Tanpa sadar Brandon mengencangkan genggaman tangannya. Dia tahu konsekuensinya, tapi dia tidak bisa membiarkan Yuna mengambil risiko untuk itu. Andaikan yang orang yang dibutuhkan untuk terjun ke dalam bencana ini adalah dirinya sendiri, Brandon tentu dengan senang hati melakukannya, tapi sayangnya Yuna-lah yang harus melakukannya.“Mereka berharap dengan bergabungnya aku ke sana, aku bisa menyatukan obat dan parfum secara sempurna, dengan dengan begitu tujuan mereka tercapai. Itu bukan hal yang sulit. Aku sudah pernah berhasil sebelumnya, dan aku tahu gimana caranya menjaga diriku sendiri. Kalau memang mereka masih membutuhkanku, mereka nggak akan menyakiti aku, jadi kamu tenang saja, Brandon. Setidaknya aku masih aman selama mereka masih membutuhkanku,” tutur Yuna.Yuna bisa saja mengabaikan kekhawatiran Brandon dan melakukan apa pun yang dia mau, tetapi dia juga mengerti bahwa kekhawatiran Brandon berangkat dari perhatian dan kasih sayang. Sama halnya Yuna khawatir ketika Brandon ha
Brandon mengakui kalau bicara soal membujuk orang lain, dia masih kalau jauh dari Yuna. Sekhawatir apa pun Brandon, dia tetap kalah dari argumen Yuna. Yang menjadi jaminan terakhir adalah selama Yuna masih tetap bisa dihubungi setelah bergabung, dan akan langsung pergi begitu merasa sudah terlalu berbahaya, Brandon akan mengizinkan. Shane juga berulang kali berjanji kepada Brandon akan menjaga keselamatan Yuna.Setelah mencapai kesepakatan, akhirnya mereka pun bubar. Selama perjalanan pulang, Yuna tidak saling berbicara dengan Brandon karena sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat mobil sudah sampai di depan gerbang rumah, Yuna kaget melihat Stella sudah menunggunya di luar. Stella tidak menelepon atau masuk ke dalam. Dia hanya menunggu di luar seorang diri dan baru mendekat ketika melihat Yuna di dalam mobilnya.“Berhenti,” kata Yuna kepada si sopir, lalu dia turun dan menghampiri Stella. “Kamu mau datang kenapa nggak bilang dulu?”“Aku ….” Stella berkata seraya memegangi perutnya denga
Kalaupun Frans sungguh dikendalikan oleh suatu obat atau hanya berpura-pura, tidak sepatutnya dia sampai bercerai dengan Stella. Frans bukannya sudah memiliki kekasih lain atau berpindah hati. Dia ribut dengan Brandon dan ingin memutus hubungan, itu bisa dimengerti. Akan tetapi, Stella tidak melakukan apa pun yang membuat Frans kecewa, jadi sangat aneh jika dia ingin bercerai. Terlebih lagi Stella sedang hamil. Bukankah meninggalkan Stella di saat seperti ini terlalu kejam?“Kamu ada tanya apa alasanya? Kenapa mendadak begini? Kemarin kalian … bukannya masih baik-baik saja?”“Iya, kemarin masih baik-baik saja. Waktu dia keluar malam-malam, aku pura-pura nggak lihat. Seharusnya dia nggak sadar. Aku sampai nangis-nangis dan memohon sama dia untuk jangan bercerai, bahan sampai teriak-teriak. Tapi dia tetap mau cerai tanpa kasih tahu apa alasannya.”Sebenarnya Stella sudah berusaha untuk tetap tenang saat dia datang. Matanya membengkak dan dia tidak ingin terus menangis, tapi apa daya dia
Di saat seperti ini Stella sudah kehilangan minat untuk menikmati susu hangatnya, tetapi dia tahu jika tidak meminumnya, emosinya akan menjadi tak terkendali, dan Yuna tidak akan mau bercerita lebih jauh. Karena itu Stella pun meminumnya.“Eksperimennya tentu saja bukan aku yang mengerjakan, tapi aku pernah ikut serta, jadi kurang lebih aku paham sedikit.”“Pernah ikut serta gimana? Mungkinkah waktu di lab kamu yang waktu itu? Tapi … bukannya tempat itu sekarang sudah terbengkalai? Dengar-dengar semua orang yang kerja di sana sudah bubar, dan eksperimennya gagal total.”“Bukan gagal, tapi dipindahkan ke tempat yang lebih tertutup. Mereka masih terus bekerja, dan pihak yang terlibat sudah jauh lebih besar lagi. Aku nggak bisa kasih tahu semua detailnya ke kamu, aku cuma bisa bilang bahwa memang benar ada eksperimen seperti itu. Mereka membuat obat aneh yang bisa mengendalikan pikiran orang lain. Aku nggak yakin apakah Frans terkena efek obat itu, tapi perubahannya yang begitu mendadak p
