Dengan cepat Elena mendorong dada Yogie hingga lelaki di hadapannya tersebut menjauh.
“Apa yang kamu lakukan? Bagaimana mungkin kita bercinta tanpa pengaman?!” Elena tampak sangat marah dengan Yogie.
“Maaf, aku akan bertanggung jawab.”
“Bertanggung jawab katamu? Walaupun aku hamil aku nggak akan mau kamu bertanggung jawab!”
“Kenapa? karena aku pengangguran?” Yogie bertanya dengan nada kerasnya.
Elena memejamkan matanya frustasi, ia menyadari jika perkataannya menyinggung Yogie.
“Gie, dengar, ini bukan masalah tanggung jawab. Kamu tahu, kan resikonya seks bebas tanpa pengaman? Bukan karena hamil, sungguh, kalau itu yang kamu takutkan, kamu nggak perlu khawatir, aku nggak akan hamil, tapi-”
“Aku bersih. Dan aku yakin kamu juga bersih.” Potong Yogie yang sudah mengerti apa yang di maksud oleh Elena.
“Seyakin apa? Kamu nggak tahu bagaimana kehidupan seksualku di luar sana.”
Yogie mengulurkan jemarinya mengusap lembut pipi Elena, satu hal yang kini sangat di gemari Yogie.
“Aku hanya percaya kalau kamu nggak sakit, itu saja.” Yogie menjawab dengan nada lembutnya.
“Lalu bagaimana aku bisa percaya kalau kamu nggak sakit?”
Yogie tertawa lebar. “Aku melakukan pemeriksaan setiap tiga bulan sekali saat aku gemar melakukan seks bebas. Tapi beberapa bulan terakhir aku tidak pernah melakukan seks lagi, dan kamu bisa lihat, aku sehat, dan aku bersih.”
Elena menghela napas panjang, ia kemudian berjalan dengan tubuh telanjangnya ke arah ranjang, lalu duduk d pinggirannya. Hal itu tak luput dari perhatian Yogie. Oh sial!! Yogie kini bahkan kembali menegang.
“Ya, aku percaya kamu. Aku juga bersih.” ucap Elena. “Tapi jangan pernah sepelekan hal itu Gie, aku tidak pernah membiarkan lelaki manapun memasukiku tanpa pengaman.”
Yogie berjalan menuju ke arah Elena. “Oke Honey, aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan.”
“Honey?”
“Ya, ingat kesepakatan kita tadi.”
“Jadi kamu benar-benar ingin menjadikan aku sebagai kekasih gelapmu?”
“Tentu saja.”
“Yogie, aku nggak bisa.”
“Tidak bisa seperti itu Elena. Kamu sudah menjawab Ya. Jadi kesepakatan tetaplah kesepakatan.”
Yogie terlihat tidak bisa di ganggu gugat. Sedangkan Elena hanya mampu menghela napas panjang.
“Tenang saja Honey, Andrew tidak akan tahu, aku tidak akan berkata pada siapapun jika kita memiliki sedikit rahasia.”
Bukan karena Andrew sialan!! Ini karena kamu Gie, karena kamu yang mau tidak mau membuatku kembali menjalin hubungan dengan seorang pria, padahal aku tidak ingin –sama sekali tidak ingin berhubungan dengan pria lagi. pikir Elena.
“Oke, kalau begitu kita buat peraturanya.”
Secepat kilat Yogie mendorong tubuh Elena hingga kini wanita tersebut terbaring telentang tepat di bawah tindihannya.
“Apa yang kamu lakukan? Kita harus membuat peraturannya.”
“Aturan bisa menunggu nanti atau kapan saja, tapi tidak dengan kejantananku.” bisik Yogie serak. Elena melirik ke bawah dan mendapati Yogie yang sudah menegang sepenuhnya.
“Kamu benar-benar tidak pernah melakukan seks beberapa bulan terakhir?” tanya Elena dengan tatapan anehnya.
Yogie tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
“Pantas saja.”
“Pantas kenapa?”
“Kamu seperti maniak seks.”
Yogie tertawa lebar. “Kamu suka, kan?”
Elena hanya mampu tersenyum, jemarinya kini sudah terulur mengusap lembut dada bidang Yogie yang terasa lembut tapi keras berotot.
“Kamu benar-benar tidak akan hamil? Maksudku... Aku tidak memiliki pengaman saat ini, dan aku tidak mungkin keluar untuk membelinya dalam keadaan seperti ini.”
“Ya. Aku selalu minum pil, kamu tenang saja.”
Yogie mengerutkan keningnya. “Seserius itukah hubunganmu dengan Andrew?”
“Mengamankan diri sendiri tidak masalah bukan? Apa itu masalah untukmu?”
