Share

Bab 23

Author: helendeil
last update Last Updated: 2023-08-15 11:09:42

Mobil kami meluncur dengan mulus di jalan. Seandainya, jalan hidupku bisa semulus ini. Kami pulang ke rumah, setelah, menjanjikan kebebasan fiktif kepada Virgo.

Mau bagaimana lagi? Jika tidak begitu, dia akan terus berteriak dan mengamuk, kepadaku. Caci maki, dengan gamblang keluar dari mulutnya. Umpatan dan kata-kata kasar, begitu licin di lidahnya.

Saat Virgo masih kecil, aku menganggap umpatannya adalah hal yang lucu. Dia terlihat menggemaskan saat mengumpat orang lain.

Petugas kepolisian, hanya geleng-geleng kepala, melihat kami yang tidak berkutik, di depan Virgo.

Melisa dan Radit sudah menunggu kami dengan pertanyaan, saat pintu rumah terbuka.

"Bagaimana Pa? Apa Virgo terlibat?" tanya Radit.

"Polisi punya buktinya. Dia terlibat. Papa mau istirahat dulu. Capek Nak." Aku menepuk punggung Radit pelan.

"Tunggu Pa. Bagaimana dengan pendonor aku?" tanyanya lagi.

Aku berbalik. Terpaksa, berdiri di samping Radit lagi. Memaksa tubuh yang belum sepenuhnya sehat ini, untuk menunda i
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 24

    Ting. Ting. Ting. Bunyi pesan beruntun masuk ke ponselku. Melisa yang mengirimnya. Meski kepalaku masih terasa berat, namun, pesannya tetap aku buka juga. Foto? Mendownload. Loading. Foto Talita yang dipeluk dan dicium seorang pria, di lobi hotel. Aku langsung menelpon Melisa. "Kamu dapet dari mana foto ini, Sayang?"Suara isak tangis, menyambut ucapanku. "Pa. Aku sendiri yang ngambil fotonya. Aku ada di parkiran hotel sekarang,""Udah. Kamu tenang yah. Papa jemput sekarang. Jangan kemana-mana."Aku segera menutup penggilan. Menyambar jaket. Di ruang tamu, aku lihat Radit yamg sedang duduk melamun di samping jendela. "Dit, mau ikut Papa gak? Papa mau jemput Melisa,""Gak Pa. Nanti aku ngerepotin lagi. Aku mau di rumah aja." Dia menjawab, tanpa melihat kepadaku. "Kalo ada apa-apa, langsung telepon Papa yah."Dia mengangguk malas. Aku harus lebih gencar lagi mencari pendonor untuk Radit. Kasihan dia. Tidak lagi kulihat kebahagiaan di wajahnya. Mobil aku keluarkan dari garasi, lal

    Last Updated : 2023-08-15
  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 25

    Tanah merah bertabur bunga, dan sinar mentari senja yang menyirami seluruh tanah pemakaman, angin semilir yang mulai dingin, dan isak tangis yang tak kunjung selesai. Aku duduk bersimpuh di samping nisan, bertuliskan nama anakku. Dia sudah pergi. Jauh. Sejauh harapanku untuknya. Wajahnya yang tampan, masih membayang di pelupuk mataku. Sinar mata yang redup, saat terakhir kali aku bicara dengannya di ruang tamu tadi pagi, masih segar di ingatanku. Aku tidak peka dengan kesendiriannya. Aku tidak pernah menemani sepinya.Aku hanya peduli dengan egoku. Aku hanya berfokus pada masalahku. Tanpa tau, anakku membutuhkan aku. Di hadapanku, Melisa duduk sambil meremas-remas bunga yang bertaburan di atas makam. Matanya bengkak. Tatapan matanya kosong. Aku menggenggam tangannya. "Ayo pulang Sayang. Bentar lagi maghrib,"TPU sudah kosong. Tinggal kami berdua saja. Entah siapa yang akan mengobati siapa. Kami sama-sama terluka. Melisa duduk di balik kemudi. "Biar aku yang nyetir. Jaraknya lumay

