Share

Tak Diakui

Hayu mendesah, apalagi yang akan dia alami kali ini, dia berdoa dalam hati semoga semuanya baik-baik saja. Dia tidak mau, kalau Candra tahu apa yang terjadi pada hubungan mereka.

Candra keluar dari mobilnya berjalan beriringan dengan Hayu masuk ke dalam restoran.

“Lewat sini, Pak Candra,” ucap Hayu menunjukkan jalan. Ternyata mereka datang terlebih dahulu. Malang tak dapat di tolak, tempat mereka duduk, ternyata berdekatan dengan mami Bisma, hanya saja terhalang sekat.

“Aku pikir kita terlambat, nyatanya sampai di sini mereka masih belum datang. Kamu yakin jam 10 mereka datang? Kamu sudah mengkonfirmasi lagi jadwal kita bukan?”

“Tentu saja sudah, Pak. Mungkin saja macet, jadi mereka agak terlambat.”

“Hem, kalau begitu, aku pergi ke toilet dulu sebentar. Kamu nggak apa-apa, kan, saya tinggal sendirian, jangan merindukan aku, ya.” Candra menggoda sekretarisnya itu, tersenyum dan berlalu meninggalkan Hayu sendiri. Pergi ke toilet menuntaskan hajatnya.

Hayu mengeluarkan ponselnya, sembari menunggu bos dan kliennya, dia menyibukkan diri dengan ponselnya. Namun kedatangan Mami Bisma menginterupsi Hayu.

“Jadi selain menggoda anak saya, kamu juga menggoda Candra, atasan kamu itu? Mau pansos kamu, ya. Sudah lelah hidup miskin? Mau langsung naik status sosial dengan mendekati orang-orang kaya seperti kami!”

Hati Ayara sakit mendengarnya, kalau bukan mami Bisma yang mengucapkan kata-kata itu, dia pasti akan menjawabnya. Hayu diam, tak menjawab perkataan Bu Ayu. Kecantikan Bu Ayu tidak sepadan dengan kecantikan hatinya.

“Kenapa diam, benar bukan apa yang saya katakan, kamu mendekati anak saya karena ingin uangnya bukan? Karena kamu dan Ibu kamu, ingin hidup enak? Jangan mimpi!”

“Tidak, Bu,” jawab Hayu akhirnya. Dia jengah dengan ucapan Bu Ayu.

“Selamat pagi, Tante Ayu,” sapa Candra ramah. Padahal dari kejauhan Candra melihat semua yang dilakukan Bu Ayu pada sekretarisnya.

Dengan segera Bu Ayu memasang wajah semanis mungkin. “Pagi, Nak Candra, apa kabarnya?”

“Baik, Tante.”

“Tante harap, anak saya bekerja dengan baik di sana, dan tidak melakukan hal yang bisa membuat malu keluarga.”

Candra berpura-pura tidak tahu menahu ucapan Bu Ayu, “Maksud Tante apa? Saya benar-benar tak mengerti.”

Bu Ayu tersenyum lagi, berbeda ketika berbicara dengan Hayu. Dia memancarkan aura malaikat tak bersayap kali ini. “Tante hanya khawatir, dia lupa siapa dirinya karena menikmati peran di perusahaan kamu. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Papi dan Mamimu, semuanya sehat?”

“Iya, Tante, semuanya sehat. Tante sedang apa di sini? Tante kenal dengan sekretaris saya?” tanya Candra meyakinkan kecurigaannya tentang Hayu dan Bu ayu.

“Ah, tidak. Tante tidak mengenalnya, hanya kebetulan Tante bertanya padanya, karena tadi melihat kamu dan ingin menyapa.”

Duaar!

Hati Hayu rasanya seperti tersayat sembilu, perih. Dia tak diakui sama sekali, sekedar mengakui mereka kenal, pun tidak. Hayu yang sempat kecewa, segera memasang wajah datar, dia tidak mau Candra tahu apa yang terjadi dengan mereka.

“Candra pikir, Tante mengenalnya, ini sekretaris saya Tante, kenalkan namanya Hayu, cantik ya Tante, Hayu ini sekretaris saya yang paling rajin dan baik hati, tidak pernah berbuat aneh-aneh, benar-benar menantu idaman. Eh, saya kok jadi promosi sekretaris saya, maaf Tante.”

Bu Hayu yang menahan kesal, tetap tersenyum semanis mungkin.

