Laura merasa sangat bahagia, saat dia bangun di pagi hari, Noa ternyata tidur disisinya, memeluknya erat.
Walaupun Laura merasa bingung, kenapa Noa masih saja memakai topeng saat tidur? Topeng itu bahkan tidak bergeser sedikit pun.
Sebenarnya Laura sedih, dengan Noa tidak mau memperlihatkan wajahnya. Entah itu baik atau buruk, Laura akan mencoba untuk menerimanya. Dengan Noa tidak mau menunjukkan pada Laura, membuat Laura merasa Noa masih belum mempercayainya.
Tidak aneh sih, mungkin Noa masih menganggap Laura orang asing baginya, jadi Noa masih belum percaya.
Karena Noa tertidur, Laura memiliki keinginan untuk membuka topeng itu. Namun, Laura tidak ingin mengkhianati kepercayaan Noa sedikit pun, jadi dia mengurungkan niatnya tersebut.
Akan tetapi, Laura tidak bisa berhenti memandangi wajah tampan Noa. Yah, walaupun tampan karena Noa menggunakan topeng, apapun itu, Noa tetap tampan bagi Laura.
Takut-takut, Laura menundukkan tubuhnya, untuk mendekati wajah Noa, kemudian mengecup bibir suaminya.
Laura hanya ingin mencium sekilas saja kemudian pergi untuk membuatkan sarapan, namun Noa malah menahan tengkuk Laura, memperdalam ciuman mereka.
Laura yang awalnya tidak siap, lama-kelamaan terlena juga dengan ciuman itu.
Bibir Noa sangat lembut dan tiap lumatan, kecupan, hisapan, semuanya sangat candu bagi Laura, membuat dia menginginkan lagi dan lagi.
Ciuman itu semakin lama semakin mengarah pada hal yang panas dan intens.
Noa menarik pinggang Laura agar semakin mendekat pada tubuhnya, tak lupa tangannya juga sudah mengusap bagian-bagian sensitif tubuh Laura, dan lagi – Laura belum mengenakan pakaiannya kembali sejak semalam.
Noa memang sengaja membiarkan Laura tidak mengenakan apapun selain selimut tebal yang hangat, agar Noa bisa leluasa menjamah dan membelai tubuh istri kecilnya.
“Mmhh!” Laura mulai melenguh saat Noa meremas dadanya dengan agak kencang. Noa melepas ciuman mereka lalu membisikkan kata maaf beberapa kali.
“Tidak masalah, aku menyukainya” sahut Laura, agar Noa tidak merasa bersalah, kali ini Laura akan hati-hati. Takut Noa merasa bersalah lalu berhenti lagi.
Akan tetapi, Noa berhenti sampai disana.
Dia mengecup bibir Laura sekali lagi, lalu berkata, "bersiaplah untuk ke sekolah."
Noa pun beranjak dari ranjang, tetapi dia berhenti saat Laura memegang lengannya. Noa berbalik kembali lalu menatap Laura.
“Kenapa?” tanya Noa dengan suaranya yang lembut.
Laura menggeleng pelan, “aku sudah siap, kamu tidak perlu pergi, kamu bisa menyentuhku, lagi pula aku istrimu, aku ingin menjadi istri yang berguna bagimu.”
Noa berjongkok di depan Laura, lalu bibirnya membentuk sebuah senyuman manis, dia meraih tangan Laura, menggenggamnya erat, lalu berkata, “tapi kamu ada sekolah pagi ini, jadi –”
“Masih jam lima pagi, kita memiliki waktu” ucap Laura.
“Kau yakin, sayang?”
Wajah Laura tiba-tiba merona hanya karena panggilan ‘sayang’ dari Noa, kemudian dia mengangguk pelan.
Laura pikir Noa akan menolaknya lagi, namun ternyata Noa menjauh darinya hanya untuk melepas pakaiannya.
Laura akan mencoba untuk menahannya kali ini.
“Kamu sungguh siap? Yakin?” tanya Noa lagi.
Laura tersenyum lalu mengangguk pelan.
“Aku akan mencoba untuk membuatmu merasa nikmat dan tidak kesakitan. Aku tidak akan maksa, jadi jika kau merasa sakit, kau katakan saja, tidak perlu ditahan” ucap Noa.
Laura mengangguk yakin.
Noa kembali meraih wajah Laura, kemudian mencumbunya, sambil merebahkan tubuh Laura.
Diusapnya tubuh Laura, dadanya, perutnya, pahanya, hingga bagian kewanitaannya. Noa mengusap bagian sensitif itu perlahan-lahan dan hati-hati.
