Share

Bab 5 (Bukan Inginku!)

"Hanania Onella, gadis santun yang tidak banyak tingkah. Kesayangan guru, bahkan namanya gak pernah ada di dalam buku hitam selama sekolah di SMA Negeri 01. Siapa sih yang tak mengenal sosok Hanan? Berprestasi, aktif dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ya, meskipun gak cantik-cantik amat dibandingkan sama aku, tapi heran banget, banyak cowok yang terkagum-kagum. Ternyata kamu gak sesempurna yang mereka kira, kamu perusak hubungan orang."

Hanan menganga, Yeza mengingat betul sosok dirinya. Bahkan ia sendiri saja sempat tak mengenali Yeza. Penampilannya begitu glamor, berbeda dengan dulu yang masih berpenampilan sederhana. Ya, Hanan memang hanya sekadar mengenal nama saja. Hanan dan Yeza berbeda jurusan, Ia memilih jurusan IPA, sedangkan Yeza IPS. Sudah berbeda jurusan, tentu saja tak satu kelas. Bisa dipastikan hanya kenal sesama satu angkatan.

"A-aku bukan perusak hubungan kalian! Aku juga gak sudi nikah sama Naufal, kamu kira apa yang terlihat istimewa darinya?" balas Hanan.

"Oh ya, apa kamu butuh cermin untuk berkaca, Hanan?" ejek Yeza.

"Diam kamu! Apa kamu kira aku peduli dengan hubungan kalian di masa lalu? Tidak! asal kamu tau, Yeza! Aku sama sekali gak ingin terjebak pernikahan sialan ini!" teriak Hanan.

"Hm, menarik sekali ucapanmu, Hanan."

Naufal dengan santainya malah menjadi penonton. Tak berniat untuk memisahkan apalagi membela salah satunya. Terlalu berat untuk berada di pihak salah satunya.

"Naufal! Jelaskan pada gadis sok baik ini, jika kamu masih milikku!" teriak Yeza.

Naufal memilih untuk diam lebih dulu, dengan gaya sok cool-nya. Berpura-pura sedang berpikir. Mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari telunjuk.

"Aku milik Hanan, sah dimata Negara dan Agama," jawab Naufal santai.

Yeza terperangah, tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir Naufal. Harga dirinya turun, ia kira dengan menutup rasa malu menghampiri Naufal, nyatanya tak ada pembelaan sama sekali untuknya.

"A-apa katamu, Naufal? Kamu bercanda kan? katakan kalau tadi hanya sebuah prank!" teriak Yeza histeris.

"Kamu boleh pulang, Yeza. Tau pintu keluar kan?" ledek Hanan.

Yeza menghentakkan kakinya, merasa sangat malu. Berlalu pergi meninggalkan sepasang suami-istri yang sebentar lagi akan memulai peperangan.

"Kenapa gak dikejar? Kasihan loh, dia udah bela-belain buat nyusulin kamu ke sini. Hargai dong perjuangannya, dia udah nahan malu setengah mati menurunkan harga dirinya demi kamu. Mungkin malah diobral, diskon lima puluh persen." Ledek Hanan.

"Kamu isteriku, lalu untuk apa aku mengejar wanita yang gak ada hubungan apa-apa sama aku?"

"Yakin? Nanti nyesel loh, glowing banget loh tadi mukanya Yeza. Seperti dioles sama minyak goreng. Masa sih, dikasih yang begituan nolak?"

"Kamu kurang yakin? Aku sama sekali gak tertarik sih, tapi kalau ada peluang boleh lah."

"Cih, munafik!" Hanan berlalu meninggalkan Naufal. Ada satu tujuan yang harus segera ia datangi, untuk membantu membersihkan nyamuk yang akan hinggap mengganggu rumah tangga nya. Tentu saja meskipun Hanan tak mempunyai rasa sedikit pun pada Naufal, ia masih belum mau menyandang status janda.

Hanan mengendarai motor sport kesayangannya dengan ugal-ugalan. Meluapkan emosi yang sengaja ia pendam tadi ketika di rumah sang mama. Tak semuanya diluapkan, jadi dilampiaskan di jalanan.

Tanpa terasa motor sport yang dikendarai Hanan berhenti tepat di depan halaman rumah mewah milik kedua orang tua Naufal. Kebetulan gerbang selalu dibuka, jadi Hanan bisa langsung menerobos masuk. Sempat ragu, ingin mengurungkan niatnya dan kembali ke rumah. Namun, sepertinya sudah terlanjur juga. Toh, tujuan sudah di depan mata.

"Kok sepi?" gumam Hanan. Ia sempat ragu untuk melanjutkan langkahnya, berhenti sejenak di depan teras rumah. Saat hendak mengucapkan salam, tiba-tiba Hanan mendengar percakapan yang sangat mengejutkan.

"Mami kok tega, sih?"

"Tega apanya sih? Kamu anak kecil tau apa? Tinggal diam aja, gak usah banyak protes. Toh, Abangmu juga diam saja."

"Tapi masa Mami tega ke Kak Hanan?"

"Kalau bukan Hanan, lalu siapa lagi?"

"Cewek kan banyak, kenapa harus Kak Hanan? Kasihan, dia cewek baik dan gak tau apa-apa."

"Lalu siapa lagi yang pantas bersanding dengan kakakmu? Cuma Hanan yang bisa membantu Naufal melupakan Yeza, apa kamu mau punya Kakak ipar modelan Yeza? Gak punya sopan santun, urakan. Idih, males banget Mami punya menantu kayak gitu. Minimal kalau gak berpendidikan tinggi, ya, attitude nya itu bagus."

"Tapi gak harus Kak Hanan kan, Mi? Kenapa Kak Hanan yang dijadikan tameng menutupi rasa malu Mami? Sepandai-pandainya Mami menutupi, suatu saat juga pasti bakalan ketahuan. Gimana kalau Kak Hanan tau dan malah benci ke Mami?"

Deg!

Hanan terkejut bukan main. Apa, tameng menutupi rasa malu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status