benaknya.Pagi datang dengan cepat. Viona menatap dirinya di pantulan cermin. Wanita itu menghela napas pelan, memilih melamun memikirkan keputusannya, apakah kali ini keputusan dirinya untuk lanjut bekerja di keluarga Clayton benar?Semoga saja. Dan kini harapan Viona cuma satu, tidak bertemu dengan Ibu Suri keluarga Clayton jika Viona tidak mau kembali mendapatkan ucapan menohok neneknya Sammy itu. Bukan takut, tapi dia lebih tidak ingin menambah beban pikirannya.Selesai memikirkan Nyonya Neta, pikiran Viona mengawang hingga teringat kejadian ciuman tidak sengaja yang terjadi antara dia dan Jo
“Viona, tolong bawa Sammy ke kamarnya. Aku akan menyusul nanti, ada hal yang harus kubicarakan denganmu. Ini tentang toko bunga,” ucap Joe setelah semua orang di meja makan terlihat sudah menyelesaikan bagian mereka.Viona mengangguk, “Baik, Tuan,” jawabnya singkat lalu menggendong Sammy menuju kamarnya lagi.Setelah memastikan Viona dan Sammy berjalan tanpa gangguan, Joe juga bangkit menuju kamarnya. Mengabaikan sang ibu yang sejak awal sudah diam karena ancaman Joe.Tidak terima dengan sikap putra sulungnya, Nyonya Neta langsung masuk setelah mengetuk beberapa kali pintu kamar Joe yang terbuka, sekalipun Joe belum mengizinkan ibunya masuk. Di sana Joe tampak sibuk mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawanya ke kantor.“Joe, sudah cukup. Kau sangat keterlaluan,” Nyonya Neta langsung memprotes sikap putranya, “Mama sudah diam selama di meja makan dengan imbalan kau akan mendengarkan permintaanku. Jadi, ayo sekarang kita bicara,”“Aku tidak punya urusan dengan temanmu, Ma. Apa Mama
Ben yang sebelumnya mendapatkan cuti beberapa hari dan menghabiskan liburannya ke luar kota, baru kembali sore hari. Dia terlihat pulang bersama temannya.“Hi, Sammy. Bagaimana kabarmu? Kudengar dari pamanmu kau baru kembali dari rumah sakit?” pria itu langsung bertanya pada Sammy yang sempat kaget padanya yang tiba-tiba duduk di sampingnya.Sammy juga langsung memicingkan matanya saat teman pamannya ini begitu sembarangan mengambil toples camilan milik Sammy.“Paman Ethan, sedang apa kau di sini?” tanya Sammy.“Hanya mampir,” jawab Ethan santai. Pengusaha muda kaya itu terlihat mengulurkan sebuah totebag pada Sammy, “Buatmu,”“Apa ini?” tanya Sammy yang menerima pemberian Ethan. Si kecil terlihat penasaran saat membuka apa isi pemberian Paman Ethan itu, “Woah, Bee dengan pedang terbaru!”Sammy berlonjak senang. Matanya berbinar melihat robot Bumble Bee edisi terbaru, “Terima kasih banyak, Paman Ethan…”“Sama-sama. Cepat sehat dan rajin belajar, ya,” jawab Ethan sambil mengacak rambut
Joe menghembuskan napas kasar. Ia terlihat lelah setelah seharian di kantor, mengerjakan pekerjaan tambahan karena Ben berlibur.“Selamat malam, Bos. Selamat beristirahat…” sekretaris Joe mengantarkan Joe sampai masuk ke dalam mobilnya. Bukannya sedikit berkurang, lelahnya semakin bertambah saat masalah yang sempat terabaikan oleh pekerjaan kini kembali terlintas di pikiran.Pertengkarannya dengan sang ibu kembali membuat Joe pusing, “Sampai kapan Mama akan menyerah dan melembutkan hati? Aku tidak ingin terus melawan dan menyakiti hati Mama,” gumam Joe sedih.Joe mencoba menutup mata saat mobil terasa sudah berjalan.‘Aku harus mandi dan langsung tidur saat sampai di rumah. Pasti Sammy sudah beristirahat bersama Viona,’ pikirnya.“Viona…” ucapnya saat membuka matanya lagi. Senyum Joe terangkat saat mengingat dua kejadian konyol sebelumnya, ciuman di rumah sakit dan wajah malu Viona saat ia goda tadi pagi.‘Apa ini? Kenapa jantungku berdebar aneh hanya karena mengingatnya? Tidak mungkin
“Kau sedang apa?” Joe bertanya pada Viona yang kembali fokus di dapur.“Melanjutkan membuat puding jagung,” jawabnya tanpa menoleh pada Joe.“Semua orang sudah kenyang, lakukan itu besok saja. Kau beristirahat–,”“Bibi, aku ingin makan puding jagung,” ucapan Sammy sambil melangkah mendekati Viona di dapur membuat Joe menghentikan kalimatnya dan ikut menyusul putranya.“Papa, aku mau melihat juga,” pria itu menggeser tubuh Joe yang berdiri tepat di samping Viona, “Gendong aku,” sambungnya memerintah.“Sudah melihat dengan jelas?” Joe bertanya dan Sammy mengangguk sambil tersenyum. Apalagi saat melihat pengasuh kesayangannya itu terlihat asyik membuat makanan untuknya.Keduanya kini sibuk memperhatikan Viona yang nampak lihai mencampur bahan-bahan untuk membuat puding jagung.“Bukannya dia sangat cantik, Pa?” Sammy berceletuk pada Joe saat memperhatikan gaya rambut Viona yang membuatnya lebih cantik dari sebelumnya.Wajah Viona tentu saja memerah. Itu karena dia mendengar jelas ucapan Sa
