“Memang benar sih, tapi aturan di industri ini ya begitu,” ujar Stella sambil berdesah.“Yang namanya aturan memang untuk dilanggar!” Yuna duduk tegak, lalu mengetuk-ngetuk meja dan berkata, “Aku sama mereka sebenarnya nggak saling menyinggung. Tapi kalau mereka mau cari masalah, aku nggak keberatan bertarung sama mereka sampai akhir.”“Tapi perusahaan ....” Setelah ragu sejenak, Edith menggeleng dan berkata, “Tapi nggak masalah. Pak Brandon pasti berpihak padamu.”Namun, Yuna malah menggeleng dan menjawab, “Nggak. Ini tindakanku sendiri. Kalau sampai melibatkan perusahaan, aku bakal mengundurkan diri.”Jika sebelumnya Yuna masih belum percaya diri, sekarang dia sudah sepenuhnya yakin bahwa dirinya bisa meluncurkan merek sendiri, apalagi setelah semua usahanya selama lebih dari setahun ini. Dia memang mempunyai kemampuan dalam bidang meracik aroma.“Bagaimanapun juga, aku tetap mendukungmu!” ucap Edith sambil menepuk-nepuk bahu Yuna.Stella juga memegang bahu sebelahnya lagi, lalu berk
“Haih!” Beny menghela napas panjang, lalu menatap ke luar jendela dan menjawab, “Kalau anak sudah besar dan punya pemikiran sendiri, kita sudah nggak bisa menahan mereka. Biarkan saja dia melakukan apa yang diinginkannya.”“Tapi bagaimanapun juga, dia tetap harus merawat ayahnya yang sakit, dong.”Sebelum Daniel selesai berbicara, Beny sudah menyela, “Sudahlah! Kalau dia nggak mau pulang, ya biarkan saja. Anggap saja aku nggak punya anak. Aku sudah capek, kamu pulang saja dulu.”Beny sudah mengusirnya secara halus. Jadi, Daniel juga tidak bisa mengatakan apa-apa. Saat melihat Beny menutup mata dan terlihat kelelahan, Daniel pun bangkit dan pamit. “Kalau begitu, Kak, Kakak Ipar, aku pamit dulu. Aku bakal datang jenguk kamu lagi lain hari. Jangan khawatir, aku pasti akan mengurus perusahaan dengan baik!”Selesai berbicara, Daniel melihat Beny masih menutup matanya, seperti sudah ketiduran. Laura pun menyeka air matanya dan berkata, “Ayo kuantar.”Setelah mengantar sampai ke depan lift, L
“Anggaran?” Daniel bertanya sambil mengerutkan alis, “Bukannya anggaran yang kamu terima lumayan banyak?”“Begini, biaya untuk mengundang peracik aroma saja sudah sangat besar. Ayah juga tahu kalau jasa peracik aroma papan atas sangat mahal. Jadi, dana untuk hal-hal lainnya sudah ... lumayan terbatas.”Saat melihat ke halaman pengeluaran, kening Daniel langsung berkerut erat. Dia menatap angka yang tertulis di sana, lalu berkata dengan ekspresi suram, “Bukannya sebelumnya kamu sudah dikasih tahu seberapa besar anggarannya dan dipesan untuk jangan sampai lewat batas? Kenapa pengeluarannya melebihi anggaran sampai begitu banyak?”“Siapa peracik aroma papan atas yang kamu undang? Harganya benar-benar nggak masuk akal! Apa kamu sudah tertipu?” tanya Daniel sambil menunjuk ke angka di yang tertulis di kertas dengan kesal.“Nggak kok!” Edward buru-buru melambaikan tangan dan menjelaskan, “Ini peracik aroma papan atas internasional yang susah payah aku dapatkan dari koneksiku. Promosinya juga
