2 hari kemudian……..
Setelah dua hari berturut-turut memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin dan hari sebelumnya, Caca masih memiliki beberapa kissmark di lehernya, dan dia memutuskan memakai baju turtleneck hari ini untuk menutupinya.
Seperti biasa, Lina masih duduk di sofa dengan buah melon dipangkuannya dan menonton TV, seperti nyonya rumah.
Caca berdehem dan berjalan menuruni tangga, duduk di sofa, Lina hanya meliriknya.
"Kenapa?? kamu mau sarapan ?? buat saja sendiri!" Ucap Lina sinis.
Tentu saja, Caca tahu bahwa makanan yang ia masak kemarin hanya semata-mata karena dia khawatir ketahuan oleh tuannya.
Dasar penjilat!! Ucap Caca dal
Yezline Hendarmo. Bahkan sebelum debut resminya, Yezline sudah memiliki momentum bintang besar di mata publik, bagaimana mungkin dia tidak datang. Dengan beberapa bodyguardnya yang membuka jalan di depan dan dua asisten mengikuti di belakangnya. Yezline mengenakan kacamata hitam dan berjalan mondar-mandir, terlihat gelisah akan hasil casting hari ini. Ketika Caca keluar dari kamar mandi, Caca berpapasan dengan Yezline, Caca kembali menutup bilik kamar mandinya untuk bersembunyi. Dia tidak ingin bertemu Yezline di sini. Menyaksikan adegan Yezline yang berpelukan dengan pemeran utama di belakang semua orang membicarakannya, benar-benar membuat banyak aktor muda yang datang untuk mengikuti casting ini iri. "Hei, apa kalian
Caca mendengar pintu dibanting di belakangnya, "Ashh, sakit!! " Ringis Caca merasa perih pada lututnya karena terantuk lantai kotor di ruangan itu. Pada saat dia coba bangun dan berjalan untuk membuka pintu, pintu itu ternyata sudah di kunci dari luar. ‘Siall!!’ Batin Caca mengumpat. Dia menggedor pintu itu beberapa kali, bahkan Caca juga berteriak minta tolong beberapa kali, tapi hanya senyap yang ia dapat. Ketika dia mengikuti apa yang dikatakan anggota staf di sini, dia pikir tempat itu berada di lantai paling atas sehingga dia bisa melihat orang orang yang datang untuk casting, tetapi kenyataannya ia tidak bisa melihat siapapun di sini. Sepertinya ia telah di jebak. Orang yang menjebaknya sudah memp
“Tapi, pak tolong beri saya satu kali kesempatan, ya? Saya sangat membutuhkan kesempatan ini pak...” Mohon Caca Jika dia gagal pada casting kali ini, ini benar benar bukan hal baik untuk Caca, apalagi jika dia gagal karena dia sengaja dijebak agar terlambat mendatangi casting ini, Caca benar-benar merasa geram pada seseorang yang telah tega menjebaknya. “Nona, lihat orang mana yang tidak membutuhkan kesempatan ini?” Seorang asisten sutradara menepuk nepukkan segulung kertas yang Caca yakini itu adalah kertas form peserta casting di tangannya. "Nona saya akan memberitahumu beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang aturan yang harus dipatuhi di sini. jadi lain kali anda bisa lebih teliti dan tidak datang kesini dengan sia sia." Asisten sutradara berkontak mata dengan asisten sutradara lainnya, seolah mereka seda
