“Kurang ajar! Rupanya kau mencuri curi kesempatan untuk membunuhku,” Bu Ceng Kui berkata dengan nada penuh hawa pembunuh.Huang Ho Sinkai serta Pek Ciang Busu melihat lawan beralih kepada pemuda yang di anggap sudah membokong Bu Ceng Kui, keduanya memberi isyarat kepada anak buah mereka untuk pergi, karena puluhan prajurit Yuan di kota Henan mulai berdatangan.Bu Ceng Kui mengambil paku hitam yang menancap di tanah, matanya menatap tajam paku hitam tersebut, tidak lama kemudian raut wajahnya berubah ketika mengenali paku yang sangat ia kenal, karena paku tersebut pernah melukai dirinya dan membunuh saudara angkatnya.“Rupanya tidak cukup kau membunuh saudaraku!? Teriak Bu Ceng Kui sambil melesat ke arah Thian Sin.Kedua tangan langsung bergerak menyambar kepala Thian Sin.“Guru! Jangan bunuh dia,” teriak Qin Qin.Bu Ceng Kui tidak memperdulikan teriakan Qin Qin dan terus menyerang Thian Sin.Thian Sin mundur satu tombak menghindari serangan dan tidak membalas karena tidak ingin bertem
Melihat Bu Ceng Kui mundur, dengan cepat Thian Sin menarik kembali racun ular merah ke titik jalan darah dan langsung mengunci dengan tenaga dalam Hud Kong Sing kang. Perlahan raut wajah Thian Sin berubah kembali seperti semula. Karena posisi Thian Sin terhalang oleh tubuh Bu Ceng Kui tidak ada yang melihat perubahan yang terjadi terhadap Thian Sin, Qin Qin juga terkejut serta bingung dan tak bisa berkata kata ketika melihat gurunya mundur Bu Ceng Kui setelah sadar bahwa yang ada di depannya bukan kakak angkatnya, kemudian bertanya kepada Thian Sin. Kali ini nada bicaranya pelan tidak seperti tadi. “Anak muda! Siapa nama ayah dan ibumu? Dengan nada pelan agar tidak di dengar oleh orang lain selain Bu Ceng Kui, Thian Sin menjawab, “ayahku bernama Thian Bu dan ibu ku bernama So In Hwa.” Mendengar jawaban Thian Sin, mata Bu Ceng Kui berkaca kaca, tangan kanannya bergerak ke arah Thian Sin. Thian Sin tersenyum dan meraih tangan Bu Ceng Kui, Thian Sin lalu berdiri di bantu oleh tari
Qin Qin, Bu Ceng Kui serta Thian Sin langsung menuju ke tempat berkumpul. Di satu ruangan besar, sudah banyak para tamu berkumpul. Melihat Bu Ceng Kui, Thian Sin serta Qin Qin datang, bangsawan Qiao Ming berdiri sambil berkata. “Silahkan….Silahkan duduk Taihiap.” Bu Ceng Kui, Thian Sin serta Qin Qin duduk satu meja, sepasang mata seorang pemuda menatap penuh rasa cemburu melihat Qin Qin duduk terpisah dengan sang ayah. Gubernur Aryan Temur setelah Bu Ceng Kui duduk, tidak lama kemudian langsung berdiri, setelah memberi hormat kepada Bu Ceng Kui. Gubernur Aryan berkata. “Satu kehormatan bagi Aryan Temur bisa bertemu dengan salah satu tokoh yang di segani di dunia persilatan bangsa Han.” Bu Ceng Kui tidak berdiri, hanya terdengar suara dengusan dari hidungnya mendengar perkataan Gubernur kota Henan tersebut. Aryan Temur walau hatinya kesal karena perkataannya tidak di tanggapi, tetapi berusaha menutupi kekesalannya dan berkata kembali. “Sungguh suatu keberuntungan bagi bangsa Yu
Raut wajah Rin Temur langsung berubah kelam mendengar perkataan Thian sin, suara riuh dari para tamu langsung terhenti ketika ikut mendengar perkataan Thian Sin.“Bangsat! Kau ingin mampus!? Bentak Golok maut sambil melesat ke tengah arena.“Guru! Biar Rin yang hajar pemuda ingusan ini,” ucap Rin kepada Golok Maut.“Rin Kongcu lebih baik mundur, karena aku yang di tantang oleh keparat ini,” balas Golok Maut dengan nada gusar.Tanpa banyak bicara, Rin langsung mundur dan duduk di sebelah sang ayah.“Bu Ceng Kui! Apa kau tidak menyesal jika keponakanmu tewas di tanganku? Tanya Golok maut dengan nada dingin.“Kalau dia tewas! Itu karena ketololannya sendiri, untuk apa aku peduli, tetapi bagaimana jika kau yang tewas? Tanya Bu Ceng Kui sambil tersenyum penuh ejek.Phuih!Golok maut meludah mendengar perkataan Bu Ceng Kui, darahnya meluap dan amarahnya sudah tak terbendung lagi.Sring!Sepasang golok kembar keluar dari pinggang dan berputar di kedua tangan.“Hati-hati! Jangan katakan Yi Pi
