Aku membuka amplop bersegel itu dengan tangan gemetar.
Dua lembar kertas dan dua lembar foto ada dalam amplop itu. Ada Ibuku, seorang pria tampan dan seorang bayi di dalam setiap foto itu. Ini keluargaku kecilku, mereka tampak berbahagia di foto itu.Salah satu foto adalah foto perayaan ulang tahun pertamaku. Ibu dan Ayah membantu meniup lilin ulang tahun pertamaku. Air mataku langsung jatuh saat aku melihatnya.Harusnya kami berbahagia.Aku membuka lipatan surat yang terlihat sudah menguning kertasnya. Dan mulai membaca tulisan tangan Ayahku...Dear Catherine, ...
Jika kau membaca surat ini, berarti aku tak punya kesempatan untuk menemuimu. Aku menyayangimu dan Ibumu, tapi mungkin takdir berkata aku harus meninggalkan kalian...Aku mungkin harus mulai dengan kenapa aku harus meninggalkan kalian. Sejak awal pernikahan kami tak disetujui oleh keluarga kami, MKensal Green Cemetary , Harrow Road, London.Minggu siang yang dingin ditengah akhir musim gugur di bulan November. Aku duduk didepan sebuah makam, tertulis nama ayahku disana.BEN OLSEN MENARDAkhirnya aku menjumpainya. Walau hanya sebuah batu nisan yang terpasang fotonya.Ethan meninggalkanku sendiri disini, memberiku waktu untuk berdua dengan ayahku."Hai Dadda, ini Catherine, aku membawakanmu mawar kuning, ini bunga kesukaanku semoga kau juga menyukainya ..." Aku berlutut didepan nisannya dan bicara seakan dia didepanku."Aku baik-baik saja. Mommy juga baik, mungkin dia masih marah padamu. Tapi aku akan menjelaskan padanya pesanmu, kau tak usah kuatir, dia akan datang kesini menemuimu nanti...." Dan yang kulakukan hanyalah menyentuh foto di nisannya. Sambil sesekali menyeka air mataku. "Kau tahu Dad, kurasa dia mencintaimu begitu besar, sehingga dia tidak bisa melepaskanmu, seperti kau yang tidak bisa
Dua minggu kemudian... Dana perwalianku sudah diserahkan, jumlahnya sangat besar. Mungkin bagi ayah ini seperti membayar sebuah hutang.Aku sedikit tercengang dengan jumlah direkening itu. Dari awal menerima dokumen perwalian itu aku tak pernah mengecek jumlahnya. Saat bangkir membuka jumlahnya aku cuma bisa menghela napas panjang. Sementara Ethan sekarang bersikap menahan diri. Dia bicara seperti biasa saja saat aku datang ke kantor untuk meeting atau jadwal konsultasi khusus. Tapi sekarang dia tak pernah mencoba mengajakku terlibat pembicaraan lebih jauh selain dari pekerjaan. Tampaknya dia mengerti penolakanku. Itu sedikit membuatku lega, walau mungkin aku mengakui sedikit kehilangan perhatiannya dan merasa bersalah, dia bagaimanapun sudah banyak membantuku selama ini. Dia akan baik-baik saja. Banyak wanita lain yang mengejarnya. Dia bisa memilih siapapun tapi tidak aku yang adalah orang biasa. Kamis sor
"Ayo kuantar kau pulang." Ethan akhirnya bicara setelah kami lama terdiam.Aku beranjak dan kami berjalan bersisian dan aku masuk ke mobilnya."Ibumu tahu kita berdua pernah ke Eastbourne?" Aku bertanya saat Ethan mulai menjalankan mobil dan kami sama-sama sibuk dengan pikiran kami sendiri."Dia kadang kesana bersama Ayah. Dia pasti tahu karena Martha membicarakannya." Diam lama. Ibunya memintaku untuk menerima Ethan. Apa yang harus kulakukan."Apa kau dan Josh akan kembali bersama lagi...""Tidak, kami sudah lama tidak bertemu. Dia sudah pindah kantor. Dan kami memutuskan untuk saling menjauhi." Mungkin dia akan berpikir keras kenapa aku tidak bisa menerimanya.Kami sudah sampai di depan apartmentku."Charlotte, bisa aku masuk dan bicara sebentar?""Baiklah." Kami memang harus bicara sekarang.Aku menutup pintuku. Menaruh mantelku. Sementara dia duduk di sofa.
