Share

Chapter 6

"Pembayaran biaya operasi atas nama Tuan Axel Anderson sudah lunas. Terima kasih!" ucap seorang petugas administrasi di Rumah sakit tempat Axel dirawat.

Dengan perasaan lega Kaylee berusaha menarik nafas ketika beban berat yang ia tanggung akhirnya usai. Air mata kembali menetes, berharap Axel segera sembuh dan pengorbanannya tidak sia-sia.

Kaylee melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Axel, diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kenzo yang setia mengawal dari belakang. Langkahnya tetap tegar meskipun situasi yang dihadapinya penuh dengan ketidakpastian.

Ia hanya bisa menatap di kaca, bagaimana para perawat itu mempersiapkan alat-alat medis untuk memindahkan Axel ke ruang operasi. Matanya yang teduh masih setia terpejam.

"Axel!"

Kaylee beranjak saat brankar yang membawa tubuh Axel keluar dari kamar rawat dan didorong oleh para tenaga medis. Ia memegang tangan Axel dengan penuh kesedihan.

"Axel, kamu harus sembuh! Aku akan selalu menunggumu! Jangan biarkan aku sendirian menghadapi semua ini!"

Namun, ketika Kaylee hendak mengikuti kemana Axel dibawa, dua orang bodyguard itu langsung menahan lengannya.

"Nona, kita harus segera pulang. Tuan Kenzo sudah menunggu!"

Pandangan Kaylee mendadak sayu ketika ada satu masalah yang datang, setelah masalah lain terselesaikan.

"Boleh aku melihat sebentar saja ke ruang operasi!" lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak bisa Nona, kita sudah terlambat! Tuan Kenzo pasti marah besar jika Nona tidak mematuhi perintahnya!"

Kembali helaan napas berat terdengar dari bibir Kaylee. Ia pasrah dan akhirnya pergi untuk kembali ke mansion Amosu.

Limousine meluncur dengan cepat melalui jalanan sepi di keheningan, membawa Kaylee dalam kesedihan yang mendalam.

"Maafkan aku tidak bisa menemanimu, Axel!"

Dengan hati yang berat, ia terpaksa meninggalkan Axel di tangan perawat, berharap agar operasi itu berjalan lancar.

Sebelum pergi, Kaylee memberikan pesan kepada perawat untuk mengabarkan kepadanya tentang kondisi Axel setelah operasi. Dengan setetes harapan, dia memohon agar pria yang ia cintai itu segera pulih seperti dulu.

*****

Kaylee merasa ragu untuk masuk ke dalam mansion mewah itu. Hatinya tak ikhlas, jika setelah ini ia harus membayar apa yang sudah Kenzo berikan padanya.

Bayangan di mana pria tampan nan gagah itu akan merenggut kehormatannya, membuat Kaylee takut. Akan tetapi, ia tidak bisa mundur begitu saja. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya menghibur dirinya, jika ia melakukan itu semua demi keselamatan Axel.

Cukup lama bergelut dengan perasaan yang tak menentu, ia akhirnya masuk setelah pintu mansion terbuka.

"Tuan!"

Kenzo yang sedang sibuk dengan benda pipih di tangannya itu menoleh tanpa ekspresi. Kaylee merasa gugup terlalu takut untuk menatap mata Kenzo yang selalu mengintimidasi, hingga ia hanya mampu menundukkan kepalanya.

"Kamu terlambat lima menit!" ucap Kenzo dengan nada tegas, dan Kaylee langsung mendongak.

"M-maaf, Tuan!" jawabnya dengan takut.

"Lain kali, biasakan mematuhi aturan. Aku tidak suka jika ada orang yang mengabaikan peringatanku!" Kenzo kembali berucap dengan nada sinis dan masih menatap Kaylee tanpa celah.

Bibir wanita itu mengatup rapat, tak berani berbicara panjang lebar selain menganggukkan kepalanya.

"Digo, jangan lupa urus semuanya. Aku mau besok sudah beres!" titah Kenzo menoleh pada bodyguardnya.

"Baik, Tuan! Saya akan segera menyiapkannya!" jawab bodyguard itu membungkukkan tubuhnya.

"Marko, antar dia ke kamar!" perintahnya.

"Dan kamu, istirahatlah. Aku mau besok pagi kamu sudah siap!" lanjutnya kemudian berlalu meninggalkan Kaylee yang masih berdiri di tempat.

"Silakan Nona, ikuti saya!"

Dengan pasrah, Kaylee mengikuti langkah Marko menuju kamar yang telah disiapkan untuknya.

"Ini kamar Nona! Selamat beristirahat!" Marko membungkukkan tubuhnya sebelum berlalu.

Kaylee membuka pintu kamar dengan ukiran indah itu perlahan dan segera masuk ke dalamnya.

Ia memperhatikan sekeliling kamar dengan nuansa gold yang mewah. Ranjang besar menghadap ke jendela yang memancarkan gemerlap malam, menyinari ruangan dengan cahaya yang lembut.

Belum lagi, barang-barang mewah tersebar di sekitar, termasuk beberapa parfum mahal tersusun rapi di atas meja rias. Tetapi, itu semua tak membuatnya bahagia. Karena ada harga yang harus ia bayar untuk semua itu.

"Ya Tuhan, maafkan aku! Aku terpaksa melakukan semua ini!"

Wanita itu merebahkan diri di iatas ranjang dan memejamkan matanya. Ia merasa sudah menjadi pendosa karena rela menjual diri demi uang. Apa daya, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membiayai operasi tunangannya.

Rasa kantuk mulai menyandera dirinya. Batin dan tubuh yang sudah lelah itu akhirnya membawa Kaylee untuk pergi ke peraduan.

******

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan di pintu membuat Kaylee terperanjat dari tidurnya. Melirik jam dinding yang baru saja menunjukkan pukul 06.00 pagi. Karena ketukan itu terus berlangsung, akhirnya ia beranjak.

Sembari memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, lalu melangkah menuju pintu. Ketika ia membukanya, terlihat seorang wanita tua namun masih terlihat cantik membungkukkan tubuhnya dengan sopan.

"Selamat pagi! Saya Marina! Nona bisa memanggil saya Madam Marina. Saya ditugaskan Tuan Kenzo untuk merias Nona!" ucap Marina dengan senyum ramahnya.

Di tangannya membawa gaun cantik dan kotak make-up lengkap.

Kaylee mengernyitkan kening, sedikit bingung dengan kedatangan Marina. "Merias? Untuk apa?" tanyanya heran karena ia belum menyadari semuanya.

Tanpa menunggu lebih lama, Marina langsung masuk ke dalam kamar, membawa gaun dan alat make-up yang ia pegang, menyimpannya di atas ranjang.

"Ya saya diperintahkan untuk merias Nona secantik mungkin. Karena hari ini, Nona dan Tuan Kenzo akan menikah!"

"APA? M-MENIKAH?"

Mata Kaylee terbelalak dan wajahnya pucat, ketika perkataan perias itu membuatnya terkejut sampai tak mampu berkata-kata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status