"Pembayaran biaya operasi atas nama Tuan Axel Anderson sudah lunas. Terima kasih!" ucap seorang petugas administrasi di Rumah sakit tempat Axel dirawat.
Dengan perasaan lega Kaylee berusaha menarik nafas ketika beban berat yang ia tanggung akhirnya usai. Air mata kembali menetes, berharap Axel segera sembuh dan pengorbanannya tidak sia-sia.Kaylee melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Axel, diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kenzo yang setia mengawal dari belakang. Langkahnya tetap tegar meskipun situasi yang dihadapinya penuh dengan ketidakpastian.Ia hanya bisa menatap di kaca, bagaimana para perawat itu mempersiapkan alat-alat medis untuk memindahkan Axel ke ruang operasi. Matanya yang teduh masih setia terpejam."Axel!"Kaylee beranjak saat brankar yang membawa tubuh Axel keluar dari kamar rawat dan didorong oleh para tenaga medis. Ia memegang tangan Axel dengan penuh kesedihan."Axel, kamu harus sembuh! Aku akan selalu menunggumu! Jangan biarkan aku sendirian menghadapi semua ini!"Namun, ketika Kaylee hendak mengikuti kemana Axel dibawa, dua orang bodyguard itu langsung menahan lengannya."Nona, kita harus segera pulang. Tuan Kenzo sudah menunggu!"Pandangan Kaylee mendadak sayu ketika ada satu masalah yang datang, setelah masalah lain terselesaikan."Boleh aku melihat sebentar saja ke ruang operasi!" lirihnya dengan mata berkaca-kaca."Tidak bisa Nona, kita sudah terlambat! Tuan Kenzo pasti marah besar jika Nona tidak mematuhi perintahnya!"Kembali helaan napas berat terdengar dari bibir Kaylee. Ia pasrah dan akhirnya pergi untuk kembali ke mansion Amosu.Limousine meluncur dengan cepat melalui jalanan sepi di keheningan, membawa Kaylee dalam kesedihan yang mendalam."Maafkan aku tidak bisa menemanimu, Axel!"Dengan hati yang berat, ia terpaksa meninggalkan Axel di tangan perawat, berharap agar operasi itu berjalan lancar.Sebelum pergi, Kaylee memberikan pesan kepada perawat untuk mengabarkan kepadanya tentang kondisi Axel setelah operasi. Dengan setetes harapan, dia memohon agar pria yang ia cintai itu segera pulih seperti dulu.*****Kaylee merasa ragu untuk masuk ke dalam mansion mewah itu. Hatinya tak ikhlas, jika setelah ini ia harus membayar apa yang sudah Kenzo berikan padanya.Bayangan di mana pria tampan nan gagah itu akan merenggut kehormatannya, membuat Kaylee takut. Akan tetapi, ia tidak bisa mundur begitu saja. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya menghibur dirinya, jika ia melakukan itu semua demi keselamatan Axel.Cukup lama bergelut dengan perasaan yang tak menentu, ia akhirnya masuk setelah pintu mansion terbuka."Tuan!"Kenzo yang sedang sibuk dengan benda pipih di tangannya itu menoleh tanpa ekspresi. Kaylee merasa gugup terlalu takut untuk menatap mata Kenzo yang selalu mengintimidasi, hingga ia hanya mampu menundukkan kepalanya."Kamu terlambat lima menit!" ucap Kenzo dengan nada tegas, dan Kaylee langsung mendongak."M-maaf, Tuan!" jawabnya dengan takut."Lain kali, biasakan mematuhi aturan. Aku tidak suka jika ada orang yang mengabaikan peringatanku!" Kenzo kembali berucap dengan nada sinis dan masih menatap Kaylee tanpa celah.Bibir wanita itu mengatup rapat, tak berani berbicara panjang lebar selain menganggukkan kepalanya."Digo, jangan lupa urus semuanya. Aku mau besok sudah beres!" titah Kenzo menoleh pada bodyguardnya."Baik, Tuan! Saya akan segera menyiapkannya!" jawab bodyguard