"Apa yang kau lakukan disini sampai jam 12 malam?" Ethan berdiri didepan mejaku di Overy and Allen."Kami harus memeriksa email Vivienne dalam jangka waktu 10 tahun." Persidangan Vivienne Chai sudah dimulai, dan di persidangan pra-pengadilan di High Court, aku diminta membuktikan bahwa kediaman utamanya adalah di Inggris oleh pengadilan. Aku cuma punya 10 jam sebelum hakim masuk ke ruang sidang besok pagi jam 10."10 tahun?! Kau gila!""Iya cukup gila, aku punya hanya 9 jam sekarang...." Seluruh bagian departmentku masih aktif dan tidak bisa pulang sebelum kami menyelesaikan seluruh pemeriksaan email ini. Aku menggerakkan semua junior partner, pararegal, assisten sampai sekertaris umum sejumlah 50 orang untuk memeriksanya."Kenapa kau disini?""Aku hanya ingin menjemputmu...""Aku masih banyak perkerjaan Ethan. Pulanglah... " Aku sama sekali tidak melihatnya, pemeriksaan yang kami harus s
"This week's done me already, and it's only Thursday. I'm cream crackered." Aku menguap lebar setelah kami selesai makan malam. Semalam aku hanya memejamkan mata kurang dari empat jam.***Cream crackered uk idiom like ud lepas semua tulang gitchuu *"Besok ada meeting? Ambillah cuti...""Siang hanya meeting internal untuk membahas kasus Vivienne, sore aku ada konsultasi di tempatmu... aku akan bertahan satu hari lagi. I'm so sleepy ... " Aku kembali menguap lebar.Kami tiba di muka apartmentku dan aku sudah tidak sabar untuk masuk dan bergelung di balik selimut."Charlotte....""Hmm..." Aku sudah melepas seatbelt."Besok, ... " Dia berhenti sebentar. Kenapa dia berhenti?"Ada apa dengan besok..." Aku menoleh padanya."Mau ke Eastbourne bersamaku besok?" Aku diam. Dan dia memandangku lekat. Saat aku menyadari pertanyaannya, aku terpaku sebentar sebelum merasa mukaku pa
"Turun salju diluar..." Aku terbangun dan kembali meringkuk dalam kehangatan tubuhnya dan mendengarnya berbisik pelan saat dia memelukku dari belakang."I'm still sleepy..." aku mengumam dan merasakan Ethan merapikan rambutku."Then sleep... " sebuah ciuman menyasar keningku. Dan tangannya merapikan rambutku. Aku tersenyum tapi tetap menutup mataku.Mungkin dia mengira aku sudah tertidur sepenuhnya beberapa saat kemudian."I love you ... " Sebuah kalimat yang diucapkan dengan hati-hati membuatku membuka mataku. Aku membalik badan dan melihatnya menatapku. Sebuah debaran kecil membahagiakan berlari dalam diriku."People said you shouldn't believe when man say he loves you while you are in his bed..." Aku tersenyum kecil dan menutup mataku lagi.** Org bilang kau tak boleh percaya jika pria mengatakan dia mencintaimu kerika kau di ranjangnya.Dia menyisipkan tangannya di leherku dan menarik tubu
"God, Charlotte... sudah lama sekali kita tidak melakukan ini..." Ibu berpegangan padaku saat kami meluncur dengan cepat di atas lapisan es.Natal ini kami melakukan sesuatu yang lain. Kami bermain ice skating di pusat kota Birmingham. Mereka selalu membuat ice ring di Caternary Square, dengan big wheel yang bercahaya dan tentu saja pasar malam dengan berbagai jenis makanan."Ini sangat menyenangkan Mom..., aku menyeringai lebar merasakan angin dingin meniup rambutku. Kami melewatkan Natal dengan penuh kegembiraan. Toko Ibu hanya tutup saat Natal dan Paskah, itulah hari dimana biasanya aku dan Ibu benar-benar menikmati waktu berdua saja.Bagaimanapun selama ini kami memang hanya hidup berdua.Kami berhenti dan berjalan ke stand makanan. Ada pasar malam jerman disana. Berbagai macam makanan, lebkuchen (semacam gingerbread) glühwein ( wine hangat ala jerman) dan banyak penjual Kartoffelpuffer ( potato pancakes), Spätzle (eg
Ibu ikut bersamaku ke London. Kami naik kereta untuk kembali, tidak lama hanya kurang dari dua jam kami sudah sampai ke London."Aku ingin mengunjungi Ayahmu Charlotte. Setelah itu dalam setelah tahun baru Ibu akan kembali." Aku memeluknya. Rasanya melegakan Ibu bisa menerima permintaan maaf Ayah."Tentu saja Mom,...dia pasti gembira kita bisa mengunjunginya. Kita akan kesana bersama-sama."Dan Ethan, yang mendapatkan kabar aku akan kembali langsung berinisiatif menjemput kami di stasiun."Aku ingin bertemu Ibumu, biarkan aku menjemput kalian. Dan aku akan mengantar kalian ke Kensal.""Kau tidak ke pertanian?""Tidak, ini liburan Honey. Aku tidak bekerja di Natal dan Tahun baru, dan aku kehilangan kekasihku di liburan ini..." Aku menyeringai lebar di telepon ini mendengar suaranya yang 'desperately needs me'."Honey? Kau disana... " Setelah akhirnya resmi menjadi kekasih dan kata I love