Nayyara telah selesai mengerjakan segala pekerjaannya dengan sempurna tanpa tertinggal apapun. Ia merasa perutnya sangat perih karena belum di isi makanan sama sekali, Nayyara berjalan menuju meja makan dan mendapati pemandangan yang kembali membuat kesedihan itu terpancar di mata indahnyaEntah kapan terakhir kali ia duduk dan makan bersama keluarganya, yang pasti Nayyara sangat merindukan saat-saat itu. Dimana ia masih diperlukan selayaknya seorang anak yang begitu di cintaiNayyara berniat ingin melewati ruang makan itu dengan hati-hati dan tanpa mengeluarkan suara. Namun, belum sempat melangkah menuju kamarnya Faris menghentikannya, membuat Nayyara seketika menoleh ke arah suara itu"Nay, kamu sudah makan? Sini gabung sama kita, masa kami makan kamu malah sibuk dengan pekerjaan kamu sih,?" ujar Faris tanpa tahu kalau sebenarnya hadirnya Nayyara akan membuat kedua orangtuanya dan juga Rania kehilangan selera makan jika ia turut andil bersama mereka"Aku sudah lebih dulu sarapan ta
Faris menyudahi pembicaraannya dengan Rania dalam sambungan telepon, ada rasa bersalah dalam hatinya yang membatalkan janjinya secara sepihak. Tapi mau bagaimana lagi, malam ini ia memang benar-benar merasa sangat kelelahan Faris berbalik dan segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur king size miliknya. Bayang-bayang wajah teduh Nayyara terus berputar di pikirannya, bagaimana bisa seorang Nayyara yang ia kenal dengan sifat ramah dan juga rendah hati itu bisa berubah seperti yang di katakan oleh Fania dan juga Rania? Ada keraguan dalam hatinya, tapi mengingat kembali wajah sedih Fania juga membuat hatinya semakin dibuat bingung harus mempercayai yang manaFaris yang masih setia dengan tatapan lurus memandang langit-langit kamarnya itupun terkejut dengan sebuah tangan yang mengelus lembut bahunya. Faris pun menoleh pada pemilik tangan yang sangat di kenali nya itu"Anak mama ini lagi mikirin apa,?" tanya Delia lembut, seraya memindahkan kepala anak laki-laki satu-satunya itu kepan
Satu harian ini tubuh Nayyara benar-benar sangat lemas dan juga lemah, sepertinya sakit lambungnya kembali kumat di karenakan melewatkan makan malam dan juga sarapan hingga siang hari ini ia belum juga memakan apa-apa. Hari ini Nayyara tidak bekerja lantaran sang bunda memintanya untuk menemani Rania bertemu dengan salah satu dosen yang akan membimbing Rania menyelesaikan skripsi kuliahnyaMeskipun Nayyara masih marah pada Rania, akan tetapi ia juga tidak tega meninggalkan adiknya itu seorang diri. Apalagi berduaan dengan pria yang sudah berumur dan terkenal dengan kegenitan nya, Nayyara mengetahui itu saat ia masih menjadi asisten dosen di kampusnya dulu, dan dengan secara kebetulan pria tua itu juga yang menjadi dosen pembimbing Rania saat iniSesekali, Nayyara merintih kesakitan dan memegangi perutnya yang terasa perih bahkan kini wajahnya sudah terlihat sedikit pucat. Nayyara berusaha untuk tetap bertahan sampai Rania selesai dengan urusannya"Aku di jemput temanku" ucap Rania ber
Malam ini sepertinya Nayyara akan kembali tidur di teras, ia tidak di perbolehkan masuk sebelum matahari terbit oleh bundanya yang menguncinya sendirian di luar. Sebenarnya hal itu bukan lagi hal yang baru bagi seorang Nayyara, ia sudah biasa tidur dengan keadaan yang seperti itu Nayyara sudah biasa tidur dengan di peluk oleh kesunyian dan kesakitan"Jika banyak orang yang mengatakan bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat kita pulang, tapi kenapa aku tidak merasakan itu? Aku memang hanya seorang anak pungut bunda, tapi apa selama aku menjadi putri kalian apa tidak pernah sekalipun kalian bahagia atas hadirnya aku?" lirih Nayyara dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, Nayyara menyenderkan kepalanya di lutut ia terisak dengan tubuh yang menggigil menahan dinginnya malamDua hari berlalu setelah kejadian dimana Nayyara di siksa oleh Fania Bundanya sendiri, hari ini gadis yang masih terlihat sedikit pucat itu akan kembali bekerja. Luka di tubuhnya juga belum sepenuhnya pulih, beg