“Tidak! Tentu saja tidak.” jawab Yogie yang langsung di ikuti dengan menempelkan bibirnya pada bibir ranum milik Elena, mengecupnya lembut kemudian melumatnya dengan panas.
Itu masalah, tentu saja. Yogie tidak ingin Elena berhubungan serius dengan lelaki lain, tapi tentu saja Yogie tidak mungkin mengatakan hal itu secara lagsung pada Elena, dia tentu tidak ingin Elena pergi menjauhinya jika ia menambahkan perasaan dalam hubungan mereka nantinya.
“Aku akan memasukimu, Honey.”
“Ya, lakuanlah.. lakukanlah.” desah Elena. Dan Yogiepun akhirnya kembali menyatukan diri ke dalam tubuh Elena. Memuaskan dirinya serta diri wanita yang kini berada di bawahnya.
***
Pagi itu Elena terbangun dengan mata yang masih berat. Ia merasakan lengan seseorang masih memeluknya dari belakang. Telapak tangan besar itu masih menangkup sebelah payudara telanjangnya, dan itu membuat Elena kembali di rayapi berbagai macam perasaan aneh.
Elena mendesah pelan. Bagaimana mungkin ia akan terjebak dengan Yogie? Astaga, padahal bukan menjadi urusannya jika lelaki ini kerja atau tidak. Kenapa ia mau di jadikan hadiah untuk lelaki ini? Elena sadar jika sebuah alasan simpel menari di kepalanya.
Alasannya karena Elena juga membutuhkan Yogie. Membutuhkan sentuhan lelaki itu lebih tepatnya.
Selama ini Elena hidup dalam keluarga kaya dan terpandang. Ia terlihat begitu sempurna di mata banyak orang, cantik, seksi, kaya, berpendidikan. Padahal tak banyak orang tahu jika dirinya menyimpan sebuah rahasia gelap. Rahasia yang tidak akan pernah ia ceritakan pada siapapun.
Rahasia tersebut memaksa Elena keluar dari negeri ini, lalu menimba ilmu di luar negeri bersama dengan Aaron, temannya sekaligus pria yang pernah ia sukai saat SMA. Elena tahu, jika gosip yang beredar di antara teman-temannya saat itu adalah jika dirinya melanjutkan sekolah ke luar negeri karena mengikuti kemanapun Aaron pergi. Tapi Elena tidak peduli dengan gosip tersebut. Nyatanya gosip itu lebih baik di bandingkan kenyataan memalukan yang ia alami saat itu.
Elena sedikit menggerakkan tubuhnya dan itu secara spontan membuat Yogie semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Elena.
Yogie, bagaimana bisa lelaki ini menarik perhatiannya?? Apa karena tubuh tegap berisinya? Atau karena wajah tampannya? Atau mungkin karena ukuran kejantanannya? Elena menggeleng keras ketika pikiran terakhir melintas kepalanya. Bukan, bukan karena semua itu, Yogie menarik perhatiannya karena lelaki itu dapat meredakan dahaganya yang haus akan sentuhan lembut ketika melakukan seks.
Ya, Elena suka dengan sentuhan yang di berikan oleh Yogie...
Lelaki itu menyentuhnya seperti menyentuh sebuah kaca yang mudah rapuh. Yogie memperlakukannya mirip dengan memperlakukan seorang kekasih, tidak seperti lelaki-lelaki bule teman kencannya terdahulu yang memperlakukannya layaknya teman seks bayaran, atau seperti guru private sialannya yang dengan kasar merenggut keperawanannya dan menjadikannya korban pelecehan seksual selama bertahun-tahun lamanya.
Elena kembali menggelengkan kepalanya, menepis semua kenangan-kenangan buruk masalalunya. Ya, semua itu sudah menjadi masalalu. Ia harus dapat melupakan semuanya dan menjadi wanita baru.
“Sudah bangun, Honey?” pertanyaan serak Yogie membuat Elena menolehkan kepalanya ke belakang. Lelaki itu kini sedang mengecup lembut punggungnya. Sedangkan telapak taangan lelaki tersebut masih enggan melepaskan cengkramannya pada payudara Elena.
“Ya.” Hanya itu jawaban Elena.
“Jam berapa ini?”
“Aku tidak tahu. Kamu ada acara?” Elena bertanya masih dengan tubuh kakunya karena sentuhan-sentuhan lembut yang di berikan oleh Yogie.
Sebelah tangan Yogie lainnya menyelinap di bawah tindihan tubuh Elena, kemudian merayap mencari pusat diri Elena yang masih tertutup dengan bedcover yang menutupi tubuh telanjang keduanya.
Yogie membelai lembut, hingga membuat Elena mengerang. “Jadwalku padat hari ini.”
