Share

Bab 18. Niat Terselubung

Aku mengernyitkan dahi, pesan Dek Arif yang terdengar aneh. Menawariku uang, sedangkan pas butuh uang tidak dipedulikan. Mungkin, dia mendapatkan rejeki kemudian ingin berbagi dengan saudaranya.

'Alhamdulillah,' ucapku dalam hati, walaupun masih merasa ada yang janggal.

Kami memang tidak dilahirkan dari rahim yang sama, tetapi tetap dia adalah adikku satu-satunya. Ada darah ayah yang mengalir pada kami berdua. Ibupun, walaupun tiri, dia yang mengasuhku sejak aku kecil. Ibu yang melahirkan aku meninggal karena sakit.

Memang, Ibu terkesan keras kepadaku, tetapi, itu aku anggap sebagai tempaan dalam membentuk kepribadian ini. Buktinya, aku menjadi wanita yang kuat saat ini, walaupun masih suka menangis.

[Mbak Fika, bagaimana?"]

Pesan kedua masuk, semakin membuatku heran. Ada yang menawari pinjaman dan terkesan memaksa.

Aneh, kan?

Otakku mencoba mencari jawaban, tetapi tidak ada yang masuk akal.

"Mbak Fika .... Orang yang mengantar oven mau pamit." Suara Santi di balik pintu kamar.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status