    Last Updated : 2023-08-15
  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 26

    Mendengar suaraku, Melisa menghentak tangan satpam yang memegang tangannya. Lalu berlari berlindung padaku. "Apa yang terjadi? Kenapa anak saya diseret-seret seperti ini Pak?" tanyaku, geram. "Tanya saja sendiri sama dia. Sejak tadi, dia terus berteriak-teriak mencari Nona Anatasya. Kami sudah bilang, beliau itu, cuma datang satu bulan satu kali kesini, itupun hanya sebentar. Anak Bapak ngeyel sih. Ini bukan pasar Pak. Tolong bawa anak Bapak pulang!" tegas satpam tersebut. Aku menoleh ke belakang. Menatap Melisa, yang menunduk ketakutan. "Yah sudah Pak. Kami permisi. Maaf sudah mengganggu." "Ayo ikut Papa."Melisa berjalan mengikutiku, masuk ke mobil. "Kamu kenapa Sayang? Ngapain cari Anatasya ke situ?" "Tadi aku lihat postingannya di ig. Dia ada di dalam Papa. Sama adeknya."Melisa menunjukkan ponselnya. Benar. Baru dua puluh menit yang lalu. Kemungkinan besar, mereka masih ada di dalam gedung itu. Mereka benar-benar tidak mau berurusan dengan keluargaku. Keluarga mereka send

    Last Updated : 2023-08-15
  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 27

    Seperti apapun penjelasan Hilda, tidak masuk akal bagiku. Aku jadi mainan di antara dua saudara ini. Mereka pikir, aku adalah mahkluk tak berperasaan begitu? "Aku tunggu kamu lima menit di luar Hilda. Cepat pergi, sebelum Melisa bangun," pintaku, sambil, melangkah keluar kamar. Aku ke dapur. Minum satu gelas air hangat, di pagi hari, membuat tubuh terasa fresh. Beranjak ke kulkas. Aku mengambil bahan-bahan untuk membuat nasi goreng. "Hilda? Ngapain kamu di sini, jam segini?" aku dengar Talita bertanya. Ah. Urusan kalian itu. "Aku? Aku tadi dari kamar Mas Surya. Emangnya kenapa, Mbak?""Ngapain?" "Yah, Mbak mikir aja sendiri, kalo jam segini aku keluar dari kamar, aku habis ngapain," santai, Hilda menjawab Talita. Aku penasaran, hanya mendengar suara mereka. Dengan pelan aku berjalan mendekat. Bersandar di dinding, sambil memainkan penutup botol kecap di tanganku. Hilda berdiri berhadapan dengan Talita. Rambutnya masih awut-awutan. Tidak ada niat dia merapikannya. Untung saja, k

    Last Updated : 2023-08-16
  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 28

    "Kalian bertiga ikut Bunda sama Papa aja. Bunda gak enak ninggalin kalian sendiri di sini, tanpa ada yang mengawasi." Anaya yang sedari tadi membujuk Aluna dan Anatasya, tampak mulai kesal. Anatasya, mengoleskan selai kacang ke roti bakarnya. Sambil memasukkan dua potong lagi, untuk di bakar. "Nanti aja Bun. Papa sama Bunda aja, yang sering-sering ke sini. Aku gak mau ninggalin rumah ini, Bunda. Banyak kenangannya. Rumah hasil kerja keras kita sama-sama." ujar Anatasya. Ting. Roti bakar masak. Aluna mengambil dua potong. Memberi toping abon sapi dan mayonais."Kak. Ayo dong ngomong," desak Anaya, pada putri sulungnya itu. "Bunda. Aku juga tinggal di sini yah, bareng Acha. Kan ada si bontot. Nanti dia yang jagain kita mah. Bunda gak usah kuatir." Anatasya tersenyum manis pada kakaknya. Merasa menang ada yang membela. Mereka memang anak-anak yang mandiri. Walaupun mereka sudah dewasa, dan tentunya sangat bisa melindungi diri sendiri, namun, Anaya sangat keberatan membiarkan mereka

