Share

Bakat

Pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan sarapan dan bekal untuk Mas Hanan. Jika sebelumnya aku cuma bisa memasak telur orak-arik, kali ini aku sudah bisa memasak telur dan ayam balado, meskipun hanya dengan bumbu instan.

"Wah, masakan Adek makin hari makin sedap," puji Mas Hanan sebelum berangkat kerja, membuat hati ini berbunga-bunga.

"Benarkah, Mas?" Mataku membola dan langsung menyendok bumbu telur lalu mencicipinya.

"Ya Allah, asin!" ucapku sambil melepehnya dari mulut, lalu kemudian menatapnya seraya cemberut. "Mas Hanan bohong. Ini asin sekali."

"Itu karena Adek makannya gak pakai nasi," jawab Mas Hanan seraya tersenyum. "Mas berangkat kerja dulu, ya?"

"Bekalnya gak usah dibawa, Mas. Asin," ucapku lagi.

"Ini enak, Dek. Mas pasti akan habiskan." Mas Hanan masih kekeh membawa bekalnya, lalu mencium keningku sambil berpamitan.

Aku menarik napas panjang. Aku tahu masih belum pandai masak, tapi Mas Hanan begitu menghargai masakanku, dan selalu bilang enak. Sepertinya aku harus berusaha
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yanie Abdullah
author, janganlah mahal mahal
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status