"Kenapa kau datang?" Angie langsung bertanya pada Joe. Kini mereka duduk berdua di tempat sebelumnya, di mana Joe mendapati Angie dan Icas tadi.Angie berbohong, ia tidak mengajak Joe ke kamarnya untuk menemui Angie, tapi mengajak Joe untuk bicara berdua."Kata tanya apa itu? Setelah berbulan-bulan lamanya hanya kalimat itu yang kau tanyakan pada suamimu?" Joe memprotes, "Angie, kau kenapa? Apa kau tidak merindukanku?" sambungnya berucap lembut sambil menarik tangan Angie untuk digenggam."Kenapa kau selalu menghindariku saat menelepon Sammy? Salahku apa, Angie?" Joe kembali bertanya."Bukan kau yang salah, tapi aku," Angie menjawab dan membalas tatapan Joe, "Aku yang salah karena berharap banyak darimu." Sambungnya."Apa maksudmu?""Aku salah karena berharap banyak darimu. Aku terlalu besar kepala dan percaya diri kalau kau mencintaiku seperti apa yang selalu kau katakan.""Aku memang mencintaimu. Aku tidak percaya kau mempertanyakan
Icas mendengkus napas kasar sambil tersenyum miris, "Itu alasan kuno, Angie. Mana mungkin perempuan muda sepertimu memiliki anak yang usianya sepuluh tahun. Kenapa tidak sekalian saja kau mengatakan kalau kau sudah memiliki suami? Kau konyol, Angie!" sambungnya berucap miris."Aku memang—""Dia memang sudah memiliki anak berusia sepuluh tahun. Dia bahkan sudah memiliki suami yang akan menjemputnya kembali ke Indonesia!"Ucapan Angie terpotong dengan suara berat pria yang sepertinya ia kenal. Angie menoleh ke belakang, tempat di mana sumber suara berasal."J-Joe? Kau di sini?" sebutnya gagap.Icas ikut menoleh ke belakang dan mendapati ada seorang pria yang berdiri sambil menggendong seorang anak laki-laki yang tertidur di pelukannya."Sedang apa kau di situ? Bangunlah dan bawa Sammy ke dalam. Pinggangku hampir patah karena sepanjang jalan menggendong Sammy yang tertidur!" pria yang memang benar adalah Joe menyambung kalimatnya de
Di sisi lain kelas, Olaf mendengarkan cerita Solana yang ketakutan dengan perlakukan kasar Demoun dan Gecco pada Angie yang notabene adalah perempuan. Olaf cemas dan langsung menceritakan hal itu pada Icas, hingga akhirnya mereka menelepon guru mereka yang tidak lain dan bukan adalah Tuan Royce. Setelah itu mereka pergi bersama untuk menyelamatkan Angie.Sesampainya di tempat Demoun dan Gecco menyekap Angie. Olaf dan Icas langsung disambut dengan Gecco yang sudah menunggu untuk baku hantam dua lawan satu. Tapi apa itu benar? Jelas tidak.Di ruangan olahraga itu Gecco menyuruh para pelajar lain yang sudah menjadi anak buahnya bertarung untuk melawan Olaf dan Gecco habis-habisan. Walaupun sempat kewalahan menghadapi anak buah Gecco, keduanya berhasil mengalahkan Gecco dan yang lain berkat kerja sama tim hingga akhirnya Olaf dan Icas berhasil melumpuhkan semuanya sebelum menuju ke ruangan OSIS.Ternyata isu tentang Angie yang dibawa ke ruangan olahraga hanyal
Tuan Royce senang melihat Icas ikut ke rumahnya. Seingatnya, Olaf menyebutkan nama Icas sebagai tiga murid berpengaruh di sekolah itu. Terlebih setelah Icas menceritakan tentang latar belakang keluarganya yang berhubungan dengan Pixy.cas bercerita kalau perusahaan kakeknya terpisah setelah pamannya (ayah Tior) memaksa membagi aset perusahaan Pixy untuk beralih fungsi menjadi sarana pesatnya pertumbuhan gangster di kota.Menerima informasi yang cukup banyak dari Icas dan merasa kalau Icas memiliki niat untuk menjadi murid baik, Tuan Royce setuju mengajarkannya dan juga Olaf sebuah teknik yang bisa sangat berguna bernama Teratai Duri.Teratai Duri sebenarnya adalah jurus ciptaannya yang mengadaptasi satu teknik Taekwondo yang digabungkan dengan beberapa teknik bertarung bebas yang ia tahu. Tuan Royce mempelajari itu ketika dirinya mulai bertekad keluar dari kehidupan gangster dan senjata. Ia lebih memilih memperkuat diri dan melindungi diri dengan latihan f
