Dua jam lamanya Arkana membujuk Zara agar mau ikut bersamanya ke rumah Arsha untuk menghadiri barbeque party.Kedua orangtua Arkana sudah berada di sana dan berkali-kali menghubungi agar ia segera datang karena tadi malam saat mereka tiba di Indonesia hingga pagi tadi belum sempat bertemu Arkana.Berkali-kali Zara menolak meski Arsha sudah menghubunginya melalui sambungan telepon dan secara langsung mengundangnya yang tentu saja atas desakan Arkana.Arkana memang sangat menjengkelkan, ia akan melakukan banyak cara agar kehendaknya bisa terwujud.Dan jalan terakhir yang Arkana lakukan adalah meminta tolong kedua orangtua Zara agar mau membujuk anak gadisnya dan mengijinkan mereka pergi di malam minggu yang cerah ini.“Zara sayang, ikut lah bersama Nak Arkana ... dia udah baik mau bantuin kita pindahan ... .” Willy mengusap kepala sang anak lembut.Zara menoleh lalu tersenyum. “Bantuin apaan, dia bawa banyak orang hanya untuk bantuin angkut barang kita yang sedikit,” tukasnya merajuk.Z
“Mau kapan lo kenalin kita sama Zara?” celetuk Darius ketika mereka tiba di sebuah tempat latihan.“Kapan-kapan,” balas Arkana malas, pria itu sedang mengganti pakaian dengan pakaian khusus untuk latihan.Saat ini ia sedang berusaha mendapatkan hati Zara, Arkana tidak ingin Darius mengacaukan semua rencananya dengan celetukan-celetukan konyol maupun kelakar pria itu yang mungkin dianggap serius oleh Zara.“Menurut penelitian, akan sulit meluluhkan hati gadis yang trauma sama lo.” Raditya datang dengan pakaian lengkap serba hitam, pakaian itu anti peluru karena malam ini mereka akan latihan menembak.“Mana ada yang sulit buat gue,” balas Arkana jumawa, ia menempelkan penutup telinga tidak lupa memakai kacamata khusus.Raditya dan Darius saling pandang lalu mengangkat bahunya, mereka mengakui bila ucapan Arkana memang benar. Arkana selalu bisa mendapatkan semua keinginannya. Bersama kedua sahabatnya Arkana memasuki ruangan tempat latihan.Mereka menempati posisi masing-masing, Arkana
Seperti tidak ada bekasnya dengan pertengkaran mereka tempo hari, sore ini Arkana dan Angga sudah duduk bersama di salah satu meja di caffe milik Arsha.Pria tampan pewaris Gunadhya itu terlihat asyik mengobrol dengan Angga tanpa sekalipun melirik Zara yang sesekali melewati meja mereka untuk mengantar pesanan.Semestinya Zara tidak perlu bekerja bila sudah memiliki kartu kredit Arkana, ia bisa membeli apapun hanya dengan menggesek kartu tersebut tapi bila melepaskan pekerjaan ini tidak ada yang bisa ia lakukan di rumah.Perusahaan juga menyediakan asisten rumah tangga, tukang kebun dan driver untuk mempermudah kehidupan Willy Darmawan dan keluarganya.Tentu saja semua itu atas perintah Arkana. Bukan hanya itu, Arkana juga memasang CCTV di halaman rumah Willy Darmawan agar bisa memantau Zara.“Mbak Mila udah datang?” Zara bertanya basa-basi kepada seniornya.“Udah donk, kamu mau pulang sekarang? Kata Dika cowok kamu udah nungguin di depan,” ujar Mila memberitau.“Ah, si Dika suka nga
“Kita tidur sekamar?” Zara mempercepat langkahnya menyusul Arkana menuju lift setelah pria itu mengambil keycard di resepsionis.“Yup!” Arkana membalas dengan penuh rasa bahagia.Bagaimana tidak, malam ini mereka akan tidur bersama.“Enggak bisa! Aku enggak mau.” Tentu saja Zara menolak mentah-mentah.“Terserah!” kata Arkana tak acuh. “Aku mau pesen kamar lain pake kartu kredit Kak Ar.” “Silahkan, sayang ... tapi hampir seluruh kamar di sini udah dibooking sama panitia penyelenggara dan sisanya penuh sama orang yang lagi liburan.” Ting.Pintu lift terbuka, Arkana melangkah ringan masuk ke dalamnya.“Ya udah aku mau pesen kamar di hotel lain.” Zara yang ikut masuk ke dalam lift mengancam demikian.“Kalau gitu, lo harus turun.” Mata indah pria itu melirik ke arah pintu lift dengan senyum smirk.“Nyebeliiiiiiin.” Zara menjerit di dalam hati.Tumben Arkana tidak memaksanya. Zara baru ingat jika beberapa jam lalu ia memprotes keras sikap Arkana yang selalu memaksakan kehendak dan menola