Kemudian, dia melepas ciumannya, dilebarkannya kedua kaki Laura, lalu Noa menenggelamkan kepalanya diantara kedua kaki Laura, menciumi bagian kewanitaan istrinya dengan lembut, namun berhasil membuat Laura menggelinjang merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Ruangan kamar Laura dipenuhi oleh desahan Laura yang semakin membuat Noa merasa terpacu, bersemangat untuk menggerakkan lidahnya menggelitik bagian sensitif itu.
Laura sampai pada puncaknya untuk pertama kalinya, Noa puas melihatnya, istri kecilnya itu sangat cantik, sangat indah dipandang.
Saat itu Laura masih lemas karena pelepasan pertamanya, dia sendiri tidak sadar saat Noa sudah memosisikan miliknya. Dia pun refleks berteriak saat milik Noa tiba-tiba saja masuk, merobek selaput yang selama ini masih tertutup.
“Laura, kau baik-baik saja? Apa aku harus berhenti?” tanya Noa panik.
Laura menggeleng lemah, “tidak perlu, tidak apa, aku – sshh, kakak bisa bergerak” ucap Laura, dia sendiri tidak sadar saat memanggil Noa dengan sebutan kakak.
Namun, meski awalnya dulu Noa menolak, ternyata setelah dipanggil seperti itu dia menyukainya juga. Apa pun itu, jika Laura yang memanggil, dia akan menyukainya.
Noa mulai bergerak perlahan.
Laura menggigit bibir bawahnya, merasakan antara sakit, perih dan juga nikmat disaat yang bersamaan.
Akhirnya mereka melakukan hubungan suami istri untuk pertama kalinya.
Mereka terus bergerak di pagi hari, suara erangan, desahan dan jeritan memenuhi ruangan itu, bersamaan dengan suara kulit bertemu kulit.
Noa tidak bisa menghentikan dirinya sendiri. Laura pun tidak sadar saat itu, yang dia ketahui hanya dia merasakan kenikmatan dan juga rasa sakit.
“Terima kasih sayang, jika kamu sakit, kamu bisa ijin tidak masuk sekolah untuk sementara, aku juga akan ijin tidak masuk kerja” ucap Noa setelah mereka selesai bercinta.
Kini Laura tidak memiliki tenaga sama sekali, tubuhnya sakit, kakinya lemas, bahkan untuk menanggapi ucapan Noa saja dia tidak mampu.
Noa menarik Laura ke dalam pelukannya, “aku akan mengizinkan mu untuk tidak sekolah hari ini, kita disini saja. Oh iya, kamu mau pergi bulan madu?”
Kali ini Laura menoleh pada Noa, “bulan madu?” tanya Laura dengan suara serak, karena suaranya hampir habis.
“Iya, kita bisa ke Malibu misalnya, atau Maldives, Dubai, Swiss ... kamu bisa pilih” kata Noa, kemudian dia mengecup kening istrinya.
“Tapi bagaimana dengan sekolahku?” tanya Laura.
“Itu bisa diatur, lagi pula tidak harus sekarang, mungkin nanti, jika kau mau pergi saat liburan juga tidak masalah” ucap Noa.
“Boleh aku meminta sesuatu?” tanya Laura.
“Boleh, tanyakan saja, kau bisa meminta apapun yang kamu mau, sayangku” bisik Noa, sambil mengecupi leher Laura.
“Mmhh, geli ... Aku hanya ingin melihat wajah kakak, boleh kan?”
“Tidak bisa sayang, kau boleh meminta yang lain selain itu, aku tidak ingin menunjukkannya padamu saat ini, aku tidak siap, maafkan aku, mintalah yang lain” kata Noa, dia terdengar agak marah, namun dia masih tersenyum pada Laura.
Ucapan itu membuat Laura yakin jika Noa belum percaya padanya. Entah Noa masih menganggapnya orang asing atau apa.
“Aku hanya ingin dipeluk saja” ucap Laura kemudian.
Noa pun menarik pinggang ramping Laura, “oh, nanti dulu ya, aku akan menelfon seseorang untuk mengizinkan mu, okay?”
Noa tidak mengetahui, jika hati Laura sakit karena ucapannya.
"Dia masih belum mempercayaiku," gumam Laura.