Di esok pagi yang cerah, Icas terlihat sedang sendirian berbaring di sebuah bangku panjang di bawah pohon besar yang rimbun. Icas tidak mengikuti pelajaran karena masih malas bertemu dengan Demoun karena percakapan mereka tadi malam. Ia lebih menikmati segarnya udara pagi di taman sekolah dengan merebahkan tubuhnya dan bersantai.Tanpa disadari seorang pria yang bukan pelajar duduk di bangku yang sama di mana Icas berbaring."Kenapa kau tidak belajar? Kau harus menjadi pewaris yang hebat, kan?" ucapan dari pria tersebut terdengar mengejek di telinga Icas hingga membuka mata dari tidur santainya. Mendengar suara pria itu saja Icas sudah tahu siapa orang tersebut."Mau apa kau ke sini? Mau menyambung pendidikanmu yang kau tinggalkan?" Icas menjawab dengan cibiran sebelum duduk dan menoleh pada pria di dekatnya."Itu bukan pujian. Ternyata mulutmu masih sama pedasnya," pria tersebut membalas lagi, "Apa alasanmu melarang Demoun bergabung dengan Pixy? Jika kau
Ya, Sammy memang sedang berada bersama Joe saat Angie memutuskan ingin menolong dan mencari anak pemilik warung Mie saat itu. Akan tetapi di satu momen pembicaraan, Angie kesal karena Joe tidak menjemput sendiri putra mereka, melainkan menyuruh mertuanya yang mengantarkan Sammy demi keamanan.“Entah mengapa aku merasa canggung bertatap muka dengannya. Ada kekesalan dalam hatiku padanya tentang kenapa dia tidak menjengukku di sini dan menjemput Sammy sendiri,”“Kalau dia merindukanku, kenapa dia menahan semua itu dan tidak menemuiku di sini. Padahal dia tahu aku belum diizinkan keimigrasian untuk kembali ke negara itu.” Angie menjawab apa yang dirasakannya selama ini.“Tapi kau juga sangat tahu kalau tidak ada satupun keluarga Clayton yang bisa keluar negeri mengingat kejadian besar waktu itu, kan? Ayah juga harus menggunakan identitas palsu untuk mengantarkan Sammy ke sana. Harusnya kau juga
Setelah Angie kembali dari ruang kepala sekolah untuk bertanya di mana ruang kelasnya dan kini sudah di depan kelas bersama gurunya, kehadirannya membuat suasana kelas yang awalnya ribut, menjadi senyap.Hal itu terjadi karena empat dari pelajar yang dihajar Angie serta anak korban pembullyan tadi berada di kelas yang sama dengan Angie.“Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelasmu!” ujar guru kelas tersebut. Angie mengangguk singkat sebelum tersenyum pada para anak remaja di depannya.‘Astaga, aku tidak menyangka akan mengulangi masa sekolah dan perkenalan diri seperti dulu lagi,’ Angie masih terdiam saat mengingat dirinya berada di posisi yang sama ketika ia baru saja pindah ke sekolah menengah akhirnya dulu ketika Nyonya Hanum mengajaknya pindah ke sekolah yang baru. Namun keadaan dulu dan kini berbeda. Jika dulu hanya tatapan mengejek karena berita tentang murid baru yang pindah adalah seorang gadis tanpa kasih sayang orang tua dan terbagi dengan anak angkat yang lebih
Hari-hari bahagia datang, tapi semua itu nyatanya belum cukup untuk membuat semua orang tenang. Joe dan Ben harus disibukkan dengan kepolisian yang masih belum menutup buku kasus yang banyak Axe lakukan.Sementara itu Angie sendiri harus kembali ke Bangkok bersama ayahnya setelah keduanya diberikan sanksi deportasi ringan dari negara ini. Itu bukan hal besar bagi Angie dan Tuan Royce. Mereka patuh dan sepakat dengan Joe tanpa perdebatan panjang yang awalnya ditolak Joe.Bagaimana mungkin dirinya bisa dipisahkan jarak oleh istri tercintanya, ditambah lagi dengan Sammy yang memilih ikut ibu sambungnya dan juga kakek yang mengasyikkan daripada tinggal bersama dua pria kaku seperti paman dan papanya.Tapi Joe mengerti kalau semua itu demi kebaikan bersama dan juga Angie yang memerlukan waktu untuk melatih ototnya yang tegang pasca operasi tempo hari.Sore hari setelah Angie baru kembali dari markas Teratai Mekar untuk melakukan latihan rutinnya dalam menembak, ia meminta anak buah Tuan Ro
Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya pada hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik Tuan Royce. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Joe dan Angie yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka.Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti Bill dan kenalan dekat lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat dekat Tuan Royce dan itu jelas bukan orang sembarangan.Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Tuan Royce. Itu semua bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang ingin memberikan hal terbaik bagi putri tunggalnya dan juga sang cucu–Sammy–yang berulang tahun ke 10 tahun ini."Ya. Sebelum kue tart pernik