itu membungkukkan tubuhnya."Marko, antar dia ke kamar!" perintahnya."Dan kamu, istirahatlah. Aku mau besok pagi kamu sudah siap!" lanjutnya kemudian berlalu meninggalkan Kaylee yang masih berdiri di tempat."Silakan Nona, ikuti saya!"Dengan pasrah, Kaylee mengikuti langkah Marko menuju kamar yang telah disiapkan untuknya."Ini kamar Nona! Selamat beristirahat!" Marko membungkukkan tubuhnya sebelum berlalu.Kaylee membuka pintu kamar dengan ukiran indah itu perlahan dan segera masuk ke dalamnya.Ia memperhatikan sekeliling kamar dengan nuansa gold yang mewah. Ranjang besar menghadap ke jendela yang memancarkan gemerlap malam, menyinari ruangan dengan cahaya yang lembut.Belum lagi, barang-barang mewah tersebar di sekitar, termasuk beberapa parfum mahal tersusun rapi di atas meja rias. Tetapi, itu semua tak membuatnya bahagia. Karena ada harga yang harus ia bayar untuk semua itu."Ya Tuhan, maafkan aku! Aku terpaksa melakukan semua ini!"Wanita itu merebahkan diri di iatas ranjang dan memejamkan matanya. Ia merasa sudah menjadi pendosa karena rela menjual diri demi uang. Apa daya, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membiayai operasi tunangannya.Rasa kantuk mulai menyandera dirinya. Batin dan tubuh yang sudah lelah itu akhirnya membawa Kaylee untuk pergi ke peraduan.******Tok! Tok! Tok!Suara ketukan di pintu membuat Kaylee terperanjat dari tidurnya. Melirik jam dinding yang baru saja menunjukkan pukul 06.00 pagi. Karena ketukan itu terus berlangsung, akhirnya ia beranjak.Sembari memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, lalu melangkah menuju pintu. Ketika ia membukanya, terlihat seorang wanita tua namun masih terlihat cantik membungkukkan tubuhnya dengan sopan."Selamat pagi! Saya Marina! Nona bisa memanggil saya Madam Marina. Saya ditugaskan Tuan Kenzo untuk merias Nona!" ucap Marina dengan senyum ramahnya.Di tangannya membawa gaun cantik dan kotak make-up lengkap.Kaylee mengernyitkan kening, sedikit bingung dengan kedatangan Marina. "Merias? Untuk apa?" tanyanya heran karena ia belum menyadari semuanya.Tanpa menunggu lebih lama, Marina langsung masuk ke dalam kamar, membawa gaun dan alat make-up yang ia pegang, menyimpannya di atas ranjang."Ya saya diperintahkan untuk merias Nona secantik mungkin. Karena hari ini, Nona dan Tuan Kenzo akan menikah!""APA? M-MENIKAH?"Mata Kaylee terbelalak dan wajahnya pucat, ketika perkataan perias itu membuatnya terkejut sampai tak mampu berkata-kata."Jadi, hari ini aku akan menikah?" Kaylee kembali mengulang pertanyaannya."Iya Nona! Memangnya Nona tidak ingat?"Tiba-tiba saja Madam Marina terkekeh sendiri membuat Kaylee semakin heran dibuatnya."Biasa, kalau mau pengantin baru memang begitu, Nona! Mungkin yang dipikirkan adalah malam pertama, sampai lupa dengan hal lainnya!""Malam pertama!"Ingatan Kaylee kembali pada perjanjiannya dengan Kenzo. Di mana ia akan menikah dengan Kenzo dan menjalani perjanjian yang sudah di sepakati. Madam Marina menghentikan tawa kecilnya dan kembali dengan wajah serius, "Maafkan saya, Nona! Mari kita mulai jangan sampai Tuan Kenzo marah karena terlalu lama menunggu!"Madam Marina menyuruh Kaylee membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu memakai gaun yang sudah ia bawa.Kaylee menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuhnya yang ramping berbalut gaun putih nan mewah terlihat sangat sempurna. Namun, wajahnya tidak