Tidak akan ada kata baik-baik saja saat mengetahui keluarga kita sendiri berusaha untuk menghancurkan kita yang notabene adalah seorang anak. Meski tidak lahir dari rahim seorang ibu yang mengadopsi nya, namun bukan berarti Nayyara harus di perlakukan sebegitu kejamnya, dimana hati sepasang suami istri itu? Mengapa mereka begitu tega pada anak yang dahulu mereka ambil dengan sebuah janji akan memperlakukan nya selayaknya anak sendiri? Nayyara meluruhkan tubuhnya di pintu kamarnya yang ia tutup setelah mendengar percakapan ketiga orang tersebut. Ia terisak menangis pilu meratapi nasibnya yang hanya sebagai anak pungut di rumah itu"Ayah, bunda, kenapa kalian begitu tega padaku? Apa salahku? Kenapa dulu mengambil-ku jika hanya untuk di sakiti setelah mendapatkan apa yang kalian mau?" lirihnya dengan menangis terisak Nayyara teringat ia belum melaksanakan shalat Isya nya yang sudah terlewat beberapa menit itu, dengan langkah gontai Nayyara menuju kamar mandi untuk membersihkan diri ser
"Bagaimana kakak-ku sayang, kau suka dengan hadiah spesialnya dari aku?" ucap Rania dengan senyum penuh kemenanganNayyara hanya mampu tersenyum menanggapi Rania yang sepertinya memang sengaja mencari masalah dengannya. Bukannya memang selalu seperti itu? Rania akan selalu merasa puas dan juga bahagia jika melihat kehidupan Nayyara penuh dengan kesengsaraanGadis yang tidak pernah mau kebahagiaan itu menghampiri Nayyara selalu saja mencari seribu cara untuk membuat sang kakak menderita. Alasannya hanya karena Nayyara lebih segalanya darinya, berparas cantik, pintar, baik hati dan yang pastinya di sukai banyak orang, bahkan sang nenek sendiri selalu saja memuji dan membandingkan kepribadian Nayyara dengan dirinya dan tentunya hal itu menjadi salah satu pemicu Rania begitu membenci seorang Nayyara"Apa kau tuli? Ah, atau kau mau MENANGISI kehidupanmu yang sangat malang itu? Ini belum seberapa Nayya, ini masih permulaan. Aku akan membuatmu merasakan bagaimana rasanya hidup tapi seperti
Rania memandang Nayyara dengan kilatan amarah yang sudah memenuhi bola matanya. Seharusnya malam ini ia dan juga Faris membicarakan kelanjutan pertunangan yang di gantikan oleh dirinya, namun semuanya gagal, rencana yang sudah ia susun dengan rapi kini hancur berantakanRania memasuki toko milik Nayyara dan menghancurkan segala isinya dengan tidak berperasaan. Sementara Yacob menahan pergelangan tangan Nayyara yang berniat ingin menghentikan perbuatan Rania begitu juga dengan Salwa, Zahira dan juga Keisha, mereka di larang untuk menolong Nayyara dengan sebuah ancaman dari Yacob yang membuat mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengikutinya"Ayah lepaskan, aku mohon. Bunda, tolong hentikan Rania, aku mohon" ucap Nayyara mengiba dengan terisak memohon pada kedua orangtuanya"Rania Hentikan! Ayah! Kalian semua tidak berhak merusak yang bukan milik kalian!" teriak Nayyara putus asa, sungguh ia sudah tidak bisa lagi mengalah untuk kali iniPlak"Berani kau meneriaki ku Sialan!"PlakP
Pagi itu, Nayyara kembali kerumah kedua orangtuanya dengan wajah sembab setelah semalaman ia melewati dengan penuh air mata. Nayyara menginap di sebuah hotel setelah beberapa kali menolak ajakan Alzena yang meminta ia untuk menginap di rumahnyaBukan maksudnya untuk menolak niat baik Alzena, hanya saja Nayyara tidak ingin terlalu banyak merepotkan gadis baik hati itu, apalagi mengingat mereka baru dekat beberapa bulan ini. Meskipun dengan berat hati Alzena mengiyakan permintaannya, tapi sepertinya gadis itu juga mengerti jika saat ini Nayyara masih membutuhkan waktu untuk menyendiriDengan rambut yang ia ikat asal, gadis yang memakai baju yang sudah tampak lusuh itu mengetuk pintu beberapa kali. Berharap keadaan hati kedua orangtuanya sedang baik, sehingga mengijinkan dirinya untuk mengambil barang-barang miliknyaCeklekPintu terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang memandang tajam ke arahnya, membuat Nayyara sedikit menunduk merasa takut pada tatapan tak bersahabat dari ayahnya