Bab : 19 Terjebak Di Dalam Rumah Gubernur AryanYi Pin terus mundur, hatinya gentar melihat tatapan mata Thian Sin.Bukan hanya Yi Pin, suasana di dalam ruangan juga ikut gempar, sebagian tamu berlarian ke keluar ruangan.Gubernur Aryan serta Rin bersembunyi di belakang Bangsawan Qiao, karena mereka berpikir bahwa orang yang menyeramkan tersebut adalah anak buah bangsawan Qiao, sedangkan Qin Qin hanya bisa menatap tak percaya melihat perubahan yang terjadi terhadap pemuda gagah yang perlahan mulai mencuri hatinya.Thian Sin melesat, tangan nya menyambar ke arah kepala Yi Pin dengan jurus Tangan Selaksa Racun.Tanpa berpikir panjang Yi Pin mundur menghindari serangan sambil goloknya di lempar ke arah tubuh Thian Sin.Melihat golok lawan melesat cepat ke arahnya, Thian Sin angkat tangan kanan, kemudian dua jari menunjuk ke arah golok Yi Pin.Sinar ke emasan keluar dari dua jari Thian Sin dan melesat menghantam ke arah golok Yi Pin.Shing….trang!Raut wajah Yi Pin kembali pucat, tanpa sa
Jendral Kurqi memang geram terhadap pemberontak Han, apalagi belakangan ini di perbatasan kota Henan sering terjadi pertempuran antara prajuritnya dengan para pemberontak.Mendengar perkataan Rin Temur, Jendral Kurqi langsung memerintahkan prajuritnya untuk menyerang.Ratusan anak panah langsung melesat dari berbagai arah menghujani rumah Gubernur Aryan.Shing….Shing….Trang….Trak!Thian Sin serta Bu Ceng Kui terkejut melihat puluhan anak panah menerobos masuk dari jendelaSerta pintu uang terbuka.Tanpa banyak bicara keduanya menendang kursi serta meja yang ada di hadapan mereka.Buk….Whut….Crep….Crep!Anak panah menancap di kursi serta meja yang di tendang tetapi anak panah yang masuk semakin lama semakin banyak.Beberapa tamu yang belum sempat melarikan diri tewas terkena anak panah prajurit Jendral Kurqi.“Keparat,” kenapa mereka terus menyerang kita? apa anak Gubernur itu serta Qiao Ming tidak memberitahu kalau kita ada di dalam,” gerutu Bu Ceng Kui sambil jongkok di balik meja b
Melihat musuh memburu ke arahnya, kedua tangan Bu Ceng Kui berubah menjadi putih, Tangan Pengejar Roh langsung di gunakan.Syuut….tap!Satu tombak melesat, Bu Ceng Kui geser tubuhnya dan menangkap batang tombak, kemudian menarik batang tombak tersebut dengan tangan kanan, setelah prajurit ikut tertarik, tangan kiri Bu Ceng Kui menghantam ke arah dada prajurit Yuan.Buk!Prajurit naas tersebut terpental dan jatuh menimpa kawan-kawannya.Sang Jendral melihat prajurit yang terkena pukulan Bu Ceng Kui tewas, tubuhnya melesat dan tombak bergerak menusuk ke arah kepala Bu Ceng Kui.Bu Ceng Kui melihat serangan Jendral Kurqi, tangan kanan menarik baju salah seorang prajurit.Whut….crep!Tombak jendral kurqi tepat menembus prajurit yang di jadikan tameng oleh Bu Ceng Kui.Kedua Tangan Pengejar Roh langsung beraksi menghantam prajurit yang mengepung Bu Ceng Kui.Setiap kedua tangan Bu Ceng Kui bergerak, selalu saja ada prajurit yang tewas, salah satu dari 4 jahat tersebut memang tak mau berlak
Bu Ceng Kui sempat melihat Thian Sin melesat dari atap ke arah Bangsawan Qiao, tetapi di saat sang keponakan turun, Bu Ceng Kui tidak bisa melihat kembali Thian Sin karena di sibukan oleh serangan-serangan Jendral Kurqi beserta para prajuritnya.Bu Ceng Kui terus bergerak, kedua tangan Bu Ceng Kui terus menebar maut saat bergerak.Sinar putih sebatas siku yang bersinar terang dari jurus Tangan Penghantam Rohsemakin menambah seram penampilan Bu Ceng Kui yang bajunya sudah di penuhi oleh darah prajurit kota Henan.Mayat-mayat prajurit di sekitar tempat Bu Ceng Kui bertarung sudah menumpuk dan hal itu yang membuat para prajurit seperti enggan mendekati Bu Ceng Kui.Walau mereka bersenjata, tetapi gerak langkah Bu Ceng Kui lebih cepat, sehingga mendekati Bu Ceng Kui sudah bisa di pastikan prajurit tersebut akan mati.“Jendral….jendral Kur! Tolong selamatkan anakku,” teriak Bangsawan Qiao Ming.Jendral Kurqi mundur dan mendekat ke arah Bangsawan Qiao.Siapa yang menculik anak tuan Qiao?