Kini, Kenzo dan Kaylee sudah berada di kamar hotel setelah pulang dari gereja tempat mereka mengikat janji suci. Tidak ada pesta apapun. Karena pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan. Kaylee sendiri tidak berharap lebih. Yang ia inginkan hanya waktu cepat berlalu, agar ia bisa terbebas dari Kenzo.Melihat wanita yang ia nikahi hanya diam saja di atas ranjang, Kenzo mendekat. "Aku mau mandi! Saat aku keluar nanti, aku mau kamu sudah mengganti gaun dengan lingerie itu!" ucapnya berlalu begitu saja membuat Kaylee terperanjat. Setelah Kenzo pergi ke kamar mandi, Kaylee menoleh dan pandangannya tertuju pada lingerie merah yang tergeletak di atas ranjang tak jauh darinya."Haruskah aku memakai ini?" gumamnya benar-benar merasa gugup dan sedih karena sebentar lagi kesuciannya akan ia serahkan pada Kenzo.Dengan pelan, ia meraih lingerie tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Kaylee beranjak dari tempat tidur, dan terlihat ragu karena takut Kenzo akan melihat saat ia mengganti gaunnya.Mend
"Aaargghhh!"Kenzo menghentikan gerakannya sebentar, menatap Kaylee yang kini menangis di bawah tubuhnya. Perlahan, ia mulai bergerak kembali hingga teriakan Kaylee mereda.Ia menyeringai saat wanita itu kini hanya bisa memejamkan mata dan pasrah oleh keadaan. Tidak bertanya untuk siapa uang yang ia berikan. Karena baginya itu tidak penting. Yang jelas, Kenzo bahagia karena Kaylee mau menerima tawarannya. "T-tuan, ini rasanya sangat sakit sekali, Tuan!" racau Kaylee mencengkeram pundak Kenzo dengan kuat.Kenzo tak menjawab perkataan wanita itu, ia sibuk dengan gairahnya yang sudah semakin memuncak! Bahkan cakaran Kaylee dipundaknya, seolah tak ia rasakan karena yang ia alami saat ini terlalu nikmat untuk di ungkapkan dengan kata-kata."Shit!" Kenzo mengumpat ketika semakin lama tubuh Kaylee, semakin membuatnya kecanduan.Cukup lama bergerak dan menjadi pemimpin, Kenzo akhirnya bisa mencapai pelepasannya. Pria itu terkulai lemas di atas tubuh Kaylee. Sedangkan Kaylee, hanya bisa menang
Dengan hati yang hancur, Kaylee meremas selimut di sekeliling tubuhnya, mencoba keras untuk menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Kenzo. Kenzo bergerak dengan santainya, tidak peduli dengan perasaan Kaylee. Kenzo segera mengenakan pakaiannya tanpa sepatah kata pun, seolah-olah melupakan keberadaan Kaylee begitu saja. Ia telah membayar Kaylee, jadi mau tidak mau Kaylee harus menuruti perintahnya."Jangan menangis! Bukannya ini yang kamu mau?""Kamu sudah mendapatkan uangmu, maka biarkan aku mendapatkan hakku! Aku menyentuhmu setelah menikah, walaupun pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan!" ucap Kenzo yang tahu jika wanita itu menangis karena bahunya berguncang.Kaylee mengusap kasar air matanya, kemudian bangkit sembari mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berbicara pada Kenzo. "Tuan, aku mohon izinkan aku ke rumah sakit sebentar saja! Anggap saja kalau aku hanya ingin mengucapkan selamat perpisahan pada Axel!"Dengan berat hati Kaylee berbicara seperti itu. Ia berhar