“Sayang, mau jalan-jalan?” tanya Noa tiba-tiba, saat itu Laura sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, menoleh pada suaminya sambil menatap penuh antusias. “Jalan-jalan ke mana?” Noa mengedikkan bahunya, “entah, kamu maunya ke mana?” Laura terlihat berpikir sejenak, “aku sebenarnya tidak terlalu mengenal sekitar sini, tapi aku suka ke taman atau ke pantai,” ucap Laura antusias. Bibir Noa membentuk senyuman tipis, “kalau begitu kita ke pantai, aku memiliki villa dengan pantai pribadi, ada yacht kecil juga di depannya jika kamu ingin menaikinya, tapi, kamu sudah baikan? Maksudku, tidak sakit lagi?” Laura mengangguk pelan, “tidak terlalu sakit kok, lagi pula kita ke sana kan naik mobil” ucap Laura, masih saja antusias. Noa gemas melihat istri kecilnya tersenyum lebar seperti itu, dia terlihat bahagia hanya karena hal sederhana. “Kalau begitu aku akan siap-siap ya, kamu bawa apa yang dibutuhkan, jika tidak ada kau bisa mengatakannya padaku” kata Noa, dia kemudian berdi
Laura tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya setelah sampai di balkon lantai dua vila.Bagaimana tidak? Pemandangan pantai dan laut yang disajikan sangat indah, jadi Laura tersenyum lebar sekali.Noa yang melihat semua itu jadi ikut tersenyum, dia tidak menyangka hal sederhana seperti pemandangan pantai bisa membuat istri kecilnya bahagia.“Kamu suka dengan pemandangannya?” tanya Noa.Refleks Laura mengangguk antusias, “iya! Suka sekali! Dulu aku sering diajak ke pantai oleh papa, papa juga pernah ada kerja di luar kota, aku diajak dan kami – oh, maaf, aku tidak bermaksud cerewet.”Laura buru-buru menutup mulutnya, takut jika Noa kesal karena dia banyak bicara.Noa tersenyum, Laura bisa melihatnya karena Noa terus memakai topeng yang mulutnya terbuka. Laura sangat suka jika Noa memakai topeng itu daripada yang seluruh wajah, baginya Noa sangat tampan meski yang bisa dilihat hanya bibir dan dagunya saja.Wajah Laura mulai merona hebat saat tangan Noa terangkat untuk mengusap kepalanya
“Wajahku ditutup atau tidak, itu bukan urusanmu” ucap Noa dengan nada dingin. Suasana sudah menjadi dingin dan tidak mengenakkan, padahal saat itu masih sekitar jam setengah tiga sore. Udara yang hangat mendadak menjadi dingin karena Noa dan Dave. Laura yang bingung harus bagaimana sedang memutar otak untuk mendamaikan mereka. “Anu, Dave, bagaimana kau bisa ada disini? Apa kau tinggal disini?” tanya Laura. “Tidak, hanya saja aku ingin mengunjungi villa kakakku, ingin tahu bagaimana rupa istri kakakku yang payah itu, tapi malah bertemu denganmu” kata Dave. Laura memproses ucapan Dave sejenak, baru setelahnya dia menyahuti, “maksudmu, ini villa kakakmu?” tanya Laura sambil menunjuk villa milik Noa. Dave menggeleng, “tidak, tapi yang itu” Dave menunjukkan villa lain yang berada tepat di sebelah villa milik Noa. “Kenapa kamu menunjuk villa ku, sayang?” kata Noa. Dahi Dave mengerut mendengar villa besar yang Laura tunjuk itu milik Noa. “Ah, jadi itu milikmu, berarti kau anak pertam
..Rasanya seperti keajaiban, Noa dan Dave yang tadinya seperti musuh bebuyutan, kini berubah menjadi akrab dan bahkan saling bercanda.Laura tercekat, mata indahnya berkedip-kedip tidak percaya, ini seperti sihir.Ah, mungkin Laura saja yang berlebihan, namun dia sungguh tidak menyangka Noa dan Dave akan menjadi seakrab itu.Lomba memancing dimenangkan oleh Noa, selisih dua gurita saja.Semua gurita dimasak dan dibagikan, yang memasaknya adalah Laura dibantu beberapa pelayan.Merasakan masakan gurita seperti yang dulu Laura buat bersama ayahnya, membuatnya merindukan sosok ayah. Namun, disisi lain dia juga sangat bahagia.“Ternyata kamu pinter masak juga ya Laura, andai aku mengenalmu duluan, pasti kita udah paca – aduuh!”Noa menyingkirkan Dave lalu mendekati Laura dan memeluk pinggang istrinya tersebut. Dave yang diperlakukan seperti itu mencebikkan bibirnya kesal, meski sebenarnya Dave mengatakan itu juga bercanda.Dave adalah anak lelaki yang baik, kedua orangtuanya merupakan seo
