Part 17
Kakimu mesra, Mas!Aku tidak memberitahu Mas Yogi bahwa ada seseorang yang selalu mengirimiku pesan berisi foto-foto nya, kenikmatanku hilang dalam sekejap saat membaca satu pesan dari si Arman itu. Bakso kesukaanku itu berubah rasa menjadi hambar karena satu orang ini. Mbak Yanti memberiku kode untuk tetap tenang, aku duduk dan kembali menyantap bakso itu dengan terpaksa. Kunyahanku berubah kesal, aku menggigit bakso dengan kasar.“Sialan, di mana dia bersembunyi?” aku geram.Mungkin benar apa kata Mbak Yanti, dia bisa saja menjadi ulat bulu yang mengganggu rumah tanggaku, aku harus kuat, aku mengatur nafasku yang agak sesak waktu itu.Usai menyantap bakso Mbak Yanti pun pamit pulang di antar oleh Firman. Tapi si Firman itu malah balik kembali ke rumahku usai mengantar Mbak Yanti. Aku yang sejak tadi sudah membersihkan ruang tamu bekas makan-makan kami semua mendengar suara kedatangan motor Vario milik Firman.“Kenapa sih, cowok itu ke siPart 18Hari ini hari libur, tapi sepertinya Mas Yogi mempunyai acara sendiri, pagi-pagi sekali si pria kemayu itu sudah datang ke rumah, katanya mau pergi sama Mas Yogi. Aku yang tak berani bicara ini mencoba mengumpulkan kekuatan untuk bisa berani mengungkap kebenaran di balik mereka berdua.Mas yogi masih di kamar tamu saat Firman dating, entah kenapa sudah hampir 10 hari kami tinggal di rumah ini Mas Yogi serasa menjauhi aku terus. Apalagi jika malam tiba, aku lebih banyak tidur berdua sama Viyo. “Pagi banget, akunya juga belum mandi, tunggu aja lah! Aku mandi dulu sebentar.’ ucap Mas Yogi.Firman menunggu sendiri di ruang tamu sedangkan Mas Yogi asik membersihkan diri di kamar mandi. Entah apa yang terlintas dalam benakku spontanitas tanganku meraih Alquran kecil yang biasa aku pakai, aku memberanikan diri mendekati Firman walau sebenarnya aku merasa malas berhadapan dengan laki-laki brengsek ini yang terus saja mengekor di belakang suamiku. Aku sodorkan A
Bab 19MengintaiPart 19 Yah benar ini adalah jalan menuju hotel Rodante, hotel yang belum lama ini aku salah faham pada Mia –adik bungsunya Mas Yogi. Dugaanku sepertinya tidak salah, mereka menuju ke hotel Rodante persis dengan yang aku pikirkan, aku melihat dari kejauhan dua orang laki-laki sedang menaiki sebuah motor. “Astaghfirullah hal’adzim… Apa yang kamu lakukan, Mas?” sahutku dalam bisik. Tangan itu memeluk suamiku dari belakang, pipinya ia sentuhkan ke punggung Mas Yogi, aku melihat mereka dari belakang, punggungnya yang anggun itu membuatku jijik. “Kenapa kau merayu suamiku? Tidakkah ada laki-laki lain yang kau bisa kau rayu?” gerutuku pada Firman.Entahlah, aku tidak tahu, hatiku dalam kebimbangan, apakah ini kesalahan Mas Yogi atau mungkin ini karena penyakit laknat yang dibawa oleh Firman? Sejujurnya aku lebih condong kepada si Firman itu, sejak dia datang ke rumahku mas Yogi lebih banyak keluar rumah dibanding berkumpul bersama keluarga meskipun itu di hari libur. Aku
Part 20Pertengkaran Dahsyat“Harusnya aku yang bertanya, Mas! Mau ke mana kamu sama dia, HAH? Sampai-sampai berboncengan mesra di atas motor berdua, seperti sepasang kekasih, GILA kamu, Mas!” “Kenapa kau tidak mencari wanita yang halal saja untuk kau peluk? Kenapa pria pendosa itu yang kau pilih untuk jadi pasangan selingkuhmu, Mas?” “Kenapa kau manorehkan dosa besar dengan perbuatan laknatmu itu? Aku heran sama kamu, Mas. Apa benar kamu itu jeruk makan jeruk, HAH?” sungutku. “LANCAAANGG!!!” Teriak Mas Yogi. Entah kenapa mulutku rasanya tak bisa berhenti mengucapkan unek-unek dalam hati. Telapak tangannya hampir saja melayang dan mendarat lagi di pipiku, namun sebelum itu terjadi aku menyodorkan dengan ikhlas pipiku sendiri untuk ia tampar. Ku dekatkan wajahku pada wajahnya itu. “Pukul, Mas. PUKUL!” Teriakku. “Pukul aku, Mas, pukullah! biar wajahku benar-benar menjadi memar dan menjadi bukti kekerasan perlakuanmu,” ancamku. Aku m
Part 21Dia Selingkuh, Ayah. "Silvi?" Ibuku terlihat kaget saat aku sampai di rumahnya. Jaraknya jauh dari rumahku sekitar satu setengah jam perjalanan mobil. “Tumben, siang-siang ke sini? Hari minggu lagi, biasanya kamu ke sini hari Sabtu.” Sapa Bu Teti, ibuku. “Emangnya besok kamu nggak ngajar?” tanya ibuku. Aku bingung harus menjawab apa, biasanya hari Minggu jam segini jadwalnya aku pulang kembali ke rumahku, tapi sekarang aku malah baru dating. Seberapa heran pun ibu melihat kedatanganku, dia tetap menyambutku dan cucunya dengan hangat. Aku sembunyikan tangisku, ku tahan dan aku coba merahasiakannya, kejadian yang menimpaku beberapa saat lalu tidak boleh membuat ibuku khawatir. “Mana Yogi, Nak? Kenapa kamu tidak berbarengan dengannya?” selidik ibuku. Deg.... Jantungku mulai berdebar, mendengar nama itu hatiku sesak rasanya membayangkan penghianatan yang telah ia lakukan terhadapku. “M… anu, Mas Yogi sibuk, Bu. Dia ke luar k