Kaylee menatap wajah teduh pria tampan di depannya. Ia terus memegang tangan Axel, seperti tidak ingin melepaskannya."Bagaimana kabarmu?" tanya Kaylee sambil menggenggam erat tangan pria yang masih setia memejamkan matanya."Mungkin setelah ini aku tidak bisa menemanimu lagi," ucap Kaylee dengan suara lemah, mengungkapkan rasa sakit dan keputusasaan yang terlalu berat untuk diucapkan.Air mata mulai mengalir di pipinya. Dia berusaha menahan rasa sakit dan kehilangan yang melanda dirinya. Namun, dia tahu dia harus tetap kuat untuk Axel. Walaupun Kaylee tahu, saat ini dia sudah tidak pantas untuk Axel. Tetapi harapan itu tetap ada, meskipun hanya setetes air."Sekali lagi maafkan aku, Axel! Setelah sembuh nanti, aku harap kamu bisa menjalani hidup ini dengan baik tanpa aku!"Dengan susah payah, Kaylee menyeka air matanya dan berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun dia tahu Axel tidak bisa melihatnya. Tetapi, Kaylee yakin pria itu bisa men
Kaylee melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan gontai. Dia merasakan beban yang begitu berat di pundaknya, membuatnya hampir tidak mampu untuk bernapas. Setelah menutup pintu kamar, Kaylee menyingkirkan sepatunya dan duduk di pinggiran ranjang. Matanya memandang kosong ke dinding, mencoba mengatasi gelombang kecemasan yang menghantamnya. Dia mengambil napas dalam-dalam, berusaha membebaskan diri dari belenggu yang menyiksa hatinya. Setelah beberapa saat, dengan perlahan-lahan, Kaylee merebahkan diri di atas ranjang, membiarkan tubuhnya meresapi kenyamanan tempat itu. "Lelah sekali! Aku sangat lelah!"Masih memakai gaun pengantin, Kaylee terlelap begitu saja ketika tubuh dan hatinya benar-benar lelah.Ia dan Kenzo tidak tidur dalam kamar yang sama. Dan Kaylee merasa sedikit tenang ketika Kenzo mengatakan akan pergi dalam waktu dua hari, itu berarti dirinya tak harus melayani pria itu.*****Sementara itu di rumah saki
Kini, Kaylee dan Jessi sudah berada di depan butik. Namun, pikiran Kaylee terus berkelana pada Axel. Bagaimana keadaannya? Apa dia sudah sadar?"Nyonya Kaylee!" Panggilan Jessi mengejutkannya. Kaylee menoleh dan tersenyum tipis."M-maaf!" ucap Kaylee yang merasa tak enak karena sudah melamun. Andai ia pergi bersama Kenzo, sudah dipastikan pria itu akan memarahinya."Tidak apa-apa, Nyonya! Ayo, masuklah! Tuan Kenzo berpesan agar Nyonya mengambil gaun yang banyak untuk ganti!"Sepasang mata hazel itu tercengang, "Mana bisa! Aku mau ambil beberapa potong saja!" jawab Kaylee tersenyum tipis. Ia tidak mau suatu saat Kenzo meminta imbalan lagi untuk semua itu. "Ini sudah perintah, Nyonya! Jadi, Nyonya tidak boleh menolak."Sudah Kaylee duga, jawaban itu pasti yang akan di katakan Jessi. Akhirnya ia menganggukkan kepalanya, kemudian mereka berdua masuk ke dalam butik.Wanita yang sedang berbincang dengan karyawannya itu menole
"Jadi, totalnya 100 juta, Nyonya!" ucap pegawai butik Cassandra yang berhasil membuat Kaylee tercengang."Mahal sekali!" gumamnya melirik ke arah Jessi yang masih setia berdiri di sampingnya.Kemudian, Kaylee memberikan black card pemberian Kenzo pada pegawai butik. Dengan cepat wanita yang memakai baju putih itu menggesek kartu tersebut dan tak lupa menyuruh Kaylee memasukan pin."Aku tidak tahu pin nya!" batinnya karena Kenzo belum memberitahunya. Mungkin pria itu lupa.Ting!Satu notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya dan Kaylee segera membukanya.[Pin nya tanggal pernikahan kita!]Kaylee kembali dibuat tercengang. Bagaimana bisa Kenzo tau apa yang ia butuhkan saat ini. Apa mungkin dia menebak? Atau dia cenayang? pikirnya."Nyonya?" Panggilan dari pegawai butik itu membuat Kaylee tersadar. Dengan cepat ia memasukkan no pin yang sudah diberitahukan Kenzo padanya. Pembayaran selesai dan barang suda