Niat Arkana mungkin baik, ingin menyenangkan hati Zara dengan mengajaknya liburan tapi demi apapun saat ini Zara malah tertekan.Lihat saja ekspresi wajah Zara yang tidak santai sementara Arkana yang duduk di samping gadis itu asyik mengobrol dengan para pengusaha muda yang juga menjadi tamu undangan.Para pengusaha muda itu membawa istri atau pacarnya, bersama para pengusaha muda wanita—para istri atau kekasih membentuk suatu ghenk sosialita jadi ketika sekarang suami atau kekasih mereka berkumpul—betapa serunya mereka mengobrol disertai gelak tawa.Zara seperti makhluk alien di tengah-tengah manusia, ia terasa asing.Seharusnya tadi ia meminta sarapan pagi di kamar saja. Zara mengembuskan napas sambil mengocek capuchinonya dengan sendok, terhenyak kemudian tatkala Arkana menggenggam tangannya di bawah meja.Pria itu masih mengobrol cukup serius dengan beberapa teman sesama pengusaha.Sengaja Arkana berbuat demikian agar sang gadis tidak merasa diabaikan.Padahal tadi niat Zara ingi
“Minggu depan ada rapat dengan dewan Direksi, lo harus dateng.” Raditya mengingatkan.“Hari apa? Minggu depan juga gue ada rapat di AG Group pusat.” Arkana bertanya, keduanya terlibat perbincangan serius.Obrolan mereka terhenti saat pelayan membawa berbagai makanan dan minuman, meletakannya dengan hati-hati di atas meja lantas pergi setelah sebelumnya sedikit membungkuk mempersilahkan.“Hari Rabu, udah dijadwalkan dari dua minggu lalu dan gue udah kasih tau lo,” ujar Raditya melanjutkan.Arkana menggeser satu piring sushi ke depan Zara beserta segelas smothie.“Oh, rapat sama AG Group hari selasa.” Meski Arkana sedang berbincang dengan Raditya tapi matanya sesekali tertuju pada Zara.“Trus penjebakan kemarin gimana? Aman ‘kan?” Sekarang Arkana bertanya kepada Darius karena pria itu dalang di balik aksi tersebut.Mereka sedang membahas penjebakan kepada klien yang menjual dua puluh orang perempuan minggu lalu.Di saat yang sama, Zara kesulitan melahap makanan karena rambut panjangnya
Arkana mengerjapkan mata, di luar sana hari telah pagi tapi matahari masih malu-malu untuk muncul menyapa hari.Tangan kirinya terasa pegal, ketika menoleh ke samping barulah ia menyadari bila seorang gadis cantik tengah terlelap di lengannya.Wajah gadis itu mengusel di dada bidangnya yang polos tanpa atasan.Sementara sebuah tangan dengan jemari lentik melingkari pinggangnya.Bibir Arkana membentuk sebuah lengkung senyum, dengan sadar memberikan kecupan di kepala Zara lantas memberikan pelukan erat tidak peduli sang gadis akan terganggu.Ini adalah posisi ketika bangun pagi terbaik yang pernah terjadi di dalam hidupnya.Ia menginginkan posisi seperti ini dilakukannya bersama Zara setiap hari.Perlahan Zara bergerak, belum sadar akan posisi meresahkan tersebut, ia mungkin berpikir jika Arkana adalah guling.Zara semakin mengusel bahkan menggesekan wajahnya di dada Arkana, ia juga mengeratkan pelukannya.Desiran hangat membanjiri tubuh Arkana, miliknya seketika menegang di bawah sana.
“Kak?” panggil Zara. Mereka sedang dalam perjalanan kembali menuju Jakarta.“Ya sayang,” jawab Arkana lembut. Meraih tangan Zara kemudian ia kecup telapak tangannya.Selebay dan sebucin itu memang Arkana memperlakukan Zara.Zara sudah kehabisan tenaga untuk menolak sikap bucin Arkana karena semakin melakukan penolakan semakin Arkana akan terus membuatnya kesal.Ia juga masih ingat dengan ucapan pria itu yang mengatakan sangat menyukai wajah cemberutnya.Itu kenapa Zara memilih berdamai dengan keadaan dan berusaha tidak terus-terusan menolak Arkana.“Apa benar Kak Ar yang minta Raditya masukin Papa ke perusahaannya Raditya?” Akhirnya Zara mengutarakan isi pikirannya.Arkana menoleh sejenak lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.Pria itu tidak menjawab, Arkana bungkam seribu bahasa. Ini adalah pertanyaan yang ia takuti keluar dari mulut Zara.Arkana bingung bagaimana menjelaskannya, khawatir Zara tidak akan menerima kenyataan bila ia lah yang membantu keluarganya selama ini.“Rad