Geovane tersenyum miring melihat ke arah kumpulan anak muda yang kini menatap ke arahnya. Dia mengangkat sebelah alisnya seolah mempertanyakan apakah yang dikatakan olehnya sudah benar atau belum. Geovane sengaja menyebut bahwa dirinya tidak senang menyia-nyiakan diri sebagai sindiran halus yang diberikan olehnya untuk anak-anak jalanan tersebut.
Tidakkah mereka merasa sayang pada tubuh mereka sendiri? Ketika ribuan orang berpenyakit berusaha untuk sembuh bahkan rela memberikan seluruh harta kekayaannya demi untuk mencapai kesehatan, lantas mengapa anak-anak muda seperti mereka yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa justru malah menyia-nyiakan diri mereka dengan mengonsumsi minuman yang akan tubuh mereka teracuni?“Apakah aku salah berkata?” tanya Geovane dengan tersenyum sombong. Ia menatap remeh anak-anak jalanan yang masih duduk melingkar di bawah kakinya.Seorang pemuda menjawab, “Kau tidak perlu ikut campur masalah kami. Urusi saja hidupmu, apa kau pikir hidupmu sudah sempurna?’ tanyanya.Yang bertanya adalah ketua dari kumpulan tersebut, namanya William. Banyaknya tindik dan tato yang memenuhi tubuhnya telah menutupi ketampanan dan citra manis yang terlukis di wajahnya. Geovane merasa yakin, jika saja William tidak memberikan pernak-pernik di sepanjang telinga, ujung hidung, dan ujung alisnya maka ia adalah pria berwajah manis. Mungkin dia akan cocok menjadi salah satu anggota boy group di Korea Selatan.Justin memasang posisi istirahat di tempat, berdiri tepat di belakang tubuh majikannya yang tak lain adalah Geovane. Ia menatap anak-anak jalanan dengan waspada, jika saja mereka akan berbuat hal tak terduga maka Justin akan bisa bertindak dengan cepat.Berbeda dengan orang kepercayaannya, Geovane justru tampak santai berdiri dengan angkuh sambil menatap remeh anak-anak muda yang sedang mencari jati diri yang sebenarnya. Bibirnya tidak berhenti untuk menyunggingkan senyum miring yang mana biasanya bisa membuat semua orang yang melihatnya bergerak waspada.“Kau bertanya apakah hidupku sudah sempurna? Hey, anak muda! Kau tidak akan bisa membayangkan seberapa sempurnanya hidupku!” Tawa penuh kekuasaan terdengar begitu jelas, Geovane tidak tahu bagaimana reaksi yang akan ditunjukkan oleh anak jalanan tersebut jika tahu siapa ia sebenarnya.“Memangnya kau siapa? Selebritis?” tanya seorang rekan William.Lagi-lagi Geovane tertawa dibuatnya. Setelah meredakan tawanya, ia menghela napas ringan dan kembali berjongkok untuk membuat tubuhnya kembali sejajar dengan pria-pria muda tersebut. “Aku bukan aktor atau pembawa berita yang sering berlalu-lalang di televisi, tapi aku jelas lebih kaya dari mereka semua. Dan pastinya, namaku jauh lebih tersohor daripada mereka semua.”Ucapan yang dilontarkan oleh Geovane membuat semua mata yang tertuju padanya saling melemparkan kebingungan. Mereka sangat penasaran akan siapa sosok yang sekarang tengah mengganggu ketenteraman yang sebelumnya sedang mereka dapatkan.“Jika kau sangat tersohor lantas mengapa kami tidak mengenalmu?” tanya William dengan gaya congkak, mengikuti bagaimana cara Geovane bersikap. Ia sudah merasa sangat penasaran akan siapa itu sosok yang banyak bicara di hadapannya.Pembawaan diri yang jelas menunjukkan sebuah kesombongan namun tetap dalam batasan kewibawaan membuat William yakin bahwa Geovane bukanlah orang sembarang apalagi orang yang berasal dari kelas bawah. Lalu tatapan William beralih pada sosok Justin yang tampak berusaha untuk menjaga keselamatan Geovane. Dan hal tersebut membuat William merasa yakin jika Geovane bukanlah sosok yang sembarangan.“Tentu saja kalian tidak mengenalku, karena poster-poster mengenai diriku tidaklah terpajang di tempat-tempat yang kumuh!” ujar Geovane semakin sombong.Hal tersebut membuat anak-anak jalanan yang ada bersamanya semakin meradang, hingga salah seorang di antara mereka bangkit dan mencoba untuk melayangkan sebuah pukulan pada Geovane. Hal tersebut tentu saja tidak berhasil karena Justin yang dengan sigap menangkis tangan tak terlatih pemuda itu. “Jangan sentuh tuanku dengan tangan kotormu!” desisnya.Geovane bertindak santai, justru dirinya memberikan kode kepada Justin agar melepaskan tangan pemuda lancang tersebut. Justin pun dengan segera menuruti apa yang diperintah oleh tuannya. Karena tak mungkin baginya untuk menolak permintaan Geovane. Justin kembali memosisikan dirinya untuk berdiri di belakang Geovane dengan posisi istirahat di tempat.Setelah itu Geovane langsung menatap orang-orang muda di hadapannya kembali. “Baiklah, sepertinya kalian sangat ingin mengetahui identitasku. Namaku Geovane Gabriel Priangan, apa kalian sudah mengingat atau mungkin mendengar tentangku?”Kesombongan Geovane mulai memudar ketika anak-anak jalanan tersebut mulai menggelengkan kepalanya. Jadi ternyata ia tidak cukup tersohor untuk dapat dikenal oleh anak-anak jalanan? Baiklah seharusnya Geovane sadar bahwa anak-anak jalanan seperti mereka pasti tidak menaruh ketertarikan pada perkembangan dunia bisnis. Wajahnya mungkin dikenal oleh orang-orang peduli dan berkecimpung di dunia bisnis.Akhirnya ia menghela napas lelah dan lalu kemudian kembali berucap, “Aku adalah pria terkaya di Indonesia, dan aku adalah salah satu pengusaha muda yang paling sukses di dunia. Jadi apa sekarang kalian tahu siapa diriku?”Bukannya terkagum, anak-anak jalanan tersebut justru langsung mencoba untuk meneliti penampilan Geovane dari atas ke bawah. Mungkin mereka percaya jika Geovane adalah orang kaya, tapi orang terkaya di Indonesia? Rasanya penampilan Geovane sekarang tidak mencerminkan itu sama sekali.Geovane yang sadar jika pengakuannya diragukan karena penampilannya yang kelewat sederhana segera berdehem. Lantas ia merapikan pakaiannya seraya berkata, “Mungkin kalian melihat bahwa pakaian yang kukenakan sangat sederhana. Tapi percayalah jika pakaian yang sedang kupakai dijual kembali maka kalian bisa membeli satu sepeda motor.”William berdecak, jengah dengan sosok Geovane yang terus membanggakan dirinya. “Lantas kalau kau pria terkaya di Indonesia apa urusannya dengan kami?”“Kau bertanya apa untungnya bagi kalian jika aku adalah orang terkaya di Indonesia?” tanya Geovane dengan mulut yang terbuka setelahnya, terperangah meligat reaksi William si anak jalanan yang bisa-bisanya bertingkah biasa saja ketika mengetahui bahwa ada pria terkaya di Indonesia yang tengah berdiri di hadapannya.“Ya, memangnya apa keuntungan bagi kami jika kau adalah pria terkaya di negara ini? Bahkan jika kau adalah pria terkaya di planet bumi sekalipun, apa untungnya bagi kami?” timpal seorang anak jalanan lainnya yang bernama Derek. Anak muda tersebut memiliki penampilan yang lebih rapi dari kawanannya.Pakaian yang dikenakan oleh Derek cukup terbilang bagus jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Kemeja biru muda polos yang cocok ketika dipasangkan pada tubuhnya yang berlapis kulit putih. Celananya pun tidak banyak robek di sana-sini. Penampilannya cukup kontras jika dibandingkan dengan teman-temannya yang memakai k
Jika saja wanita paling sabar di dunia diurutkan namanya, maka nama Shafita pasti akan menempati nomor urut pertama. Selama Geovane mengenal Shafita sejak masa Sekolah Menengah Pertama, ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kesabaran yang dipancarkan oleh wanita tersebut. Saat masa sekolah dulu, Shafita tidak tergolong sebagai siswi yang mempunyai teman dalam jumlah banyak. Jika Geovane tidak salah mengingat, Shafita tidak memiliki teman dekat lebih dari dua orang. Itu pun, sangat jarang menjalin kebersamaan. Shafita lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian. Dia bukanlah seorang kutu buku yang senang menyendiri dan hanya ditemani oleh sebuah buku yang hanya berisi tulisan, tetapi Shafita adalah orang yang gemar menyendiri dan hanya menghabiskan waktunya untuk diri sendiri. Wanita penyabar tersebut tidak tampak terganggu dengan perilakunya tersebut, dia sangat menikmati setiap waktu kesendiriannya. Shafita pun merupakan pribadi yang sangat se
Geovane tidak merasa ataupun berpikir bahwa Shafita merupakan wanita yang sempurnya. Karena ia tahu jika di dunia ini tidak ada yang benar-benar hidup tanpa cela dan kekurangan. Lagi pula, Geovane sama sekali tidak membutuhkan wanita yang sempurna dan serba bisa.Karena, Geovane bisa melakukan apa pun untuk dirinya sendiri.Salah satunya dalam bidang memasak. Shafita sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Dan itu sangat berbanding terbalik dengan sosok Geovane yang pandai meracik makanan.Jika sudah begini, Shafita yang bingung untuk menemukan kekurangan yang ada dalam diri kekasihnya tersebut.Dan memang Geovane sama sekali tidak mengharapkan jika Shafita menemukan kekurangannya. Tampan, tajir, dan multitalenta. Bukankah hal tersebut sangat sempurna untuk didengarkan?Apa lagi yang wanita cari dari seorang pria selain ciri-ciri yang Geovane miliki?Geovane tidak ingin menganggap dirinya sempurna, tetapi
Merupakan hal lumrah bagi Shafita untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan para kolega bisnis. Tidak, ini bukan kolega bisnis yang dimilikinya. Karena sangat jelas jika dirinya bukanlah wanita yang memiliki karier melejit. Shafita hanya wanita biasa yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dengan kegiatan yang tentu semua orang akan bisa membayangkannya seperti apa. Bukan pula kolega bisnis kedua orang tuanya. Karena, walaupun ia tidak terlahir dari keluarga yang patut dikatakan miskin, dirinya pun tidak terlahir dari keluarga yang pantas untuk disebutkan kaya raya. Shafita biasa menyebutnya sedang-sedang saja. Ia hidup dalam porsi yang pas tanpa kelebihan ataupun kekurangan suatu apa pun. Dan yang telah berada di dalam rumahnya sejak tiga puluh menit yang lalu adalah kolega bisnis dari Geovane. Jumlahnya sekitar tujuh orang. Empat orang di antara mereka adalah pria dan tiga orang lainnya berjenis kelamin wanita yang mana Shafita tebak meru
Jika diperhatikan secara lebih mendalam, laporan yang dibuat oleh Jesslyn masih dan selalu saja ada kesalahan. Namun, entah mengapa sampai sekarang Geovane masih saja mempertahankan wanita tersebut yang padahal jika dinilai dari kinerjanya maka Jesslyn bukanlah karyawan yang patut untuk dipertahankan.Wanita tersebut lebih banyak menghabiskan waktu untuk berusaha menarik perhatian dan mendekati Geovane. Dan Geovane sendiri tidak menyukai tabiat Jesslyn yang seperti itu tetapi juga tidak melarangnya. Sekarang, keningnya berkerut-kerut karena membaca laporan yang dituliskan oleh Jesslyn. Yang diterimanya kini bukanlah data perusahaan, melainkan data keuangannya pribadi yang dikelola oleh seorang akuntan.Sebelum memberikan laporannya secara langsung pada Geovane, seorang akuntan yang bekerja padanya akan mengirimkan laporan dalam bentuk yang masih kasar untuk selanjutnya diserahkan pada Jesslyn yang akan membuatkan laporan akhir. Sebenarnya tugas tersebut masih tanggung
Geovane merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruangan kerjanya. Hal santai semacam itu tak akan dilakukannya jika masih dalam waktu bekerja. For your information, Govane adalah salah satu jenis manusia yang sangat gemar bekerja dan menjunjung tinggi pekerjaannya. Karena bagi Geovane, pekerjaan adalah sumber kehidupannya.Kini waktu menunjukkan pukul tujuh malam, di mana semua karyawannya telah pulang ke rumah masing-masing kecuali para petugas kebersihan dan anggota keamanan yang bertugas malam hari. Di dalam ruangannya, Geovane merenung sendirian.Sebenarnya tidak dapat dikatakan merenung karena alasannya berada di sini adalah karena ia kelelahan. Hari ini pekerjaannya terasa lebih berat, atau mungkin Geovane yang tidak semangat. Berkali-kali Geovane menghirup dan mengeluarkan napas dengan cara yang kasar.Di luar ruangan, ada Justin yang setia menunggunya. Tetapi Geovane belum berniat untuk ke luar. Rasanya ia masih merasa betah untuk
Sudah tujuh menit berlalu Shafita berkutat di ruang kerja milik Geovane yang ada di rumah Shafita. Karena kekasihnya tersebut sering berkunjung ke rumahnya, Shafita mengubah salah satu ruangan di rumahnya untuk menjadi ruang kerja Geovane.Seperti saat ini, Geovane membawa seluruh laporan keuangan pribadinya selama satu tahun ke belakang. Dari mulai laporan yang dibuat oleh akuntan kepercayaannya yang sudah berhenti bekerja hingga laporan keuangan yang tiga bulan belakangan ini dibuat oleh Jesslyn.“Shafita, jangan gunakan dendam kesumatmu terhadap Jesslyn untuk menyelidiki kasus ini.” Itu merupakan kalimat peringatan yang diucapkan oleh Geovane ketika Shafita mulai memeriksa laporan-laporan keuangan di tangannya.Hal tersebut membuat Shafita memanyunkan bibirnya karena merasa jika Geovane terlalu peduli pada sosok Jesslyn. Bukankah wajar bila Shafita menaruh kecurigaan terhadap Jesslyn mengingat jika wanita itu yang telah membuat laporan tiga bulan
Dua ponsel kini berada di tangan Shafita, dan dua benda canggih tersebut bukanlah miliknya. Bukan pula milik Geovane yang kini sibuk menandatangani beberapa berkas setelah membacanya. Ponsel pertama adalah milik Jesslyn, si sekretaris penggoda yang sangat Shafita tidak suka. Katakanlah dirinya cemburu, bukankah hal tersebut memang wajar?Dan ponsel ke-dua adalah milik Joshua, yang kini menjabat sebagai akuntan Geovane. Dua benda tersebut dikumpulkan atas perintah Geovane dengan cara dadakan agar tidak ada pihak yang bisa mempersiapkan perubahan terlebih dahulu. Geovane yang telah mengambil benda-benda ini dari pemiliknya secara langsung.Shafita bisa saja memeriksa ponsel mereka olehnya sendiri, tetapi ia takut membuat kesalahan yang malah akan membuatnya terlibat dalam masalah. Untuk mencegah hal tersebut, akhirnya Shafita memanggil Geovane untuk mendekat ke arahnya. “Geovane, kemarilah. Jika nanti yang kutemukan bersalah adalah Jesslyn kau pasti akan mengira ji