Share

Satu Jurus

Orang-orang yang mencari kesenangan di atas penderitaan orang lain seperti mereka, layak untuk di musnahkan. Setidaknya untuk sedikit mengurangi parasit merugikan, yang hidup di dunia ini.

"Sudah kukatakan pada kalian, serahkan harta kalian atau nyawa kalian sebagai gantinya. Tapi sepertinya kalian lebih menyayangi harta kalian dari pada nyawa. Jadi lebih baik aku ambil saja dua-duanya."

Gu Lang memasang senyum yang terasa begitu mengerikan di mata para bandit itu, seolah sosok yang ada di depan mata mereka kini adalah raja Yama sang penguasa neraka.

Para bandit itu pun ketakutan dan langsung memberikan semua hasil jarahan mereka pada Gu Lang, karena mereka lebih sayang nyawa dari pada harta tentunya.

"Terimakasih banyak, tapi kalian tetap harus mati. Dosa kalian sudah terlalu banyak, kalau ku biarkan kalian hidup kalian hanya akan menambah tumpukan dosa kalian."

Dengan beberapa gerakan, Gu Lang membunuh semua bandit receh itu dengan mudah.

Bukannya tidak menepati janji, tapi para bandit seperti ini selalu meresahkan para warga yang biasa lewat di jalan itu.

Jadi lebih baik jika memusnahkan sesuatu yang merugikan orang banyak, daripada membiarkannya merajalela.

Setelah membawa semua hasil rampasannya, Gu Lang pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah keluarga Gu.

Dua hari kemudian Gu Lang sudah tiba di depan gerbang utama kediaman keluarga Gu.

Dia pun segera masuk untuk menemui sang ayah di ruangannya, untuk membahas tentang pertandingan pemuda keluarga Gu.

Dalam pertandingan itu, semua anggota keluarga Gu yang berumur di bawah dua puluh tahun diperbolehkan untuk ikut.

Dan siapapun yang menempati posisi pertama akan mendapatkan banyak pil obat dan alat yang bisa digunakan untuk pelatihan.

"Ayah, aku pulang." Sapanya pada sang ayah yang tengah sibuk mengurusi segala persiapan pertandingan itu.

Setelah berbincang sebentar, Gu Lang pun meminta izin untuk berlatih lagi demi memperkokoh dasar kultivasinya.

Gu Lang yakin, dengan kekuatannya saat ini sudah cukup untuk membuatnya menjadi juara satu di pertandingan keluarga kali ini.

Tapi dia ingin berjaga-jaga jika saja kekuatan Gu Feng juga meningkat dari yang terakhir kali. Saat membunuh Gu Lang, Gu Feng masih berada di level tujuh.

Tapi sekarang, mungkin saja dia sudah berada di level delapan atau malah level sembilan.

*

*

Hingga akhirnya beberapa hari kemudian pertandingan keluarga pun di mulai.

Semua anggota keluarga Gu dan juga kepala keluarga dari lima keluarga besar lainnya di kota Canglan pun sudah hadir, dan berkumpul bersama di arena pertarungan keluarga Gu.

"Selamat datang di pertandingan tahunan keluarga Gu, bagi seluruh kepala keluarga dari kelima keluarga besar. Pertandingan kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya."

Di pertandingan pertama, semua peserta akan berada di atas arena dan bertarung secara masal dan sepuluh orang terakhir yang bertahan akan masuk ke ronde kedua.

Semua penonton pun bersorak dan menunggu pertandingan yang akan segera di mulai itu, tetua pengawas pertandingan pun meminta semua peserta untuk naik ke atas arena.

Ada lebih dari lima puluh peserta yang ikut dalam pertandingan kali ini, termasuk Gu Lang, Gu Ming, dan Gu Feng.

Namun sebelum pertandingan dimulai, Gu Feng justru menyerukan sesuatu yang membuat banyak orang terkejut karenanya.

"Kalian semua jangan ada yang berani melawan Gu Lang di ronde pertama ini!" Suara riuh pun mulai terdengar, sedangkan Gu Lang malah tersenyum penuh arti.