Edward terdiam sebentar, lalu berkata dengan suara kecil, “Mama memang nggak berwawasan luas. Gimanapun juga, dia cuma seorang wanita. Papa nggak perlu marah lagi. Kalau hal ini sudah terselesaikan dengan baik, anggap saja semuanya sudah berlalu. Jangan khawatir, nanti aku bakal bujuk Mama juga. Dia cuma melampiaskan sedikit kekesalannya, jangan dianggap serius. Wanita cuma perlu merengek sebentar, habis itu juga bakal baik-baik saja.”“Mama sudah bersamamu begitu lama, kamu sudah pasti paham sama sifatnya. Di acara lelang kemarin, dia memang sudah bertindak gegabah. Tapi, itu juga karena dia sudah menekannya terlalu lama. Papa ... maafkanlah Mama sekali ini.”Saat mendengar Edward yang mengerti maksudnya, Daniel baru merasa lebih nyaman. “Sudahlah, aku juga cuma mengeluh padamu. Kata-katamu benar, sifat mamamu memang begitu. Nanti aku bakal belikan dia sebuah kalung permata. Habis itu, masalah ini juga pasti berlalu.”“Emm. Kalau begitu, aku balik kerja dulu ya, Pa.”Daniel mengangguk
“Oh?” Baru saja Yuna ingin bertanya siapa orang yang mencarinya itu, dia sudah melihat orang yang duduk di ruang tamu. “Lisa?!”Yuna sangat terkejut dan tidak menyangka Lisa datang mencarinya. Namun, dia juga sangat senang dan bertanya, “Kok kamu bisa datang kemari?”“Lho? Memangnya aku nggak boleh datang?” Lisa sangat ramah dan langsung memeluk Yuna sambil berkata, “Lama nggak jumpa. Aku sudah rindu sama kamu!”“Emm, aku juga merindukanmu!” Yuna bertanya sambil menepuk-nepuk punggungnya, “Kenapa? Ada acara catwalk lagi?”“Memangnya harus ada acara catwalk baru boleh datang?” Setelah menjawab, Lisa berhenti sejenak. Awalnya, dia masih ingin membiarkan Yuna menebak-nebak lagi. Namun, dia yang berkepribadian ceria sudah tidak bisa menahannya. Dia pun berkata, “Kali ini, aku datang membawa bisnis untukmu.”“Bisnis?” Saat melihat ada banyak rekan lain yang sudah mau pulang, Yuna menepuk tangan Lisa dan berkata, “Tunggu bentar, ya. Aku ganti baju dan ambil barang-barangku dulu. Kita bicarak
“Apa maksudmu? Apa temanya? Buat siapa? Apa ada permintaan tertentu? Untuk kapan? Mau berapa banyak?” Yuna langsung menanyakan serentetan pertanyaan.Lisa yang sedang menyantap udang pun tertegun sejenak, lalu mengedipkan matanya. “Ergh ....”“Apa kamu mau datang berbisnis denganku tanpa merencanakan apa pun sebelumnya?” Yuna menertawakannya. “Lagian, di sana ada banyak peracik aroma, ‘kan? Yang papan atas juga banyak. Papamu sendiri juga seorang peracik aroma. Ngapain kamu datang jauh-jauh kemari buat mencariku? Jangan-jangan ... kamu cuma ngidam hot pot?”Meskipun hanya setengah bercanda dengan Lisa, tetapi setengah dari ucapan Yuna memang adalah kenyataan. Selain itu, terlepas dari seberapa maju industri ini di Prancis, ayah Lisa juga merupakan orang yang sangat bertalenta dalam industri ini. Dari tim peneliti dan murid yang dibimbingnya, ada begitu banyak orang yang berketerampilan tinggi. Kenapa Lisa harus mencari Yuna? Apa dia sengaja mau memberikan kesempatan untuk Yuna?“Tentu
Saat hampir tiba di rumah, Yuna mendapat telepon dari Brandon. “Sudah pulang?”“Sudah hampir sampai.” Yuna menjawab, “Kira-kira 5 menit lagi.”“Kalau begitu, tunggu aku di depan pintu, ya. Nggak usah masuk lagi.” Brandon berkata, “Aku keluar sekarang juga.”Yuna pun tertegun dan bertanya, “Mau keluar?”“Emm.”“Ada masalah?”“Kukatakan nanti saat ketemu.”Setelah berpikir sejenak, Yuna mengangguk dan berkata, “Oke deh. Aku sudah mau sampai.”Tak lama kemudian, mobil Yuna sudah sampai ke kompleks mereka. Begitu sampai di depan vila, Yuna pun melihat Brandon yang sedang berjalan keluar. Pakaiannya tidak terlalu formal, seharusnya bukan mau hadir ke pertemuan yang penting. Namun, Brandon juga tidak memberitahunya ke mana mereka akan pergi.Saat melihat Brandon membuka pintu pengemudi, Yuna pun tertegun dan tidak mengerti apa yang mau dilakukannya.“Aku saja yang nyetir. Kamu sudah sibuk seharian, istirahatlah.”“Oh,” sahut Yuna. Dia membuka sabuk pengaman, lalu turun dari mobil dan masuk k