Marlen mengangguk, "Sepertinya kamu tahu karakternya dengan cukup baik, bahkan orang yang telah membaca novel sebelumnya selalu berpikir bahwa Rose adalah wanita yang terlalu lemah." Mendengar Direktur Marlen mengatakan itu, dua asisten direktur di sampingnya buru-buru setuju, "Ya, meskipun gadis kecil ini adalah pendatang baru, dia mampu menampilkan sebuah cerita dengan emosi yang sangat tepat." “Tidak hanya emosi yang ada, tetapi ekspresinya sangat mendalami ketika mengucapkan kalimatnya, terutama pada linangan air mata yang tertahan sampai akhir sebelum jatuh.” Marlen mengangguk, "Oke, kalau begitu peran ini bisa kamu mainkan, kami akan memberitahu agency mu nanti." Caca tertawa kikuk "Saya tidak memiliki agency dan saya belum pernah menandatangani satu kontrak pu
“Sebenarnya kamu tidak dirugikan sama sekali, kan?” Bram memandang ke arah Caca. Ekspresi Caca menjadi serius, “Asta, dari fakta bahwa kamu meluangkan waktu dari jadwal sibukmu untuk menyelamatkanku hari ini, aku dapat mengatakan bahwa kamu adalah orang yang baik, aku tidak menyangka orang baik akan memaksa orang baik lainnya untuk melakukan hal seperti itu.” Melihat wajah serius dan tulus Caca, Bram tidak menemukan kata-kata untuk diucapkan. “Aku sudah jujur padamu terakhir kali, alasan aku tidur denganmu dan kenapa aku ingin segera punya bayi adalah karena suatu alasan yang mendesak, dan sekarang setelah suamiku kembali, aku tidak akan melakukan hal semacam ini lagi, katamu sekali dan dua kali, tidak ada bedanya, tetapi dalam kasus ku, perbedaannya sangat besar.” C
Caca tercengang, belum terbiasa memiliki suami, jadi terkadang dia lupa kalau sudah menikah. Dia begitu sibuk dengan tesisnya dan persiapan syuting sinetron nya sehingga dia lupa tentang suaminya. "Apa yang kamu tunggu? Naik dan mandi, ”desak Lina. "O–okay" Setelah mengatakan itu, Caca langsung naik ke atas. Lina menatapnya sekilas dan kembali ke kamarnya, berdiri di depan cermin dan melihat dirinya sendiri. Lina melepas baju serta bra nya lalu memegang payudaranya, " Aku tidak mengerti apa yang Tuan lihat dari wanita itu. Apa payudaranya besar? Tidak, pipi tembam? Aku juga punya, tidak adil, benar-benar tidak adil." Di sisi lain Caca naik ke atas dan mandi dengan cepat, pri
"Apa maksudmu?" Lina memutar matanya jengah "Kamu masih tidak bisa memahami situasi? oke, kalau begitu saya akan menjelaskan padamu Nyonya!. lampu di kamarmu mungkin tidak rusak, mungkin sengaja di matikan!" "Sengaja dimatikan?" “Ya, karena tuan menyuruhku untuk mematikan saklar listrik, ah dan kamu tahu? Dia memintaku mematikan saklar listrik tidak hanya semalam, tapi juga terakhir dia pulang dia juga memintaku melakukannya. Dan tuan mengatakan bahwa setiap kali dia pulang, lampu rumah harus selalu dimatikan.” Ketika Lina mengatakan ini, dia mengatakan dengan bangganya. "Kenapa?" Caca sedikit bingung. “Mengapa bertanya ke
Melihat Caca di sini, Yezline juga sangat terkejut. Ketika Caca melihat ekspresi wajah Yezline seperti dia baru saja bertemu hantu, dia mungkin menebak Caca tidak mengikuti audisi. Lagi pula, pendatang baru kecil sepertinya, yang tidak pernah menunjukkan wajahnya pada dunia pertelevisian, tidak akan mungkin membuat siapa pun merasa terancam olehnya. Caca hanya bisa berpikir, itu hanya Yezline, dan kebetulan dia melihat Yezline lagi hari ini. “hai! kita bersaudara memang benar-benar ditakdirkan untuk bersama” Yezline tiba-tiba berseri-seri dengan gembira. semua orang saling memandang dan bingung harus berbuat apa. Yezline mengerucutkan bibirnya dan tersenyum, "Kalian semua li