    Last Updated : 2023-08-16
  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 29

    Arga menatap heran preman plontos dan teman-temannya. "Kalau saya boleh tau, maksud kamu apa, dengan bilang berhutang nyawa sama kakak saya?"Si plontos ini tidak langsung menjawab. Tapi malah memperhatikan Arga dari ujung rambut, sampai ujung kakinya. "Kamu adiknya Kak Luna?" tanyanya. "Ia. Adik bungsunya. Kenalkan saya Arga." Dengan santai, Arga mengulurkan tangannya. Langsung saja disambut si plontos. "Maaf yah. Kami ini hanya di sewa orang. Gak bener-bener pengen ngerampok kok. Kak Luna selalu ngasih duit cukup buat kami dan keluarga. Istri saya gak kekurangan uang belanja dan gamis yang bagus. Kak Luna memperhatikan kami, layaknya keluarga sendiri. Bahkan sejak saya masih remaja."Anaya dan Arga saling pandang. Mereka tidak menyangka Aluna punya teman-teman preman, yang dia nafkahi. Lagi si plontos berkata. "Tolong jangan kasih tau Kak Luna yah. Takutnya, nanti dia murka sama saya. Habislah saya dia goreng." Meski kata-katanya terdengar lucu, namun, melihat wajah serius si

    Last Updated : 2023-08-17
  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 30

    "Kamu itu gimana sih? Survei kamu tentang Anaya itu kurang banget tau gak. Kamu belum tau aja, kalo keluarga mereka itu keluarga yang luar biasa." Alex meradang. Menatap wanita di depannya yang terlihat begitu santai, dengan apa yang baru saja dilalui Alex. "Sekali lagi kamu muji itu perempuan, aku bikin kamu gak bisa bicara seumur hidup.""Kerjaanmu hanya ngancem aja. Kalo kamu berani, ngapain harus minta aku y.ang jadi umpan? Sebenarnya, kamu takut kan, berurusan langsung sama Anaya?" Wanita itu tertawa. "Apa? Niken Asharya takut sama orang? Gak mungkin. Aku hanya ingin mempermainkan Anaya.""Tapi kenyataannya, malah kita yang dipermainkan." Geram Alex. Bagaimana tidak. Malunya sudah menggunung, saat proposalnya ditolak dengan tegas oleh Anaya. "Aku akui, terlalu memandang rendah, wanita lulusan SMA itu. Ternyata, dia lebih teliti dari yang kita duga. Anaknya juga. Makanya, kamu harus bisa, mengambil hati si dokter itu. Buat dia klepek-klepek sama kamu. Lalu serang Anaya, lewat

    Last Updated : 2023-08-17
  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 31

    Dua minggu sudah aku dan Melisa di rumah ibu. Tak sekalipun Talita menanyakan kabar kami. Padahal, sebelum aku pergi, aku bilang, hanya seminggu keluar kota. Dengan motor matic milik Sari, aku meluncur ke rumahku. Ingin sekali tau keadaan rumah. Motor aku parkirkan di samping rumah Pak RT. Lalu berjalan kaki ke rumah. Sunyi. Sepi dan berdebu. Rumah ini seperti tidak berpenghuni. Kulkas kosong, ada beberapa sterofoam di tempat sampah. Dan dapur yang berantakan. Talita tidak ada di kamarnya. Hanya ada pakaian kotornya yang menumpuk di sudut kamar mandi. Aku menjulurkan leher, melihat sebuah mobil mewah warna hitam, yang terparkir sempurna di rumah kontrakan mertua. Dengan pelan aku berjalan ke sana. Dari depan saja, sudah terdengar gelak tawa dan cekikan khas Talita. Aku mengintip ke dalam rumah. Ada gorden putih yang menutup jendela. Tap aku bisa dengan jelas melihat isi ruang tamu kecil yang berpadu langsung dengan ruang keluarga. Dua orang berlainan jenis itu, sedang bercanda

