Sepanjang malam Duke Alex menghabiskan waktunya di teras depan dan di temani beberapa botol Wine. Sebotol Wine itu pun mengalir di tenggorokannya. Dalam semenit, Duke Alex sudah menghabiskan sebotol Wine di tangannya. Dia menuangkan cairan merah itu ke lantai. "Hah, aku tidak ingin berpisah dengannya."
Kesatria Luis yang berdiam diri di samping Duke Alex pun memegangi bahunya. "Tuan sudah mencintai Nyonya. Hanya saja Tuan belum menyadarinya." Tutur Kesatria Luis.
Duke Alex mencerna perkataan Kesatria Luis. Ingatannya tentang kebersamaannya dengan Duchess berputar di kepalanya. Benar, sudah sangat lama dia menghabiskan waktu bersama dengan Duchess. Ia memegangi dadanya yang berdetak lebih cepat.
"Apa Tuan merasa kenyamanan dan kehangatan saat bersama dengan Duchess?"
"Benar, bersamanya aku merasa sangat nyaman dan tenang. Bahkan jantungnya berdetak lebih cepat. Kadang aku gugup saat bersamanya."
Duke Alex beranjak berdiri dari kursinya. Keduanya tan
"Tuan, ini tidak benar. Biar saya yang ke sana." Ucap Kesatria Luis hendak melangkah. "Tunggu." Duke Alex menahan lengan Kesatria Luis. "Biarkan saja. Kita akan mengawasinya dari jauh." Kesatria Luis pun pasrah. Dia tidak mengerti jalan pikiran kedua majikannya. Yang adalah diri sendiri, lalu sadar setelah pergi. Dan yang satunya, ingin pergi karena sudah menemukan orang lain.
Duchess Anabella memejamkan matanya. Nafasnya terasa berhenti, di mana ia harus mendengarkan sebuah perkataan yang tak pernah ia inginkan. Tentunya ia sangat paham. Sekian lama menunggu dan akhirnya bertemu, tanpa menunggu ikatan suci keduanya sudah melakukan."Duchess, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Floria tidak melakukan apa pun, sungguh.""Dan kenyataannya, kesungguhan Duke adalah kebohongan." Duchess Anabella turun perlahan dari satu anak tangga ke anak tangga lainnya. Dia tidak menampilkan wajah kekecewaannya atau kesedihannya. Sudah terbiasa menjalaninya, percuma saja. Wanita di hadapannya akan melunjak dengan senang.Dari awal dia sudah curiga, kebaikannya hanyalah sebuah usaha untuk meretakkan rumah tangga. Setelah berhasil menyakitinya, lalu dia
Duke Alex mengepalkan tangannya, lalu membukanya. Wajahnya terasa gusar, ia takut menemui Duchess Anabella. Apa lagi mengungkit masalah Floria. Semuanya bertambah runyam. Istrinya memberikan kesempatan untuk menikahi Floria, lalu bagaimana hubungannya? apakah istrinya akan tetap melanjutkan hubungan itu. Duke Alex menarik nafasnya dalam-dalam, ia memutar handle pintu itu tanpa keraguan sedikit pun. Namun, pintu itu sudah terbuka lebih dulu.
Duke Alex mengelus rambut Duchess Anabella dengan penuh kasih. "Maaf Duchess, aku menahan mu dengan berbagai cara, tapi ketahuilah, aku sangat menyesalinya."Duke Alex menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjangnya. Lalu menengadahkan kepalanya, agar air matanya tidak meluncur. Ia harus apa? Ia tidak tau ke belakang hubungannya. Setiap hari, ia pasti melihat Duke Leon bersama istrinya."Tuan, ada Duke Leon di lantai bawah."Duke Alex hanya mengiyakan saja. Ia kembali mengelus surai hitam wanitanya. Kemudian mencium kening wanitanya. Lalu bergegas membersihkan tubuhnya. Tidak butuh waktu lama, Duke Alex telah selesai mengenakan bajunya.Ia akan berbicara berdua dengan Duke Leon. Mumpung istrinya masih tidur nyenyak."Duke,"Duke Alex menyapanya dengan ramah. Sedangkan. yang di sapa merasa aneh. Tidak biasanya laki-laki di hadapannya bersikap ramah sekaligus tersenyum. Ia merasa curiga, entah apa yang sudah di rencanakannya."Apa kamu datang
"Apa maksud mu, Tuan?" Suara itu begitu dingin dan menekan. Duke Alex pun merangkul kedua pundaknya. Suka atau tidak, di curigai atau tidak. Sakit luar dalam jelas ia rasakan. Ia hanya ingin istrinya bahagia walaupun tidak bersamanya. Tidak ada seorang suami yang ingin memberikannya pada laki-laki lain, tidak ada seorang suami saat jatuh cinta menyuruhnya bersama orang lain. Bibirnya melengkung ke atas. "Aku tidak ada maksud tujuan apa pun Duchess. Aky hanya ingin menuruti semua permintaan mu,aku tidak bisa membuat mu bahagia. Setidaknya aku ingin kamu bahagia meskipun bersama orang lain." Duchess Anabella bisa merasakan laki-laki di depannya tengah menahan sakit hatinya. Apa benar dia melakukan itu hanya ingin membuatnya bahagia? Merasakan sakitnya dulu, hatinya menolak percaya. "Aku tidak percaya, apa yang Tuan lakukan? Aku akan mengajak Floria." Tangan Duke Alex pun mencegah Duchess Anabella melangkah. Giginya mengeluarkan gesekan tajam.