“Tidak apa-apa, Nak Candra. Kamu ini baik sekali, jangan sampai segala kebaikan kamu dimanfaatkan orang lain. Sekarang ini yang terlihat baik, belum tentu baik, jadi kamu harus berhati-hati.”

Candra tersenyum dan mengangguk, mulai mengerti ke mana arah pembicaraan Bu Ayu. Sekarang dia yakin kalau Bu Ayu memang tidak menyukai Hayu sebagai calon istri Bisma. Tapi Candra sudah tidak kaget jika mereka menolak Hayu. Bu Ayu, tentu saja akan memilih wanita yang sederajat dengan mereka, gayanya yang selangit, gengsinya tinggi, membuatnya tidak mau diremehkan oleh kolega dan teman-teman sosialitanya.

“Terima kasih, sudah perhatian dengan saya, Tante. Tapi, saya tahu mana yang benar-benar baik dan tulus dan mana yang memanfaatkan saya, jadi Tante tidak perlu khawatir dengan saya.”

“Baguslah, kalau begitu. Oh ya, mungkin sebentar lagi Bisma akan keluar dari Hardana Grup. Sekarang sudah saatnya, dia pindah ke perusahaannya sendiri, jadi kamu harus segera mencari penggantinya, Nak.”

Candra mengangguk, “Baik, tapi Bisma belum mengatakan apapun pada saya, Tante. Kenapa kesannya terlalu terburu-buru, Tante.”

Bu Ayu diam berpikir mencari alasan yang tepat untuk dia katakan kepada Candra, dia tidak mau candra curiga.

“Tante dan Om sudah berdiskusi, sebaiknya dia belajar mengurus perusahaannya sendiri, Om juga sudah ingin pensiun, biar punya banyak waktu untuk keluarga. Siapa tahu nanti setelah Bisma mengurus perusahaan sendiri dia bisa jadi mengurus rumah tangganya, mengurus istrinya.”

Ada rasa perih di hati Hayu mendengarnya, bagaimana bisa memintanya berjuang, sementara sebelum berjuang, bom itu sudah meluluh lantakkan benteng yang dia miliki.

“Wah, bagus itu, tante. Setahu saya dia sudah punya pacar, meskipun saya kurang tahu siapa wanita yang dia cintai,” ucap Bisma melirik ke arah Hayu.

Saat ini Hayu ingin membunuh Bisma, dia seperti memberi garam di atas lukanya yang sedang mengangga. Perih!

Hayu melotot ke arah Candra, atasannya yang kurang ajar dan keponya melebihi presenter akun gosip sungguh membuatnya naik pitam. Sejurus kemudian dia ingat bahwa Candra adalah atasannya, jadi dia tidak bisa berbuat apapun. Dia bergidik ngeri jika mengingat ancaman Candra tentang potong gaji.

Bu ayu tertawa, “Setahu Tante, Bisma belum memiliki kekasih, Bisma anak yang penurut, jadi mana mungkin dia memiliki kekasih tanpa sepengetahuan Tante.”

Deg!

Hayu semakin sakit hati mendengarnya, berarti kedatangannya ke rumah Bu Ayu tak dianggapnya sama sekali, sampai-sampai dia mengatakan kalau Bisma belum memiliki kekasih. Definisi sakit, tapi tak berdarah, itu yang sekarang dia rasakan lagi.

“Anak itu memang bisa dibanggakan ya, Tan. Salut Candra dengannya, kalau Candra memiliki kekasih, pasti sudah Candra kenalkan sama Mama, biar Mama nggak repot menjadwalkan Candra melakukan kencan buta,” ucap Candra terkekeh.

Bu Ayu ikut tertawa mendengarnya, “Kalau begitu, Tante permisi dulu, ya. Kasihan teman-teman Tante, sudah menunggu Tante dari tadi.”

Bu Ayu berpamitan pada Candra tanpa menatap Hayu, apalagi menyapanya. “Selamat bersenang-senang, Tante Ayu.”

Candra mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan Bu Ayu dengan sopan. Melihatnya seperti itu Hayu membatin, betapa beruntungnya wanita yang berhasil meluluhkan hati Candra.

Bu Ayu meninggalkan mereka, mereka duduk kembali. “Hayu, ada kabar dari mereka? Kenapa mereka masih belum sampai juga, ini sudah terlambat dua puluh menit, kamu tahu, kan, aku tidak suka mereka yang tidak menghargai waktu dan terlambat.”

“Sebentar, Pak, saya hubungi dulu sekretarisnya.”

Candra mengangguk, Saat mereka sedang sibuk dengan ponsel masing-masing, seseorang memanggil Hayu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status