“Tempat ini ....” Yuna sudah bisa menebak, tetapi masih tidak pasti.“Suka nggak?” Brandon tidak menjawab dan malah balik bertanya. Dia menatap ke sekeliling dan merasa puas akan keseluruhan desainnya.“Memangnya kenapa kalau suka atau nggak? Kalau suka, memangnya tempat ini bakal jadi milikku?” tanya Yuna dengan setengah bercanda sambil melirik Brandon. Dia menyentuh tabung uji dan merasa semuanya masih sangat baru.“Benar!” Brandon menjawab dengan pasti, “Kalau kamu suka, tempat ini bakal jadi milikmu!”Tangan Yuna langsung berhenti menyentuh tabung uji. Dia melirik Brandon dengan agak terkejut dan berkata, “Kamu memang membelinya untukku?”Meskipun sudah bisa menebak, Yuna masih merasa terkejut begitu mendengar perkataan Brandon. Bagaimanapun juga, Yuna baru berpikir untuk mendirikan studio sendiri. Namun, Brandon malah sudah memilih tempat dan selesai merenovasinya. Hal ini terlalu kebetulan. Apa Brandon bisa menebak pemikirannya?“Kalau nggak?” Brandon merasa sangat puas setelah m
Sang Ratu tidak mengatakan apa-apa lagi dan melayangkan tatapan matanya ke arah Yuna. Fred dengan segara menangkap maksudnya, dan meminta anak buahnya untuk melepaskan kain yang menutup matanya.Sebenarnya Yuna dapat mendengar apa yang mereka perbincangkan, tetapi dia hanya tidak menghiraukannya. Ketika kainnya baru saja dibuka, Yuna masih tak terbiasa dengan cahaya di luar dan refleks menyipitkan matanya, lalu baru dia membuka matanya perlahan agar terbiasa.“Oke, semuanya sudah siap. Kita bisa mulai sekarang!” kata Fred dengan gembira, tetapi seketika itu dia teringat sesuatu dan menatap Yuna, “Oh ya, karena kita ada di posisi yang sama, sama-sama berkontribusi untuk Ratu, kalau kamu punya permintaan terakhir, bilang saja. Aku akan mewujudkannya.”“Kalau begitu boleh biarin aku pergi?”“Ooh, kamu sudah tahu itu nggak mungkin! Tolong jangan minta sesuatu yang nggak mungkin aku kabulkan. Lebih baik baik realistis sedikit, misalnya … minta aku jagain anak kamu atau semacamnya?”Walaupun
“Aku nggak butuh janji manis darimu. Aku mau kamu percaya diri operasinya bakal berjalan lancar!” ujar Fred menekankan seraya menatapnya.Rainie menarik napas panjang, dan dengan nada yang tegas dia berkata, “Siap, Pak Fred. Aku jamin semuanya berjalan dengan lancar!”Kepercayaan diri yang terpancar di mata Rainie membuat Fred cukup puas dengannya. Dia mengangguk dan berkata,” Bagus, itu dia yang aku mau. Kamu harus yakin, baru operasinya bisa berhasil!”Kemudian, Fred berbicara ke arah mic yang terpasang di kerahnya, “Semuanya sudah siap?”Menerima tanggapan dari mic itu, Fred pun mengangkat kepalanya menatap Rainie beserta ketiga dokter itu, “Kalian juga tolong bersiap sekarang. Pakai baju operasinya.”Rainie bersama tiga orang lainnya pergi ke ruang ganti yang sudah disediakan, kemudian terus ke bagian dalam di mana terdapat sebuah ruang operasi dengan berbagai peralatan lengkap. Bisa membangun tempat seperti ini di negara lain tanpa ketahuan tentu adalah hal yang luar biasa. Harus