Tanpa di ketahui oleh Thian Sin, semua pasukan yang berkumpul di dekat telaga, kini mulai bergerak di pimpin oleh sang ibu.Di sisi lain hati panglima Arkun mulai cemas karena Iblis putih bersama anak buahnya belum juga kembali, begitu pula dengan Gurma yang belum juga memberi kabar, apa misinya berhasil menyergap pasukan lawan.“Panglima….Panglima! Mata-mata musuh yang tertangkap sudah kita habisi, apa langkah kita selanjutnya? Tanya seorang perwira ketika melihat Panglima Arkun tengah melamun.Pertanyaan sang anak buah membuyarkan lamunan Panglima Arkun.“Sebelum di habisi, apa kau sudah mendapat informasi dari mata-mata tersebut? Panglima Arkun balik bertanya kepada anak buahnya.“Menurut informasi yang di dapat, ada satu kelompok pasukan berada di dekat pasukan kita dan kelompok tersebut di pimpin oleh Raja muda Thian sin sendiri, Panglima,” si perwira menjawab pertanyaan Panglima Arkun.Panglima Arkun anggukan kepala mendengar perkataan anak buahnya, kemudian membalas.“Apa Iblis
Thian Sin merasakan hawa dingin yang mengelilingi tubuhnya perlahan mulai hilang dan di gantikan hawa panas, mengetahui keadaan tersebut, Thian Sin semakin bersemangat.Apalagi di tambah pedang pusaka racun merah terus bergetar di genggamannya serta gejolak tenaga dalam yang ia rasakan di dalam tubuh, membuat Thian Sin semakin yakin bahwa tenaga dalam racun api yang di maksud oleh Jiwa pedang mulai bangkit.Tanpa ragu Thian Sin langsung melesat ke arah Iblis putih sambil sabetkan pedang pusaka racun merah ke arah tubuh lawan.Shing!Walau terkejut dengan perubahan yang terjadi Iblis putih tetap waspada, melihat serangan Thian Sin, sang Iblis langsung kibaskan tangan kanan ke arah pedang.Sinar putih berhawa sangat dingin melesat berusaha menahan tebasan.Tetapi sebelum pukulan inti es mengenai pedang, sinar putih berhawa dingin lenyap terhisap oleh aura api yang keluar dari dalam tubuh Thian Sin.Kejut bukan kepalang sang Iblis melihat pukulan andalannya lenyap tak berbekas, tanpa pik
Semangat tempur Thian Sin langsung berkobar ketika mendapat petunjuk dari jiwa pedang, perlahan semua tenaga dalam yang terkumpul di perut langsung di salurkan keseluruh tubuh.Iblis putih kini lebih berhati hati menghadapi serangan Thian Sin, tubuhnya bergerak menjauh sambil kibaskan tangan kanan saat pedang bergerak menyerang.Shing!Jurus inti es bergerak cepat menyerang Thian Sin, dengan cepat Thian Sin memutar kedua tangan berusaha menahan jurus lawan.Blar!Suara ledakan terdengar saat kedua tenaga dalam tingkat tinggi bertemu.“Kenapa hawa dingin masih saja terasa olehku? Padahal aku sudah mengerahkan semua tenaga dalam yang kumiliki,” batin Thian Sin bertanya tanya dalam hati.“Pakai pedang dengan tanganmu untuk menyerang, kalau kau gunakan tehnik pedang terbang, bagaimana jurus racun api bisa kau gunakan?” Jiwa pedang berkata seakan tahu apa yang terkandung dalam isi hati Thian Sin.Mendengar perkataan Jiwa pedang, dua jari Thian Sin bergerak menarik pedang yang berputar puta
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut
Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert