Haifa terlonjak. Dengan cepat mendekati Ibu dan memegang tangan perempuan yang teramat dihormatinya. Wajah lembut Haifa berubah sangat khawatir melihat napas Ibu yang terlihat turun naik."Ibu?" Haifa dengan lembut menuntun Ibu mertuanya, perlahan membujuknya agar kembali masuk."Ibu, masuk yuk.""Tunggu." Sekar yang masih memegang pipinya yang masih terasa panas, tampak belum puas. Apalagi barusan dia dengan jelas mendengar Ibu menyebutnya wanita sundal. Menyebalkan.Perempuan tua, kurang ajar. Kamu pikir aku perempuan rendah yang bisa kau injak begitu saja? Gerutunya nampak sangat tersinggung."Ada apalagi? Cukup, pergi dari rumah ini. Akhiri keributan ini ,Sekar." Haifa menatap ke arah kekasih suaminya dengan tajam, memohon pengertian agar Sekar segera pergi.
Keluar dari kamar Yudha dengan tas besar di tangan, membuat Haifa sedikit menyeret langkahnya. Haifa menjatuhkan tubuhnya di atas pinggiran tempat tidur.Air mata yang dari tadi ditahannya lolos sudah. Haifa terseduPerkawinan macam apa yang kau janjikan padaku, Mas?Mahligai macam apa yang mengharuskan seorang istri tidak boleh mencampuri hidup suaminya? Saling menjauh dan membentangkan jarak?Kenapa kau tidak melepaskanku dan mentalakku sekalian? Agar aku bisa pergi dari hidupmu sejauh yang aku mau?Haifa merintih.Gusti Allah, seandainya kasih sayang Ibu mertua tak seluas lautan biru, sungguh Haifa tak kan Sudi tinggal seatap dengan pria berhati batu seperti Yudha suaminya.Allahu Akbar.Sakit sekali co
Pukul delapan lewat, susah payah akhirnya Yudha selesai mematut diri dan bersiap berangkat kerja. Kemeja warna ping muda dan celana bahan warna abu, belum dasi yang ada cuma warna hijau tua. Sangat jauh dari kata serasi dan elegan.[Haifa, baju-baju dan dasiku kamu taroh di mana?] Yudha mengetik pesan, meski segan tapi terpaksa dilakukan.[ Banyak , tapi belum ku setrika. Semuanya masih ada di ruang setrika.][ Berarti bajuku yang sudah disetrika cuma dua biji ini? Itu pun warna ping dan ungu? ][Hu'um][Kenapa, belum disetrika semua?][ Aku stres baca semua pesan di grup rahasimu, Mas.]Yudha memijit pelipisnya, pusing.[Salahkah aku, kalau merasa stres dan tertekan sehingga gak bisa bekerja?] Lanjut Haifa galak.
7Belum lenyap rasa kaget dan shock di hati Meri dan Shila, suara berisik yang berasal dari ponsel yang disimpan di dalam tas mewah mereka terdengar bersahutan.Kring.Kring.Tolelot.Suara telephon mendadak ramai di ponsel Meri dan Shila.Tak butuh waktu lama, ada banyak yang meminta klarifikasi tentang Screenshot percakapannya di Grup WA mereka.Mas Tarno.Mbak Yuni.Teh Lala.Kang Barna.Terlihat nama-nama anak mantu Bi Indah dan Mang Wawan yang menelepon." Jawab, Shil."Meri terlihat gemetar, menyodorkan ponselnya yang terus menjerit-jerit minta diangkat. Dia tahu berhadapan dengan siapa, keluarga Bi Indah terkenal solid da
Shila memarkirkan mobilnya dengan hati berbunga-bunga, bagaimana tidak hari ini dia sudah berhasil menghajar Haifa dengan begitu jaharanya.Shila tidak akan lupa Bagaimana wajah perempuan udik itu mengkerut dan hanya mampu menahan tangis tanpa bisa melawan. Amazing.Dengan perasaan riang, Shila memandang sekeliling rumahnya yang lengang. Hanya ada dirinya dan beberapa pembantun yang sibuk di rumah belakang.Tak berbeda dengan rumah Meri yang berkelas, rumah Shila pun tak kalah nyaman dan mewah, dengan halaman luas dan gaya minimalis yang modern.Beberapa mobil mewah terparkir di garasi rumah. Shila memang pantas bangga dengan pencapaiannya. Sebagai selebgram dan model banyak produk ternama di kotanya, dia memang dengan mudah mengumpulkan pundi rupiah, apalagi bersuamikan seorang profesional yang bekerja di perusahaan asing yang bermarkas di luar negeri dan bergaji besar ditambah
Drrrt.Drrtttt.Kring ...Baru saja mereka menepikan mobil dan hendak singgah ke sebuah kafe buat diskusi, ponsel Meri telah dibombardir dengan panggilan suara dan pesan masuk.[ Aku berubah fikiran. Aku memilih mengunggahnya di kanal you tube. ] Belum sempat Meri dan Shila menjawab setuju atau tidak, nomor misterius yang tadi meminta uang 250 juta sudah main ralat. Kali ini tidak pakai capslock jebol, tapi malah lebih menjengkelkan.[ Apa maumu, hah?] Balas Meri, mencoba menggertak.[Aku akan tetap mengunggahnya.][Atau....]Meri menepikan dan memarkirkan mobilnya. Diikuti Shila dan Erika yang buru-buru ke luar dari mobil dan masuk ke dalam kafe, memesan minuman dingin dan segera mengambil posisi duduk di pojok
Mata Surti merem melek menerima layanan premium di salon mewah dan mahal yang menjadi pilihan Haifa saat ini. Bukan hanya tempatnya bagus dan nyaman tapi juga pelayanannya yang sangat memuaskan.Cukup lama Haifa dan Surti menikmati paket lengkap perawatan di salon itu, mulai dari ujung kuku sampai ujung rambut.Surti perlahan bangkit, wajahnya terlihat cerah dengan mata berbinar. Rangkaian perawatan lengkap yang dipilih Haifa telah selesai. Terlihat Surti menghela nafas dengan lega saat gadis tomboy itu merasakan seluruh tubuhnya ringan dan kulit menjadi kinclong.Diliriknya Haifa yang juga terlihat pangling. Bukan hanya rambutnya yang tampak indah , tapi juga wajah dan tubuh terlihat bersih dan lembut.Untuk pertama kalinya Surti memperhatikan wajah Haifa, selama ini mer
Ternyata antara benci dan cinta hanya dipisahkan oleh sehelai benang yang sangat halusJuga antara muak dan memuja hanya berbatas selembar kertas yang sangat tipis dan tak berjarak.Tak salah jika ada pepatah yang mengatakan, jangan terlalu benci dan jangan terlalu memuja, karena saat benci berubah cinta atau sebaliknya, tak seorang pun sanggup menolaknya.Yuda tersengal, jantungnya mendadak melompat-lompat tak berirama. Belum pernah dia melihat perempuan sesempurna sosok yang tengah memandangnya dengan tatapan memuja.Tatapan yang bukanhanya mampu membuat jiwa laki-lakinya bangkit, tapi juga sekaligus meruntuhkannya dalam pesona yang memabukkan."Ha-haifa?" Yudha masih tak percaya jika yang tengah menatapnya adalah Haifa. Istri cu