Rainie tentu saja ingin mengatakan tidak ada masalahnya dan semuanya akan baik-baik saja, tetapi dia tak kuasa untuk mengucapkannya keluar. Jari-jari tangannya gemetar membayangkan itu. Operasi pemindahan otak … operasi yang begitu sulit dan rumitnya Fred mau Rainie melakukannya sekarang? Sendirian?!Tampaknya Fred juga menyadari kekhawatiran Rainie itu, dan dia pun berkata, “Tenang saja, tentu kamu nggak sendirian. Aku sudah menyiapkan satu orang asisten profesional yang bakal membantu kamu nanti.”….Terima kasih banyak! Itulah yang ada di pikiran Rainie, mengapa tidak dia saja yang mengerjakannya dan gantian Rainie yang bertugas sebagai asisten? Kalau dia profesional, untuk apa dia hanya bertugas sebagai asisten? Bukankah itu sama saja dengan meremehkannya?Rainie selalu berpikir dirinya yang terbaik dan serba bisa, tetapi itu hanya sebatas melakukan eksperimen dan meneliti obat-obatan. Melakukan operasi, apalagi operasi yang tingkat kesulitannya sangat tinggi seperti memindahkan ot
Kini Rainie mengerti. Tak heran tadi mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dan pergi bersama tim mereka masing-masing. Dengan kata lain, mereka sudah memiliki tugas tersendiri. Dengan begitu, andaikan suatu hari mereka tertangkap dan diinterogasi, mereka tidak tahu apa-apa“Terima kasih banyak atas kepercayaannya, Pak Fred,” ucap Rainie. Memberikan buku instruksi yang lengkap menunjukkan Fred percaya padanya, Rainie merasa sangat bahagia, bukan karena mendapat kepercayaan Fred, tetapi karena perasaan dianggap sebagai orang penting inilah yang dia inginkan selama ini.“Jangan salah paham, bukan berarti aku percaya sama kamu. Aku begini karena langkah yang paling penting aku mau kamu yang kerjakan!”“Apa itu?”Sembari mereka berbicara, Fred membawa Rainie pergi ke bagian terdalam dari lab tersebut. Di sana terdapat sebuah pintu besi yang sudah lama terkunci dan berkarat. Namun ketika Fred mendekatinya, pintu itu seperti memiliki sensor dan perlahan terbuka. Tidak ada bunyi gesekkan bes
Selagi Rainie menggigit rotinya, dia mendengar suara ribut yang asalnya dari luar. Suara itu seperti roda yang bergulir, tetapi suaranya lebih besar lagi, bahkan sampai mencuri perhatian semua pekerja yang sedang makan di dalam. Beberapa di antara mereka yang lebih gesit sudah langsung berlari ke luar untuk melihat. Rainie sedikit lebih lambat sehingga dia agak terhalang oleh yang ada di depannya, tetapi dia dapat melihat ada benda seperti kotak yang berukuran sangat besar dibawa masuk.“Ada apa? Ada apa?” tanya mereka yang di belakang.“Kayaknya mereka membawa kotak besar, tapi aku nggak tahu apa isinya,” jawab yang di depan.“Apa lagi kalau bukan barang percobaannya!” jawab yang lain.Rainie bergidik ketika mendengar orang itu. Barang percobaan, lantas apakah berarti yang ada di dalam kotak besar itu Yuna? Dia ingin melihatnya lebih dekat, tetapi kotak itu sudah dibawa pergi. Tak lama petugas datang dan memberikan instruksi kepada mereka.“Semuanya bagi kelompok sesuai daftar nama in
Kesunyian sebelum badai tiba ini membuat siapa pun yang berada di tengah keadaan itu terasa sesak. Begitu malam tiba, orang yang seharusnya datang mengantar makanan kali ini tidak datang. Semarah apa pun, biasanya Fred akan tetap meminta bawahannya untuk mengantar makanan karena dia ingin tubuh Yuna tetap fit agar bisa digunakan dalam eksperimennya. Yuna juga sebenarnya tidak begitu lapar. Dia bisa saja melewati malam ini tanpa makanan. Namun hal ini secara tidak langsung membuktikan bahwa memang terjadi sesuatu di luar sana.“Di mana makan malamku?” tanya Yuna seraya membuka pintu dan bertanya kepada orang yang berjaga di luar.“Malam ini nggak ada makanan. Bu Yuna silakan istirahat lebih awal,” jawabnya.“Kenapa?”Yuna bertanya, tetapi kali ini si penjaga pintu tidak lagi menjawabnya. Dia hanya mengatakan malam ini tidak ada makanan, dan setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Melihat itu, Yuna tahu pertanyaannya hanya akan diabaikan, jad dia mengganti pertanyaannya, “Fred di