    Last Updated : 2023-08-18

Latest chapter

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 151

    "Nona Cita menolak Tuan Besar. Sepertinya, saya akan kesulitan menghadapinya. Dia benar-benar keturunan Adijaya," Tuan Besar itu tampak sumringah. Diwajahnya yang keriput, tersungging senyum dan sukacita yang besar. "Apa kau kewalahan menghadapi sifat keras kepalanya? Kau tau Nabila. Sifat keras kepala adalah salah satu bukti, dia bisa menjadi pemimpin yang dominan. Bagaimana dengan pria yang kerap dekat dengannya? Kau sudah selidiki dia?" tanya Tuan Besar Adijaya, suara sumringahnya berubah dengan seketika. "Sudah Tuan. Dia adalah putra bungsu Anaya Hendrawan. Sekarang, dia yang memegang kendali perusahaan ibunya, setelah ibunya menikah dengan Hendrawan, dan pensiun," Tuan Besar itu mencebik. Dunia bisnis negara ini memang mengenal siapa Anaya. Dia adalah wanita yang bisa mendapatkan nama, setelah berhasil membangun bisnis sendiri dan memulai semuanya dari nol. Tapi, semua itu, tidak bisa disamakan dengan kedudukan Cita. Cita adalah anak bangsawan. Jika orang mengenal k

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 150

    Karim menatap ponselnya dengan hati penasaran. Pesannya sudah di baca Acha. Tapi tidak ada balasan apapun. Dia hanya ingin tahu, bagaimana kabar Acha, setelah tidak terlihat di manapun selama tiga hari. Benda pipih itu, diketuk-ketuknya di meja, sambil jemarinya memijit pelipis dengan wajah muram. Karim memiliki banyak teman wanita yang cantik. Namun, dia tidak pernah mengkuatirkan mereka seperti dia kuatir dengan keadaan Acha. "Hei ... Rusak hp kamu kalo digituuin terus Karim," suara teguran Mira, menarik kesadaran Karim dari apa yang dipikirkannya. Senyum tipis tersungging dibibirnya, saat melihat siapa yang menegurnya. "Gimana komunikasi kamu sama Acha. Ada kemajuan gak?" tanya Mira setelah menghempaskan tubuhnya, di sofa yang berhadapan dengan Karim. "Baik Ma. Semua baik-baik aja," jawab Karim, acuh. Jawaban singkat Karim, membuat Mira meliriknya dengan mata tajam. "Jangan dikasih kendor, Rim. Mama itu, maunya kamu deketin Acha dengan intens. Kata Tante Anaya, Ac

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 149

    "Apa maksud anda, Nona? Tolong jangan membuat pernyataan omong kosong disini," Cita berkata dengan tegas, kepada seorang wanita yang ditemani lima orang pria, yang pagi itu, mereka datang ke panti Kasih Bunda. Wanita itu memiliki paras yang cantik, dengan dandanan formal. Rok selutut, dengan blaser dan rambut yang digelung rapi. Lima orang pria yang berdiri tegap dibelakangnya, memakai setelan jas warna hitam, lengkap dengan alat di telinga. Mereka seperti pengawal pribadi si wanita. "Maafkan kami, Nona. Kami sudah menyelidiki dengan teliti, sebelum datang dan membuat peryataan hari ini. Sudah selama bertahun-tahun," ujar wanita itu dengan sopan. Cita membuang muka dengan kesal. Nilam yang duduk di samping gadis itu, hanya bisa menepuk tangannya perlahan untuk meredakan emosi Cita. "Siapa nama anda?" tanya Cita, masih dengan nada ketus. "Nama saya Nabila, Nona," jawab wanita itu, sopan. "Ok. Nona Nabila. Selama bertahun-tahun anda menyelidik saya? Menyelidiki panti ini