Tanpa basa-basi, Gu Lang pun duduk bersila dan memilih untuk meditasi di atas arena setelah mendengar ucapan Gu Feng.

Dia bukannya tidak tau tujuan Gu Feng melakukan itu, tapi itu juga bukan hal yang buruk. Setidaknya dia bisa mengamati kekuatan lawan-lawannya, juga menghemat tenaganya untuk ronde kedua.

"Kenapa anak itu malah meditasi di atas arena? Apa dia gila!?" umpat Yixue yang juga ikut menyaksikan pertandingan itu, bersama ayahnya.

"Cih! Anak itu terlalu sombong, dia pasti akan mati mengenaskan!" sarkas sang ayah, Meng Wan.

Dan ternyata benar, hingga ronde pertama berakhir tak ada satu orang pun yang berani mendekati Gu Lang seperti yang Gu Feng katakan.

Kini ronde kedua akan segera dimulai, dan di ronde kedua ini akan di lakukan pertandingan satu lawan satu, inilah saat yang Gu Feng dan Gu Lang tunggu-tunggu.

"Silahkan semua peserta mengambil undian." Gu Lang mendapatkan nomor yang sama dengan Gu Ming, tentu saja hal itu membuatnya sangat senang.

Gu Lang dan Gu Ming pun naik ke atasnya arena pertarungan.

"Hey sampah! Sepertinya keberuntunganmu sangat buruk, bisa-bisanya kita malah bertemu di pertandingan pertama." Gu Ming menatap Gu Lang dengan tatapan meremehkan.

"Gu Ming, kau mengataiku sampah bukan? Jadi kalau kau lebih lemah dariku, maka sebutan apa yang pantas untukmu?" ujar Gu Lang dengan senyum sinis yang dia tujukan pada Gu Ming.

Gu Ming tertawa keras mendengar ucapan Gu Lang. Bahkan dia mengira Gu Lang sudah gila, karena berpikir bisa mengalahkannya.

Namun Gu Lang menanggapinya dengan santai, serta sindiran halus yang begitu menampar Gu Ming.

"Jangan hanya omong besar, Gu Ming. Kita buktikan saja dengan pertarungan yang sesungguhnya, adu mulut bukanlah keahlianku," sindir Gu Lang.

"Baiklah, aku tidak mau di cap sebagai penindas karena aku lebih kuat darimu. Jadi begini saja, kalau kau bisa menerima 3 jurus dariku aku mengaku kalah, bagaimana?" tanyanya.

"Tidak! Satu jurus!" sahut Gu Lang.

"Satu jurus? Apa kau terlalu takut denganku, sampai-sampai kau hanya berani menerima satu jurus dariku? Hahaha... dasar sampah!" sarkas Gu Ming.

Berbagai macam sumpah serapah pun terlontar untuk Gu Lang, karena mereka mengira jika Gu Lang terlalu pengecut dan tidak tau malu.

Bagaimana bisa dia meminta satu jurus saja, mereka pikir akan lebih baik untuk membunuh diri mereka sendiri, dari pada melakukan hal memalukan seperti itu.

"Sepertinya kau salah paham, Gu Ming. maksudku adalah, aku hanya perlu satu jurus. Cukup satu jurus! Jika kau bisa menahannya, aku akan mengaku kalah."

Gu Ming dan semua orang yang ada di sana semakin tertawa dengan keras. Tawa yang disertai dengan berbagai ejekan dan umpatan yang keji, terhadap Gu Lang.

Namun Gu Lang sama sekali tidak perduli dengan hal itu, karena dia yakin jika satu jurusnya akan sanggup membungkam mulut jahanam orang-orang itu.

"Kalau kau tidak berani, maka pergilah," ujar Gu Lang sambil menatap datar pada Gu Ming.

"Sialan! Kau berani menghinaku!" seru Gu Ming, "Aku akan membuatmu merasakan neraka dunia!"

Gu Lang mengeluarkan Black Shadow dan bersiap menyerang.

"Pukulan sembilan matahari!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Xiao Nan
tong kosong!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status