Ross berdiri mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Oke! Aku nggak bisa banyak membantu, tapi aku cuma mau bilang kalau semua ini bisa selesai selama kita menolong mamaku dan menghentikan Fred. Asal itu tercapai, aku nggak masalah kalian mau mendobrak kedutaan sekalipun!”Chermiko, yang sejak awal hanya diam saja tampaknya terpikir akan sesuatu. Di saat itu dia pun tiba-tiba berkata, “Ah, aku tahu!”Sontak, semua orang langsung diam dan menatapnya dengan rasa penasaran. Di situ Chermiko berdeham dan berkata, “Aku kurang lebih sudah tahu apa yang mereka rencanakan. Mereka pasti mau menjalankan R10!”“... kamu baru tahu?” tanya Brandon.Semua orang juga sudah tahu kalau apa yang akan Fred lakukan besok adalah menjalankan eksperimen yang selama ini dia nantikan. Memang selama ini hanya R10 yang menjadifokusnya. Dia juga sudah mengerahkan segenap sumber daya yang dia punya untuk melakukan penelitian itu. Meski tidak terbongkar secara terang-terangnan, semua yang hadir di sana pasti tahu.
“Sudah jelas!” seru Ross. “Anak buahku yang di kedutaan juga bilang sejak dua hari ke belakang memang ada yang nggak beres. Tapi aku juga nggak tahu persisnya apa!”Bahkan sebagai pangeran sendiri, informasi yang Ross dapatkan juga sangat terbatas. Brandon dan Edgar sama-sama tidak terlalu banyak berkomentar. Mereka hanya bertukar pandang satu sama lain tanpa mengutarakan pendapat.“Pak Edgar, gimana menurutmu?” tanya Shane.Kehadiran Edgar malam ini bersama yang lain mengartikan dia ingin menyelesaikan masalah ini bersama, bukan hanya sebagai pendengar saja. Maka itu, sekarang mereka tidak memandang tinggi rendah jabatannya. Siapa pun memiliki suara yang sama dan tujuan yang sama.“Aku mau dengar analisis kalian dulu,” kata Edgar.Brandon berkata, “Seperti yang sudah kita tahu pasti, besok mereka akan mulai beraksi. Di kedutaan sudah kelihatan tanda-tanda yang aneh. Rainie menentang kamu membawa resepnya langsung dan setelah ditolak berkali-kali, akhirnya dia setuju untuk ketemu besok
Fred mengambil kembali ponsel Rainie, dan tiba-tiba dia menanyakan sesuatu. “Bukannya aku sudah minta kamu kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati?”Pertanyaan itu sontak membuat keringat dingin bercucuran. Pertanyaan Fred tadi terkesan sederhana, tetapi di balik itu dia mempertanyakan mengapa Rainie tidak melakukan apa yang dia perintahkan. Shane tahu atau tidak, itu masalah sepele. Yang jadi masalah serius adalah fakta bahwa Rainie tidak mematuhi perintah.“Aku … aku khawatir kalau dia tahu anaknya sudah mati, dia bakal terpukul dan jadi terbangun dari hipnotisnya. Tentu saja bukan berarti hipnotisnya nggak bekerja, tapi aku cuma nggak mau terjadi hal yang nggak diinginkan di saat-saat kritis. Kalau eksperimennya sudah selesai, aku pasti bakal kasi tahu dia.”“Oh, begitu rupanya! Kamu nggak perlu tegang begitu. Aku cuma asal tanya saja. Aku nggak mau kamu merasa terbebani cuma gara-gara itu. Kalau kamu punya pemikiranmu sendiri, nggak masalah. Jalankan saja!”Namun itu bukan berarti