“Oh ya?” Elena menggigit bibir bawahnya. “Lalu kenapa kamu- Astaga, hentikan Yogie!!” seru Elena ketika jemari Yogie mulai memasuki dirinya.
“Aku tidak bisa berhenti, Honey, tidak bisa!” sambil menggertakkan giginya, Yogie menghentikan aksinya, lalu mengangkat sebelah kaki Elena dan menenggelamkan diri sedalam-dalamnya ke dalam tubuh Elena.
“Ohh Shit!!! Nikmatnya bercinta pagi hari.”
“Kamu bajingan tengik!!” umpat Elena.
“Ya, Dan kamu suka, bukan?”
“Yes, oh yes, kamu membuatku suka.”
“Dan akan selalu seperti itu, Honey.” Yogie kembali menggerakkan tubuhnya. Membuat Elena mengerang, melambung tinggi karena perlakuan lelaki tersebut. Ya, harus Elena akui, jika Yogie berbeda dengan lelaki yang pernah menyentuhnya. Lelaki itu benar-benar berbeda.
-TBC-
Elena dan Yogie turun bersama ketika waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Keduanya sepakat menuju ke kafe terdekat untuk membicarakan perihal kesepakatan mereka.Yogie sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya pada diri Elena. Oh sial!! Sebenarnya apa yang di lakukan wanita itu hingga membuatnya tidak bisa berpaling seperti saat ini?“Berhenti menatapku seperti itu atau kamu akan salah memasukkan sup itu ke dalam lubang hidungmu.” Elena berkata dengan wajah datarnya.Yogie tertawa. “Aku suka melihatmu, apa itu aneh?”“Risih.”“Apa yang membuatnya risih?”Elena menatap Yogie lalu bekata. “Kamu terlihat seperti lelaki yang menginginkan seks setiap waktu, dan aku risih melihat itu.”“Aku memang menginginkan seks setiap waktu.” jawab Yogie dengan tawa lebarnya. “Percaya atau tidak, aku sudah kembali menegang, Elena.”Elena membulatkan mata
“Kita tidak bisa melakukan itu di sini, Gie.” ucap Elena yang suaranya sudah sangat serak.“Kata siapa? Aku bisa melakukan apapun yang kumau.”“Please, tidak sekarang, tidak di sini.” Elena memohon. Yang benar saja, saat ini Elena juga sangat menginginkan Yogie, tapi demi Tuhan, mereka sedang berada di dalam ruang kerjanya yang mungkin saja sewaktu-waktu bawahannya bisa saja mengetuk pintu dan masuk.“Aku benar-benar menginginkanmu.”“Percaya atau tidak, akupun juga menginginkanmu, Gie. Tapi astaga, kita tidak bisa melakukannya di sini.”“Oke.” Yogie mengalah. “Tapi kesepakatan kita...”“Ya, aku tahu, mulai saat ini kesepakatan kita sudah berlaku.”“Jadi, kita sudah menjadi sepasang kekasih?”“Ingat, hanya saat kita berdua, kita akan bersikap seperti orang asing ketika di hadapan oraang lain.”
“Jadi... kamu memilih tetap mengenakan juba ini saat kita makan malam bersama?” Yogie bertanya dengan suara yang begitu serak. Wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah Elena. Dengan spontan Elena mengecup singkat permukaan bibir Yogie.“Ya, aku tetap mengenakan juba ini.” tantang Elena.Jemari Yogie sudah terulur membuka ikatan juba yang di kenakan Elena, dan kini tampaklah tubuh bagian depan Elena yang polos tepat di hadapan Yogie.“Sepertinya aku akan menyantap hidangan utama terlebih dahlu.”“Sepertinya bercinta di meja dapur adalah hal yang menyenangkan.” Tambah Elena yang menyatakan setuju dengan apa yang akan di lakukan oleh Yogie.Elena mulai teregah ketika jemari Yogie mengusap lembut puncak payudaranya, sedangkan mata Yogie tidak berhenti menatap wajah Elena yang seakaan tersiksa oleh sentuhan yang di berikan Yogie.Elena mengerang ketika Yogie mulai menggoda puncak payudaranya,
Yogie terbangun dan mendapati Elena di dalam pelukannya. Ini sudah dua minggu setelah kesepakatan mereka terjadi malam itu. Semuanya berjalan sesuai dalam kesepakatan. Elena selalu bersikp seolah tak mengenal Yogie ketika keduanya tidak sengaja bertemu di tempat umum. Begitupun sebaliknya. Kenyataan jika Yogie bekerja di kantor yang sama dengan Elenapun tidak berpengaruh. Toh Yogie hanya staf biasa, mana mungkin dengan leluasa bisa menemui Elena yang berkedudukan sebagai wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Yogie menatap langit-langit kamar Elena, pikirannya seakan terbang pada masalalu, masa dimana dirinya sempat menyukai wanita yang berada dalam pelukannya saat ini. Dulu, Yogie bukanlah lelaki bajingan dengan keinginannya untuk selalu melakukan seks, Yogie bukan pria seperti itu. Dia memiliki cinta, dan dia percaya dengan kata tersebut. Yogie pernah menyukai Elena ketika SMA, tapi Elena yang populer seakan tidak pe