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 148

    Mansion Hendrawan Anaya dan Alisya memeluk Acha dengan erat. Beberapa pelayan, buru-buru membuat masakan kesukaan Acha. Hendrawan duduk berdampingan dengan Arga, menatap mereka dengan perasaan lega. Tak lama kemudian, Calvin tiba bersama Aluna. Meskipun masa nifasnya belum berakhir, Aluna sudah terlihat sangat bugar dan aktif bergerak. "Adek. Kamu bikin Kakak kelimpungan. Coba cerita dulu sama kita. Kamu kemana aja hah? Tiga hari kamu ilang lho." Aluna bertanya pada Acha, setelah memeluk dan mencium gadis itu. Suasana tiba-tiba hening. Semua orang dalam ruangan itu, menunggu jawaban Acha. Sejak masuk mansion, gadis itu belum mengeluarkan satu patah kata pun. Acha menatap bunga mawar putih dalam genggamannya. Otaknya seakan-akan terus memerintah tangannya, untuk menggenggam tangkai bunga itu dengan erat. Tiga hari? rupanya sudah selama itu dia hilang. Hilang? apanya yang hilang? Dia hanya sengaja mengikuti si kakek. Atau jangan-jangan ... Astaga Acha mengangkat wajah

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 147

    "Acha hilang, Bun?" "Iya Ka. Kemaren habis dari rumah Kakak, mobilnya nyerempet pagar pembatas tol, di belokan sebelum jembatan itu lho. Ponsel ada dalam mobil. Tapi Achanya gak ada. Ini malah udah heboh. Ada fans dia yang upload video mobil di tepi jalan, jadi rame sekarang. Bunda takut Kakak. Kata polisi, gak ada sama sekali jejak penculikan. Terus, anak itu ke mana?" jelas Anaya panjang lebar kepada Aluna. Calvin yang sedang menggendong salah satu bayi kembar mereka, berhenti bersenandung, saat melihat wajah sang istri yang berubah cemas. Aluna pikir, apakah karena video call tadi, sampai Acha menghilang tanpa jejak? Selama ini, mereka memang tidak pernah lagi membahas tentang Surya, atau apapun yang berkaitan dengannya. "Bunda yang sabar yah. Nanti aku coba minta tolong sama anak-anak, buat bantu nyari," Aluna mencoba menenangkan Anaya. "Ok Kakak. Nanti Bunda kabarin, kalo ada perkembangan," Dengan cepat, tangan Aluna mengetik pesan pada Bondan dan teman-temannya

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 146

    "Saya sudah ngomong sama Bunda, Papi, Kak Luna sama minta ijin Kak Acha. Mereka semua udah setuju, Cit. Kapan kamu siap saya lamar?" tanya Arga dengan sungguh-sungguh. Gadis yang ditanya hanya tertunduk dalam, tanpa mampu menatap wajah pria yang diseganinya ini. "Saya tanya Bunda Nilam dulu yah, Tuan. Jika Bunda mengijinkan, insya Allah saya siap," ucap Citra dengan yakin. Arga menarik nafas lega. Taman depan panti asuhan tempat Citra dan kawan-kawannya dibesarkan oleh Nilam, telah menjadi saksi bisu, dua hati yang sedang dipenuhi kebahagiaan. Satu bulan yang lalu, Arga sudah minta ijin Acha, untuk melangkahinya. Dan Acha tidak leberatan sama sekali. "Nikah aja duluan Dek. Mau nunggu Kakak? Gak mungkin. Bayang-bayang jodoh juga belom ada. Kasihan kamunya. Entar Citra diembat orang lain, kamu yang rugi," Arga tersenyum, saat mengingat kembali percakapannya dengan Acha. "Kakak mau apa buat syarat melangkahi Kakak?" "Emang dilangkahi harus pake pemberian syarat yah?