Part 22 --- Tak Ingin PisahAku tersentak dengan perkataan ayahku sendiri, bulir di mataku semakin deras, kelabu yang membendung di pelupuk mataku tumpah sudah. Bagaimana bisa aku menerima dia sebagai maduku, sedangkan dia sendiri adalah haram untuk suamiku.Aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku di hadapan ayah, “Oh ayah, andaikan kau tahu siapa pasangan selingkuhnya Mas Yogi, mungkin sikapmu tidak akan seperti ini kepadaku,” bisikku dalam hati. “Aku pun ikhlas, ayah, jikalau dia seorang wanita, tetapi kalau pasangan selingkuhnya si Firman itu, aku tidak bisa menerimanya, aku tidak bisa diam saja, ayah, ini adalah perbuatan dosa yang sangat besar, aku tidak mau menjadi istri bayangan yang menutupi dosa-dosa suamiku, aku tidak mau tergolong sebagai kaum Nabi Luth, ayah.” Lirihku. Pasti tak terdengar oleh ayah. “Sudah, jangan membantah! Kamu wanita, fahamlah fitrahnya wanita itu harus menurut apa kata suamimu, Nak.” Ucap ayah bijak. Ayahku
Bab 23Rayuan Maut"Saya akui, saya memang memiliki wanita idaman lain. Jujur saya lebih nyaman dengannya daripada dengan Silvi, istri saya sendiri. Tapi setelah berfikir semalaman saya tidak mau berpisah, kemarin itu saya benar-benar khilaf, saya mohon Silvi kembali ke rumah." pinta Mas Yogi. Aku yang duduk di samping ibuku merasa kesal, bisa-bisanya dia mempunyai wanita lain, pantas saja selama ini dia sangat dingin terhadapku. “Siapa, Mas? Siapa wanita itu?” tanyaku penasaran. Tapi entah kenapa aku merasa tidak peercaya dengan perkataannya itu, dia sepertinya tidak betul-betul jujur, aku yakin Mas Yogi pasti berbohong. Ibu menarik tanganku membawaku ke kamarnya aku sendiri heran dengan sikap ibu.“Sini, ikut ibu!” ajak ibu. Tubuhku yang kurus ini terbawa begitu saja oleh tarikan tangan ibu.“Dengar Silvi, kamu jangan gampang dirayu! Kamu dengar itu kan? Yogi udah punya wanita lain di luar sana, sudah sepatutnya kamu ngasih dia tantangan,” kata
Part 24 Lama Mas Yogi membujukku, walau sempat bersilat lidah namun pada akhirnya aku luluh juga, ayahku merasa senang tetapi ibuku masih khawatir tentang Mas Yogi. “Ingat, Nak, laki-laki itu kalau sekali saja berkhianat alias berselingkuh jangan mudah dipercaya, suatu saat nanti dia pasti melakukan hal itu lagi. Kalau sekali ini kamu luluh, dia pasti ketagihan,” ucap ibu sinis.“Iya, Bu, aku memberikan satu kesempatan buat Mas Yogi, jika suatu saat dia melakukan seperti ini lagi aku tidak akan pernah memaafkannya, ikhlaskan aku untuk mempertahankan rumah tangga ini, Bu!” pintaku pada ibu. Kedua tangan keriputnya ku genggam, adem rasanya menatap wajah teduh ibuku. “Ya sudah, Ibu dukung aja apa yang kamu inginkan, ibu hanya bisa berdo’a semoga saja Yogi benar-benar setia, dan bisa membahagiakan kamu, Nak.” Harap ibu. “Iya, Bu. Do’amu yang paling utama untukku,” jawabku seraya mengecup kedua tangan ibuku itu. ***Aku pulang kembali bersama Mas Yogi ke rumahku di pesisian kota. Rasan
Part 25Motor BaruPOV Author Sudah sebulan lebih Silvi merasa betah di rumahnya, pasalnya sejak kejadian itu Yogi tidak lagi mengacuhkan dirinya. Silvi serasa dimanja dan diperhatikan, si laki-laki kemayu bernama Firman itu pun tak pernah datang lagi ke rumahnya. “Mas Yogi benar-benar menepati janjinya,’ ucap Silvi senyum. Rumahnya sudah selesai ia bereskan, tak ada satupun yang berantakan di rumahnya itu, Silvi menatap jendela, sehelai gorden yang menutupi jendela kecil itu ia singkapkan, hari ini sekolahnya libur tetapi masih hari kerja buat Yogi. Sekolah TK Tempat ia bekerja hanya aktif di hari Senin sampai Kamis saja, Jumat, Sabtu dan Minggu Silvi bisa santai di rumah. “Hm… benar kata Mas Yogi, rumah terasa sepi tanpa Viyo,” gumam Silvi. Viyo sedang bermain di rumah tetangga bersama dengan si kembar Angga Anggi, tiba-tiba Yogi datang bersama seorang teman laki-laki yang juga sama-sama mengendarai motor. Dua motor itu parkir di halaman ru