Malamnya...Yogie dan Elena akhirnya menghadiri pesta itu, pesta pernikahan Kezia, sepupu Yogie.Sejak tadi, jantung Elena tidak berhenti berdegup kencang, entah karena apa Elena juga tidak tahu, apa karena Yogie yang berubah seratus delapan puluh derajat dengan mobil mewah yang di bawanya? Oh yang benar saja, ini hanya mobil rental, Elena. Gerutu Elena pada dirinya sendiri.Lelaki yang kini sedang mengemudi di sebelahnya ini juga berpenampilan rapi dengan setelan hitamnya yang membuatnya terlihat bak CEO-CEO di film-film romantis maupun di dalam fantasinya ketika ia sedang membaca novel. Film Romantis? Novel? Memangnya sejak kapan kamu pernah menonton film romantis dan membaca Novel, Elena? Jangan ngaco!Akhirnya Elena hanya mampu berkali-kali menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya sendiri.“Kamu gugup?” tanya Yogie tiba-tiba.“Eh? Kenapa aku gugup?”&ldquo
“Al... Shit, Alisha, Oh, kamu benar-benar membuatku gila.” Entah sudah berapa kali Yogie meracau ketika ia mendapatkan kenikmatan lagi dan lagi dari tubuh di bawahnya kini.“Aku tidak bisa berhenti, Al, aku tidak bisa berhenti.” Lagi, dan lagi Yogie menyebut nama itu tanpa mempedulikan sedikitpun ekspresi wanita yang berada di bawahnya.“Aku akan sampai, sial!! Aku akan sampai.” Dan Yogie kembali mengerang panjang ketika pelepasan itu terjadi.Yogie memeluk tubuh di bawahnya, kemudian berbisik di sana dengan suara seraknya.“Aku mencintaimu, Al, aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini.”Yogie menenggelamkan wajahnya pada lekukan leher wanita di bawahnya tanpa mempedulikaan jika wanita itu kini sudah memeluk tubuh Yogie erat-erat dengan lengan rapuhnya.***Yogie membuka mata dan merasakan nyeri yang amat sangat di kepalanya. Ia mengedarkan pandangan dan menda
Elena masuk ke dalam kamarnya, mengunci pintu kamarnya, kemudian menghela napas panjang. Bagaimana mungkin Yogie bisa begitu mempengaruhinya? Lagi-lagi pertanyaan itu terlintas di dalam ingatannya.Elena menyapukan matanya ke seluruh penjuru ruangan dan baru menyadari jika ada yang beda di dalam kamarnya. Ada sebuah gitar di ujung ruangan, sebuah Playstation di meja televisi tepat di depan ranjangnya. Apa itu punya Yogie? Kenapa lelaki itu membawa barang rongsokannya kemari? Piki Elena.Elena kemudian menuju ke arah lemari pakaiannya, membukanya dan berakhir dengan mengumpat karena mendapati beberapa pakaian pria di sana yang di yakini Elena adalah pakaian Yogie. Elena berlari ke dalam kamar mandinya dan mendapati ada sepasang handuk, yang satu miliknya dan satu lagi Elena yakin adalah milik Yogie, begitupun dengan alat-alat mandi, Elena bahkan melihat ada alat cukur beserta creamnya.Sial!Apa Yogie berniat tinggal bersamanya? Yang benar saja.
Elena memejamkan matanya frustasi. Ia kesal karena secara tidak langsung kini Yogie sedang menggodanya. Dan tergoda oleh Yogie merupakan hal terakhir yang terpikirkan di kepala Elena. Tapi di sisi lain, Elena juga tidak bisa menolak, semakin ia menolak Yogie, maka lelaki itu akan semakin ingin tahu apa yang terjadi dengannya.Elena membalikkan tubuhnya kemudian melingkarkan lengannya pada leher Yogie. Mengecup singkat bibir Yogie kemudian berbisik di sana.“Aku akan kembali, aku tidak akan lama.”“Lalu apa yang aku lakukan saat kamu tidak ada?”“Kamu bisa berbuat apapun, berkencan dengan siapapun.”“Dan apa kamu juga berkencan dengan siapapun di sana?”“Ya, sepertinya begitu.”“Kalau kamu sudah kembali?”“Aku akan mencarimu lagi.” bisik Elena dengan pasti.Secepat kilat Yogie melumat habis bibir Elena dengan ciuman panasnya. “Kamu t