..Noa mengumpat pelan, baru kali ini dia merasa sangat ceroboh. Bagaimana bisa dia keceplosan seperti itu? Bagaimana jika nanti Laura memintanya menelfon Vanno untuk bukti?Ah, pikiran Noa sedang kacau sekarang. Dia dan Laura sudah kembali ke villa, Dave juga sudah pergi.Saat itu Laura sedang mandi, jadi Noa hanya menunggu sambil memainkan ponselnya, juga sambil memantau kerja perusahaannya.Selain masalah Laura, Noa juga memiliki masalah lain dengan perusahaan. Perusahaan yang Noa rintis sendiri dari nol sudah semakin berkembang pesat sekarang, terutama setelah Noa mengeluarkan produk mie instan.Awalnya produk itu masih dua varian rasa saja, yaitu mie goreng dan mie ayam bawang. Namun, karena langsung meledak di pasaran, jadilah sekarang produk itu memiliki banyak varian lain.Masalahnya adalah, sedang ada perusahaan besar yang mencoba untuk menjatuhkan produk milik perusahaan Noa.Karena itu, dia harus sering-sering memantau perusahaan. Apalagi, ibu tiri Noa itu suka sekali ikut
..“Laura!!”Baru saja Lara sampai di kelas, Ruby dan Lira telah menyambutnya, keduanya adalah teman yang paling dekat dengan Laura, meski anak-anak yang lain juga baik pada Laura.Prinsip Laura adalah baik pada semua orang, bahkan meskipun orang lain jahat padanya, tapi bukan berarti dia akan mudah dimanfaatkan.Tentu saja Laura tahu mana yang benar-bena baik, dan mana yang tidak.Sejauh ini, Ruby dan Lira memang tulus berteman dengannya.Ada pula teman yang awalnya baik, tapi setelah Laura mengatakan dia bukan berasal dari keluarga berada, dia malah pergi. Memang Laura mengakunya dia berasal dari keluarga biasa saja, dia bisa seklah di sekolah elit itu juga karena bantuan seseorang.Laura tidak berbohong kan? Dia memang bisa sekolah berkat bantuan suaminya, yang kaya raya juga suaminya, bukan Laura sendiri.“Kamu sudah baikan?” tanya Lira, dia ini duduknya ada di belakang Ruby, sedangkan Ruby sendiri duduk di samping Laura. Lira duduk sendirian karena ternyata dia agak dijauhi oleh
..Noa sangat terkejut mendengar ada beberapa siswa melapor jika Selyn dan Laura bertengkar.Wali kelas mereka adalah bu Sela, karena Noa menggantikan bu Sela mengajar bahasa Inggris, jadi sudah sepatutnya dia yang mengurusi kelas itu.Jadinya anak-anak itu melapor pada Noa, atau pak Vanno.Tentu saja Noa sangat khawatir, terutama pada Laura, istri kecilnya.Dengan setengah berlari, dia pun pergi ke tempat kejadian, yaitu taman.Sampai taman sudah ada Dave yang melerai mereka.Baik Selyn maupun Laura sama-sama berantakan. Selyn menangis, sementara Laura diam saja.Noa saat itu tercekat melihat Dave memeluk Laura dari belakang. Dia tidak ingin menjadi kekanakan dan cemburu atau apa, padahal Dave hanya melerai Laura dan Selyn.Selyn sendiri juga dipeluk temannya dari belakang.Namun, bagaimana bisa Noa tidak cemburu?Noa baru sadar dari lamunannya saat Selyn tiba-tiba datang untuk memeluknya.“Pak Vanno! Ini semua
..Laura tidak mau percaya jika tidak melihat langsung, jadi sepulang sekolah dia mencari tentang pak Vanno di internet.Benar saja, ternyata pak Vanno viral dimana-mana, sebagai guru tertampan yang misterius. Karena tidak ada yang mengetahui latar belakang pak Vanno, dimana alamatnya, siapa keluarganya, semuanya rahasia.Di semua platform media sosial, yang muncul adalah akun fans dari pak Vanno saja, tidak ada akun asli.Anehnya, banyak yang mengikuti akun fans itu.Ini aneh sekali.Apa sungguh tidak ada informasi apa pun tentang pak Vanno? Bagaimana Laura bisa menyelidikinya jika begini? Bukan hanya Noa, bahkan Vanno pun misterius.Benar-benar mencurigakan.Akan tetapi, Laura sudah memiliki rencana bagus. Tadi dia sudah memberi stiker hati kecil di kotak bekal milik pak Vanno. Kotak bekal itu sudah dikembalikan pada pemiliknya.Laura ingin tahu saat Noa datang dia akan membawa kotak bekal serupa atau tidak, dia akan memastikannya.Namun, sebelum itu, Laura akan turun ke dapur untu