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 145

    Aluna terkejut melihat kondisi Melisa. Terakhir kali bertemu, tubuh Melisa tidak sekurus sekarang. Dia nampak pucat dengan berat badan yang turun drastis. Wajahnya tidak terpoles make up sama sekali. Rambut hitam panjangnya, hanya tergelung asal. Walaupun keadaannya yang seperti tidak terurus, kecantikan Melisa tetap saja menonjol. Ponsel dipegang oleh Erhan, karena istrinya itu, sudah tidak punya tenaga, meski hanya untuk memegang ponsel. "Baiklah. Ok. Kamu tenang dulu yah, Mel. Tenang dulu," Melisa mengangkat wajahnya menatap layar ponsel, saat mendengar perkataan Aluna. Dengan perlahan, dia bisa mengendalikan diri. "Mbak minta maaf yah. Maafin Mbak yang egois. Maaf," Aluna menjeda perkataannya. Wanita itu menundukkan wajahnya. Dia menunggu bagaimana reaksi Melisa. Melisa nampak terkejut. Suara isakannya pun langsung berhenti seketika, saat mendengar pernyataan Aluna. "Kamu mungkin gak pernah ngalamin apa yang Mbak alami. Tapi, memang sesakit itu kalo gak pernah

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 135

    "Keadaan Papa sudah semakin parah, Mas. Aku gak tau harus gimana lagi. Semua yang udah kita usahakan, seperti gak ada artinya. Ini udah berbulan-bulan lamanya. Kamu sama Mas Edward, udah ngeluarin uang yang banyak," sedu sedan Melisa, disertai dengan kalimat-kalimat putus asa. Bagaimana tidak, Surya sudah mendapatkan perawatan dari dokter yang terbaik di Jerman. Jangankan sembuh, membaik sedikit pun, tidak terlihat sama sekali. Yang ada, keadaan Surya semakin parah. Erangan kesakitannya, sudah berubah menjadi rintihan kecil yang memilukan. Bahkan sejak seminggu yang lalu, Surya sudah koma. "Kami sudah mengusahakan yang terbaik untuk Tuan Surya. Tapi, sepertinya, tubuh beliau menolak semua obat yang masuk. Kesembuhan Tuan Surya, hanya bisa terjadi karena mujizat," Tubuh Melisa luruh ke lantai rumah sakit. Sambil membekap mulut dengan kedua tangannya, Melisa menangis dengan histeris. Harapannya, cintanya, kehidupannya, seperti akan mati dan lenyap. Surya adalah api semangat y

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   143

    "Kalian gak apa-apa kan?" Tanya Acha, pada kedua anak yang duduk dengan gelisah di sampingnya. "Gak apa-apa Kak. Kami sudah biasa dikasarin Bapak. Kami cuma takut aja, kalo sampe ketemu lagi sama Bapak, kami bisa dihukum lebih berat, karena udah berani melawan." "Gak usah takut. Mulai hari ini, kalian tinggal di rumah Kakak. Gak akan ada orang yang berani nyakitin kalian lagi," jawab Acha pasti. Dengan cekatan Acha membuka tutup botol air mineral, lalu memberikannya kepada kedua anak itu. Dibukanya juga bungkus roti, lalu memberikan dengan senyum. Kedua anak itu terlihat sangat kelaparan. Buktinya, anak yg paling kecil, meneguk ludah melihat roti di tangan Acha. Mereka berdua makan roti itu, dengan lahap. Mengunyah beberapa kali saja, lalu menelan dengan cepat. Acha menatap kedua anak itu dengan perasaan iba. Kasihan mereka. "Nama saya Acha. Kalian siapa?" "Saya Marco Kak. Ini adik saya Mario," jawab anak yang paling besar, dengan mulut penuh makanan. "Bapak-bapa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status