Duke Alex yang merasa pusing pun di temani Duchess Anabella tidur di kamarnya. Setengah hari keduanya berbincang, entah masa kecil Duke Alex atau masa kecil Duchess. Duke Alex juga mengatakan tidak ingin di ganggu oleh Floria. Padahal Floria sudah menawarkan untuk menemaninya. Namun Duke Alex tetap menolaknya. Berbagai cara Floria menawarkan diri, membuatkan camilan siang atau yang lainnya. Duke Alex tetap menolaknya, karena Duke Alex berpikir tidak akan ada lain hari lagi jika dia menolak di temani Duchess. Entahlah, dia merasa seperti itu. Seolah dia memiliki firasat akan berpisah jauh.Duchess Anabella pun menanyakan bagaimana dulu Duke Alex bertemu dengan Floria. Duke Alex bingung, ia tidak ingin mengulang masa lalunya atau membicarakan masa lalunya dengan Duchess Anabella."Ceritakan saja, kenapa harus melihat ku seperti itu? Jangan sungkan." Duchess Anabella bisa membaca wajah Duke Alex yang merasa ragu. Sepertinya dia memang tidak ingin membahasnya.Duke
"Kamu ingin menyuruh pergi, seharusnya kamu yang pergi, Floria. Aku menemaninya sampai aku mengandung anaknya. Sedangkan kamu, kamu egois." Teriak Duchess Anabella. Ia bangkit dari kursinya, berjalan ke arah Floria."Duchesslah yang tak tahu malu, masuk ke kehidupan orang .... "plakTamparan keras itu langsung melayang di pipi kanan Floria. Duchess Anabella meluapkan semua emosinya. Ia marah, sangat marah mengingat kematian Emelin. Bahkan dia tidak bisa menuruti permintaan terakhir Emelin."Ada apa ini?" tanya Duke Alex.Floria pun langsung berhambur memeluk Duke Alex. Menangis dalam pelukannya. "Apa salah ku, Tuan?"Duke Alex pun memegangi pipi Floria yang lebam. Ia menatap tak percaya pada istrinya."Pergilah, jangan pernah datang ke kediaman ini lagi. Kali ini aku tidak bisa menahan lagi. Aku ingin kita berpisah, Duke. Aku tidak tahan dengan keberadaan mu dan juga Floria. Kalian anggap apa diriku, di sakiti lalu seenaknya saja kal
"Tuan,"Masih tersenyum, Duchess Anabella merasakan sentuhan cinta Duke Alex dan penyesalannya. Tapi, hatinya masih belum bisa menerimanya. "Aku tidak bisa membahagiakan Tuan. Kejarlah, Floria. Cegah dia pergi.""Aku tidak mau, satu atap dengan mu aku sudah bahagia. Sebaiknya kamu istirahat, nanti malam kita akan mengadakan pertemuan."Harapan tidak akan pernah pupus dari hati manusia, termasuk dirinya. Biarlah nantinya jika dia di anggap bodoh sekalipun. Dia hanya mencintai istrinya, ini sudah jadi tugasnya membuat Duchess Anabella bahagia dan betah bersamanya."Baiklah, sejenak aku istirahat."Duke Alex mengangguk, ia pun mengantar Duchess ke kamarnya. Setelah ia membaringkan tubuh Duchess Anabella, mencium keningnya dan yang terakhir mencium perut buncitnya."Tidurlah dan maaf, aku telah memaksa mu untuk tetap di sisi ku. Meskipun kamu tidak menginginkannya." Ucap Duke Alex.Duchess Anabella memutar tubuhnya, ia tidak tahu harus mela