“Dia memaksa pun aku tetap nggak akan mau cerai. Aku bakal terus menempel sampai dia capek!” jawab Stella tanpa berpikir panjang.“Aku bukannya nyuruh kamu untuk benar-benar bercerai. Kalau memang sudah nggak bisa diomongin lagi, kamu turuti saja kemauan dia. Anggap saja perceraian itu waktu untuk menenangkan diri. Mau cerai pun butuh proses dan waktu, nggak bisa terjadi begitu saja. Kita cuma perlu mengulur waktu untuk memastikan apa benar dia berada di bawah kendali obat itu atau bukan.”“Kak Yuna harus bantu aku! Aku nggak pernah minta apa-apa, tapi untuk ini saja aku mohon, tolong bantu aku dan Frans! Aku yakin dia berubah pasti karena pengaruh obat!”“Stel, kamu nggak perlu takut. Aku pasti bakal membantu kamu. Tapi sebelum itu kamu harus berjanji untuk jaga dirimu sendiri. Jangan terlalu tegang sewaktu berdua sama Frans, anggap biasa saja sama seperti dulu.”“Oke!” jawab Stella mengangguk, lalu tiba-tiba dia merintih kesakitan.“Kenapa?” tanya Yuna gugup.“Nggak apa-apa!” jawab S
“Memangnya kamu ada bilang apa? Aku saja sudah nggak ingat.”“Kak Yuna ….”“Sudah, kamu saja masih manggil aku ‘Kak’, cukup sampai di sini saja omong kosongmu! Kalau saja aku berada di posisi kamu waktu itu, aku juga pasti bakal marah. Apa yang kamu lakukan itu wajar, dan di saat itu kamu juga pasti sangat menderita!” Yuna bisa mengerti perasaan Stella, karena jika dia berada di situasi yang sama, dia juga pasti akan memihak kepada Brandon daripada Stella. Yuna dan Stella adalah teman lama, tetapi yang namanya hubungan antar manusia pasti bisa merenggang. Ketika dihadapkan pada pilihan yang sulit, tentu setiap orang akan memilih orang yang dianggap paling penting dalam hidupnya.“Aku ….”“Cukup! Jangan merengek terus, sejak kapan kamu jadi cengeng begini? Aku ngerti semua keresahan dan perasaan kamu! Kita nggak cuma partner kerja, tapi juga teman baik! Karena kita teman, kamu nggak perlu perhitungan begitu. Aku saja nggak perhitungan, jadi kamu juga jangan begitu, ya?”Bahkan Yuna samp
Kenzi masih kecil sehingga kemampuannya dalam memahami masih tidak begitu kuat, wajar jika terjadi salah paham. Sebenarnya, yang lebih penting adalah apakah Yuna mengabaikan perasaan Kenzi hanya karena dia sedang hamil untuk kedua kalinya?Yuna pun memeluk erat Kenzi ke dalam dekapannya dan mengelus rambutnya seraya berkata, “Bandel itu bukan kritik, setiap anak pasti punya kepribadian mereka masing-masing. Ada yang lebih kalem, ada juga yang lebih aktif, tapi itu bukan kekurangan! Kalian semua sama-sama anak kecil yang lucu!”Ucapan Yuna masih tetap saja menyisakan kebingungan bagi Kenzi, tetapi pelukan dari seorang ibu yang begitu hangat membuat perasaannya jauh membaik. Kenzi juga tampaknya mulai menangkap maksud dari apa yang Yuna sampaikan, maka dia pun berkata, “Sama kayak aku yang lebih aktif, sedangkan Kak Nathan lebih kalem, tapi kami berdua sama-sama anak yang baik!”“Betul!” jawab Yuna.“Mama, aku sudah lama nggak ketemu Kak Nathan. Dia sudah nggak main ke rumah lagi?”Kenzi
Angin sepoi-sepoi bertiup lembut di wajah dan memberikan rasa yang begitu nyaman. Terdengar kicauan burung merdu, dan aroma tanaman yang begitu familier. Cahaya yang terpancar di depan mata terlihat sedikit kabur. Di tengah suasana yang terasa samar itu, Chermiko seperti sedang memasuki sebuah ladang yang dipenuhi dengan bunga segar dan berbagai macam tanaman herbal. Di sana dia mencari tahu tentang tanaman herbal dari buku kedokteran yang dia bawa. Satu per satu dia pelajari dan teliti, kemudian memasukkannya ke dalam keranjang dengan hati-hati. Lalu ketika dia berbalik dan baru melangkahkan kakinya, dia terjatuh ke bawah seperti terjun ke dalam jurang yang tak berujung.“Aah-” Chermiko mengeluarkan suara jeritan kecil yang dia paksakan dari tenggorokannya. Dia pun terbangun dari tidurnya dan membuka mata lebar-lebar. Sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat seakan dia baru saja merangkak keluar dari sebuah kolam. Dia menarik napas dengan tergesa-gesa, berusaha untuk memasukkan sebanya